Beberapa waktu lalu saya membaca artikel di Terminal Mojok yang membahas empat alasan wajib memakai kartu Telkomsel. Sebagai pengguna Telkomsel, saya ingin memberikan pandangan yang agak berbeda. Justru ada beberapa hal yang perlu diketahui sebelum memutuskan untuk langganan Telkomsel. Ini penting supaya kita nggak merasa kecewa lantaran menaruh harapan yang kelewat tinggi pada provider plat merah satu ini.
Saya pertama kali langganan kartu Telkomsel prabayar pada tahun 2009. Kemudian tahun 2015, saya migrasi ke pascabayar Telkomsel (Halo). Berdasarkan pengalaman panjang sebagai pelanggan Telkomsel, saya ingin membagikan hal-hal yang sebaiknya kalian ketahui sebelum memutuskan langganan Telkomsel.
#1 Kartu Telkomsel pascabayar akan hangus saat berhenti berlangganan
Saya memutuskan migrasi dari kartu prabayar menjadi pascabayar Halo pada tahun 2015 karena tergiur kuota internet yang lebih banyak dan tarif roaming-nya murah. Pada tahun 2022 ini saya ingin kembali ke Telkomsel prabayar lantaran paketan pascabayar yang saya miliki sering terbuang sia-sia karena di rumah dan di kantor sudah ada WiFi
Masalahnya, setelah menggunakan nomor pascabayar Telkomsel (Halo), saya nggak bisa migrasi kembali ke nomor prabayar. Kalau ingin beralih ke nomor prabayar, otomatis nomor pascabayar yang sudah saya gunakan selama ini akan hangus dan saya wajib menggunakan nomor Telkomsel yang baru.
#2 Downgrade Telkomsel Halo hanya bisa dilakukan setahun sekali
Lantaran nggak pengin nomor Telkomsel saya hangus, akhirnya saya memutuskan untuk downgrade paketan Halo ke tarif yang lebih murah. Awalnya saya menggunakan Halo Unlimited dengan tarif Rp300 ribu per bulan (belum ternasuk PPN) dengan tambahan limit maksimum Rp600 ribu. Saat melakukan proses downgrade via telepon (call center Telkomsel), saya hanya bisa downgrade satu level di bawah paketan sekarang menjadi Rp245 ribu per bulan.
Nah, jika saya ingin downgrade dengan tarif terendah (Rp80 ribu per bulan), saya harus datang langsung ke GraPARI. Masalahnya lagi, kalau sudah melakukan proses downgrade satu kali via telepon, kita nggak bisa melakukan proses downgrade kedua kalinya jika jarak antara downgrade pertama dan kedua kurang dari 12 bulan.
Saran saya, jika ingin downgrade paketan Telkomsel Halo, baiknya langsung datang ke GraPARI. Atau, jangan pernah memilih Telkomsel Halo sekalian kalau nggak ada niatan untuk menggunakan kartu tersebut seumur hidup. Pakai yang prabayar saja. Hehehe.
#3 Sinyalnya nggak bagus-bagus amat
Dengan jumlah kepemilikan BTS (Base Transceiver Station) paling banyak di Indonesia dan tarif seluler yang lebih mahal dari operator lain, kita tentu berharap sinyal Telkomsel stabil dan kencang dalam segala medan. Faktanya, sinyal provider satu ini nggak kencang-kencang amat. Di Kebonsari Surabaya misalnya, sinyal Telkomsel di HP saya rata-rata hanya dua bar. Makin mbencekno lagi saat listrik mati, sinyal Telkomselnya ikutan lenyap.
Padahal daerah Kebonsari masuk wilayah Surabaya, salah satu kota besar di Indonesia. Masa iya BTS Telkomsel di area ini nggak ada gensetnya untuk jaga-jaga kalau listrik mati? Setidaknya biar pelanggan masih bisa berkirim pesan singkat gitu, lho.
Mungkin kalau kita tinggal di daerah terluar Indonesia, langganan Telkomsel memang hukumnya wajib. Tapi, kalau mobilitas kita hanya di sekitar Jawa, sih, nggak wajib-wajib banget pakai Telkomsel. Bahkan, sinyal Telkomsel di Pulau Jawa kadang suka kesalip provider lain. Please Telkomsel, tolong berbenah, ya. Saya ini customer setia, lho, jangan membuat kesetiaan kami tampak sia-sia.
Oh ya, jumlah pengguna Telkomsel yang banyak di desa juga kerap menjadi masalah ketika Lebaran tiba. Saat semua orang di kota pulang kampung ke desa, sinyal Telkomsel di desa ikutan crowded dan timbul tenggelam, mungkin karena overkapasitas kali, ya? Jadi, siap-siap internet lemot pas momen tertentu. Hehehe.
#4 Nomor lama diaktifkan kembali
Ini bukan pengalaman pribadi saya, sih, melainkan pengalaman almarhum ayang yang merupakan pelanggan Telkomsel juga. Dulu, blio sering banget mengeluh ditelepon orang yang ingin memesan nasi Padang. Padahal blio nggak jualan nasi Padang, lho.
Saya pernah iseng mencari nomor almarhum ayang ini di Google, lha kok ternyata nomornya sama persis dengan restoran nasi Padang yang berlokasi di Manado, tapi restorannya memang sudah tutup. Ngelawak banget nggak, sih?
Saya nggak tahu apakah provider lain juga melakukan hal yang sama, mengaktifkan nomor lama untuk digunakan ke pelanggan baru. Tapi, coba bayangkan, jika nomor HP kita yang di era modern ini digunakan untuk akses perbankan, kartu kredit, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya ternyata juga dimiliki orang lain gimana? Bukannya bahaya, ya?
#5 Susah membeli paket tertentu
Percaya nggak ada beberapa paket Telkomsel yang susah dibeli, biasanya sih yang paling murah. Uniknya, hal tersebut nggak terjadi pada paketan yang tarifnya mahal. Tapi, saya positive thinking, mungkin memang banyak orang yang mengakses paketan paling murahnya Telkomsel, makanya error.
Itulah lima hal yang perlu kalian ketahui tentang Telkomsel sebelum memutuskan langganan provider satu ini. Saya nggak berniat menjatuhkan Telkomsel, lho, ya. Ha wong sebanyak apa pun kita mengeluhkan provider satu ini, banyak orang akan tetap menggunakannya lantaran hanya Telkomsel yang bisa menjangkau seluruh pelosok negeri. Dan tentu saja saya masuk dalam golongan banyak orang itu. Yah, hubungan saya dan Telkomsel mirip sama lirik lagunya Rinto Harahap gitu, “Benci, benci, benci, tapi rindu juaaa…”
Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Alasan Kebanyakan Orang Tua Pakai Telkomsel.