Kehadiran Universitas Trunojoyo Madura (UTM) di Bangkalan Madura setidaknya menyelamatkan wajah kabupaten ini.
Kalau kalian mendengar nama Bangkalan Madura, mungkin tak ada satu pun pandangan positif mengenai wilayah ini. Masalahnnya kabupaten ini memang lebih sering dihebohkan dengan kabar memilukann. Masalah begal, korupsi pejabat, ormas tukang jilat, gerombolan tukang palak, semuanya berkumpul jadi satu. Makanya kabupaten ini sulit sekali untuk berkembang.
Akan tetapi saya cukup bersyukur masih ada satu hal yang patut dibanggakan dari kabupaten ini, yakni kehadiran Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Sebagai universitas negeri satu-satunya di pulau ini, kampus ini jadi penolong Bangkalan Madura. Bayangkan kalau nggak ada UTM, selain masalah yang saya sebutkan di atas, masalah lain juga akan membuat kabupaten ini semakin memprihatinkan.
Berikut saya jelaskan, supaya kita bisa lebih bersyukur dengan adanya UTM di Bangkalan Madura.
Daftar Isi
Bangkalan Madura hanya akan jadi kota mati
Saya sudah pernah menjelaskan panjang lebar bagaimana amburadulnya tata kota kabupaten ini. Akibat tata kota yang nggak jelas, Bangkalan Madura hanya jadi kabupaten yang senyap dan sunyi. Untung saja nggak jadi kota mati. Dan siapa yang kembali menghidupkan kabupaten ini? Siapa lagi kalau bukan UTM.
Dengan adanya UTM, orang masih berkenan melewati pusat kabupaten yang hampir mati. Beberapa mahasiswa dari kabupaten lain di Madura pun tidak keberatan kos di pusat kabupaten yang jaraknya kira-kira 20 menit untuk sampai di UTM. Selain itu, UTM juga menambah keramaian Bangkalan Madura dengan mendatangkan mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia.
Coba bayangkan kalau kabupaten ini tidak memiliki kampus negeri. Aduh, apa alasan orang mau berkunjung ke sini. Bisa-bisa beneran jadi kota mati.
Pendidikan di Madura makin terpuruk tanpa UTM
Tak dapat dimungkiri di mana ada kampus negeri, di situ warga lokal pasti mendominasi. Nah, begitu juga dengan UTM di Bangkalan Madura. Dengan adanya kampus negeri ini, masyarakat Madura mulai banyak yang menempuh pendidikan tinggi. Di kecamatan saya saja, jika mahasiswa UTM dikumpulkan semua, mungkin butuh 5 truk besar untuk mengantar mereka ke UTM.
Hal ini juga didukung dengan biaya kuliah di UTM yang cukup terjangkau. Sebab, biaya kuliah di kampus ini terbilang murah dibandingkan kampus negeri di wilayah lain. Selain itu, biaya hidup di Bangkalan yang tergolong murah juga membuat masyarakat tidak terlalu khawatir agar anaknya melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Inilah hal lain yang perlu kita syukuri dengan kehadiran UTM di Bangkalan Madura. Sebab saat ini, meskipun sudah lama UTM berdiri, sebetulnya kabupaten ini masih jadi kabupaten dengan harapan lama sekolah (HLS) terendah di Jawa Timur. Bayangkan kalau kabupaten ini juga tidak memiliki kampus negeri, aduh saya tidak tahu akan jadi seperti apa pendidikan di kabupaten ini. Entah apa masalah yang terjadi di Bangkalan Madura.
Bangkalan nggak akan ada apa-apanya bagi Jawa Timur
Kita tidak bisa menyangkal bahwa kampus UTM cukup menyelamatkan wajah Bangkalan Madura di kancah Jawa Timur. Tanpa kehadiran UTM, mungkin Jawa Timur tak akan menaruh harapan untuk kabupaten ini, mungkin tak patut pula diperjuangkan.
Lalu narasi Bangkalan Madura sebagai bagian dari metropolitan Gerbangkertosusila tentu akan patut dipertanyakan, apa sumbangsih kabupaten ini menyandang gelar kabupaten penyanggah kota Surabaya?
Kita juga harus mengakui dengan adanya kampus UTM, para tokoh negeri punya alasan untuk berkunjung ke Bangkalan. Misalnya mulai dari presiden jancuker, Aba Sudjiwo Tejo, hingga presiden gen Z, Rian Fahardi.
Maka untunglah ada kampus UTM yang berdiri di tengah kabupaten problematik ini. Jika tidak, siapa yang akan melirik Bangkalan Madura. Sama sekali tidak ada yang menarik.
Tetapi sayang, sepertinya UTM masih belum begitu berpengaruh bagi Bangkalan Madura. Ia hanya menyelamatkan nama baik kabupaten ini saja. Kenapa saya bilang begitu? Ya sebab sudah 44 tahun berdiri, dan 24 tahun berstatus sebagai kampus negeri, Bangkalan Madura tetap begini.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.