Daftar Isi
#3 Kudu teriak-teriak dulu biar didengar tukang bakso keliling
Selain tukang bakso yang ngoyo mendorong gerobak dan keliling kampung, calon pembeli seperti saya pun dituntut untuk ngoyo saat akan membeli. Kadang kala, saat para penjual ini sudah agak jauh dari rumah, saya harus teriak-teriak agar gerobak mereka berhenti, mundur, atau bahkan putar balik.
Kayaknya interaksi antara penjual dan pembeli yang kayak gini nggak bisa kita temukan di negara lain selain Indonesia, Gaes. Wqwqwq.
#4 Putar lagu pakai volume maksimal
Nggak mau kalah sama coffee shop kekinian yang selalu memutar playlist untuk membangun suasana, beberapa tukang bakso keliling juga ada yang sengaja memutar lagu dengan volume maksimal di gerobak mereka sambil berkeliling. Walaupun volume musiknya sudah dikecilin saat ada pembeli yang pesan, tetap saja saya merasa miskomunikasi dan harus ngomong agak kencang supaya si abangnya mendengar.
“Biar nggak bosen, Mbak!” begitu jawabnya ketika saya bertanya kenapa memutar lagu dengan volume keras. “Soalnya nanti kalau saya pakai headset, nggak denger kalau dipanggil pembeli. Hehehe.” Maka jangan kaget ya kalau ada penjual yang memanfaatkan speaker mini dan meletakkannya di atas gerobak untuk memasang musik keras-keras.
#5 Sudah ditungguin, eh malah nggak lewat
Pernah nggak kalian mbatin, “Perasaan jam segini biasanya lewat…” ketika sedang menunggu tukang bakso keliling? Selamat, kalian jadi orang yang sangat perhatian tapi di-PHP-in, Gaes!
Kalau kalian pernah mengalami hal seperti ini, nggak usah sedih, saya juga sering begitu. Biasanya, hal ini disebabkan jadwal dan rute penjual yang selalu sama sehingga banyak calon pembeli yang menyimpulkan secara sepihak waktu kedatangan tukang bakso yang sudah ditunggu-tunggu. Sayangnya, saat kita kepingin banget makan bakso, eh, si abang malah nggak lewat atau kadang terlambat. Malah saat nggak kepingin makan, eh, si abang malah lewat tepat waktu. Hadeh!
Tukang bakso keliling memang selalu punya cerita unik dan lucu tiap harinya. Walaupun beberapa ada yang nyebelin seperti yang saya ceritakan di atas, mereka ini adalah pahlawan bagi perut-perut yang kelaparan. Cuma beli kuahnya—biasanya ibu-ibu nih yang beli kuah buat makan anak batitanya—dilayani. Cuma punya uang lima ribu rupiah? Bisa diatur. Nggak punya duit? Eat now, pay later juga kayaknya bisa. Pembeli tenang aja pokoknya~
Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bakso Memang Enak, tapi Mi Ayam Lebih Sempurna.