Pertashop, sejatinya, adalah sebuah tempat untuk menjual bensin jenis Pertamax. Namun, sepanjang pengalaman saya menjadi operator Pertashop, banyak fungsi lain yang akhirnya mengiringi. Masalahnya, fungsi-fungsi ini nggak ada kaitannya sama sekali dengan aktivitas menjual dan membeli bensin.
Berikut lima di antaranya:
#1 Numpang toilet
Beberapa Pertashop memang menyediakan banyak fasilitas. Salah satunya adalah toilet. Iya, nggak masalah kamu mau kencing, berak, sampai mandi di sini. Bapak saya, sebagai pemilik, iklas untuk tidak memungut ongkos. Bahkan sebelum dilarang oleh Pak Erick Thohir, kami tidak memungut biaya untuk buang hajat. Tapi, ya mbok sedikit beretika!
Begini, ya. Area Pertashop itu cenderung kecil, tidak sebesar SPBU reguler. Kedatangan pelanggan dengan berbagai tujuannya pasti akan terlihat jelas oleh mata saya. Paling nggak, ya mbok permisi dulu sama saya selaku penjaganya, bukan asal masuk saja.
Saya tahu, hajatmu harus segera dituntaskan dengan tempo sesingkat-singkatnya. Tapi dengan meminta izin dulu nggak mempercepat keluarnya hajatmu kok. Suer, nggak bohong, coba deh permisi saat kebelet dan sudah di ujung. Nggak bakal ngompol. Kalau udah permisi dan menggunakan fasilitas toilet, jangan lupa disiram ya!
#2 Penitipan sepeda motor
Kekonyolan lain yang terjadi di Pertashop adalah ketika orang malah menitipkan motornya di sini. Ada beberapa alasan mereka melakukannya. Pertama, mau mengamen di permukiman warga. Kedua, menjadikan Pertashop sebagai titik kumpul.
Biasanya, ada salah satu orang dari perkumpulan pengamen tersebut yang menggunakan mobil. Beberapa nebeng mobil tersebut dan ada yang motornya dititipkan ke saya. Huh, kan ada yang namanya jasa penitipan sepeda motor, kenapa harus menjadikan tempat kerja saya sebagai titik kumpul dan penitipan motor coba?
Ketiga, sepeda motornya mogok atau rusak. Ini yang paling menyebalkan menurut saya. Memang sebelah Pertashop tempat saya bekerja adalah bengkel sepeda motor milik Mas Yono, penting nggak penting sih sebenarnya buat tahu namanya. Namun, bukan berarti saya mewarisi ilmu reparasi otomotif beliau. Menitipkan motor ke saya nggak bakal kerusakan yang ada jadi bener sendiri. Apalagi kalau sampai nginep, menuh-menuhin tempat saja!
#3 berteduh karena hujan deras
Memang, Pertashop milik bapak saya ini punya satu titik yang bisa dipakai untuk berteduh. Fungsinya untuk melindungi saya sebagai pekerja supaya tetap bisa bekerja di segala cuaca. Namun, keberadaan atap baja ringan ini sering disalahartikan oleh pengunjung yang bahkan tidak membeli bensin.
Saat hujan deras, mereka dengan seenak jidat ikut neduh. Selain menuh-menuhin tempat, area gerak saya untuk melayani pelanggan jadi hilang. Rasanya, saya ingin menempelkan tulisan “Bukan tempat neduh!” Namun, pasti akan sangat dilarang oleh pemilik jasa ini, yang mana adalah bapak saya sendiri.
#4 Ikut buang sampah
Pertashop tempat saya bekerja memang punya tempat sampah. Namun, keranjangnya itu kecil saja. Ya memang untuk keperluan pekerjaan saja. Makanya, nggak bakalan cukup untuk menampung sampah orang lain.
Sudah begitu, di daerah saya ini nggak ada tukang sampah. Sampah dari saya sendiri sudah banyak, mengingat saya juga tinggal di sini. Lha kalau masih dituntut untuk bertanggung jawab atas limbah sampah orang lain, yo nggak mampu saya.
Memang, beberapa kali saya atau bapak membakar sampah-sampah tersebut. Tapi kan, saya nggak tahu sampah apa saja yang dibuang oleh orang random, sampahnya kering apa basah? Kalau basah, harus saya apakan? Harus saya keringkan dulu, baru saya bakar? Ribet sekali mengurusi limbah hidup orang.
#5 Membuang uang receh
Menukar uang dari nominal ratusan ke pecahan ribuan hingga puluhan ribu memang paling menyebalkan. Namun, membuang uang receh (koin) dengan jumlah ratusan ribu rupiah juga nggak kalah menyebalkan. Selain membutuhkan wadah khusus bernama kresek untuk menyetorkannya, menghitungnya harus jeli sehingga membutuhkan banyak waktu. Apalagi kalau harus disambi menjual bensin. Wira-wiri terus, Bosku!
Saya merasa, orang-orang berusaha mengganti pengertian Pertashop atau SPBU dari definisi yang sebenarnya, yakni tempat mengisi BBM. Seolah-olah tempat saya bekerja dan tinggal ini jadi “tempat apa saja bisa”. Selain menjual bensin, Pertashop saya dianggap punya beberapa fasilitas keuangan seperti pinjaman uang, pemecahan uang, penukaran uang receh, penitipan motor, sampai bengkel. Super sekali.
Penulis: Muhammad Arif Prayoga
Editor: Yamadipati Seno