Seperti apa sih kartu SIM perdana sekarang ini? Harganya mulai lima ribuan saja dan kemasannya apa adanya, hanya ada potongan kartu SIM di dalamnya dan petunjuk registrasi. Lalu, beberapa provider juga ada yang menambahkan SIM ejector seperti yang dilakukan oleh provider berbasis digital. Tidak ada mewahnya sama sekali.
Berbeda sekali dengan kartu perdana jaman dulu, katakanlah di era 90-an sampai 2000-an awal. Ketika ponsel masih jadi barang yang mahal dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memilikinya. Kala itu kartu perdana dikemas secara eksklusif dan harganya tidak semurah sekarang. Isi pulsanya juga biasanya lebih sedikit daripada harga yang harus dibayar.
Bukan hanya kartu perdananya saja yang harganya mahal, tapi voucher pulsanya juga. Nominal pulsa terendah saat itu adalah lima puluh ribu rupiah dan itu pun akan cepat habis karena mahalnya tarif nelpon.
Nah, berikut ini adalah hal-hal yang hanya ada pada kartu SIM perdana di jaman dulu dan tidak ada di jaman sekarang.
#1 Kemasan yang Eksklusif dan Terkesan Mewah
Kemasan kartu perdana jaman dulu menggunakan semacam plastik khusus dan terlihat mewah. Contohnya adalah kartu perdana Simpati Hoki yang terdapat ukiran gambar peta Indonesia di kemasan berwarna hitamnya. Selain itu di dalamnya terdapat buku petunjuk yang lumayan tebal.
Buku panduannya tebal dan lengkap bagaikan kitab suci. Mulai dari tata cara penggunaan sampai dengan tarif yang berlaku. Kemasan eksklusif seperti ini tak cuma ada di kartu Simpati tapi juga Mentari yang saat itu masih di bawah naungan Satelindo.
#2 Harga yang Mahal
Harga kartu perdana jaman dulu juga tergolong mahal. Ambil contoh pada 2001, ayah saya membeli kartu perdana Mentari yang harganya seratus lima puluh ribu, harga segitu yang terbilang mahal untuk ukuran tahun 2001. Itu pun isi pulsanya hanya lima puluh ribu saja. Untuk Simpati lebih mahal lagi, di tahun yang sama, kartu perdana Simpati Nusantara adalah dua ratus ribuan.
Bukan hanya harga kartu perdananya saja yang mahal, tapi juga tarif layanannya. Untuk kirim pesan tarif provider jaman dulu biasanya Rp350 sampai Rp500. Cukup mahal bukan? Tapi tunggu dulu, tarif nelponnya juga tak kalah mahal, bisa sampai tiga ribuan per menit. Alhasil, pulsa akan cepat habis.
#3 Promo SMS dan Perang Tarif
Kartu perdana jadul biasanya mengandalkan promo SMS sebagai nilai jualnya agar bisa menjaring pelanggan baru sebanyak-banyaknya. Contohnya adalah kartu perdana yang menawarkan gratis 50 SMS dan lain sebagainya. Setelah jatah SMS gratis habis, ya tarifnya akan normal lagi..
Terus, ada perang tarif nelpon antar operator yang disematkan dalam kartu perdana. Semuanya berlomba memberikan tarif semurah mungkin. Tapi semuanya hanyalah gimmick karena ternyata murahnya hanya ke sesama operator saja. Kalau sekarang beda operator sudah tidak masalah lagi karena sudah ada Whatsapp.
#4 Bentuk Kartu SIM yang Masih Utuh
Kartu perdana jadul, kartu SIM-nya masih utuh yaitu bentuknya lebar (seperti kartu ATM) dan bisa dijadikan gantungan kunci. Menjadikan bagian kartu SIM sebagai gantungan kunci merupakan sebuah kebanggaan tersendiri karena saat itu ponsel masih jadi barang yang mewah.
Kalau sekarang, kartu SIM hanya secuil saja. Mungkin untuk menghemat ongkos produksi karena toh kalau terlalu besar, sampahnya bisa mencemari lingkungan.
#5 Tidak ada Paket Kuota
Ya, tentu saja karena jaman dulu di era 2000-an awal, internet di ponsel masih mahal dan lambat. Ponsel yang mampu internetan pun tergolong sangat mahal dan itu pun fiturnya masih terbatas. Jadi, di kartu perdana jaman dulu tidak ada yang namanya paket kuota seperti sekarang.
Memang sih, sudah ada GPRS, tapi tarifnya belum ada paketan dan internetan sebentar saja pulsa bisa langsung habis terkuras.
Nah, kalau dipikir-pikir enakan zaman sekarang bukan?
Penulis: Hilman Azis
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Diputus Pacar Gara-Gara Hape Jadul Nggak Bisa Buat Whatsapp