Kerja jadi PNS, nggak perlu ribet-ribet flexing kayak pegawai di kawasan SCBD.
Semakin unik saja kelakuan orang-orang yang bekerja di SCBD. Sebelumnya, banyak yang pamer enaknya kerja di SCBD dengan fasilitas transportasi yang memadai. Bahkan, mereka pun memamerkan tempat nongkrong yang parlente di dekat kantor. Baru-baru ini, ada sebuah video di Twitter yang pamer keadaan dan situasi kantor salah satu e-commerce besar di Indonesia yang terletak pada kawasan SCBD.
Mungkin dengan adanya konten video seperti itu bakal menarik freshgraduate muda nan potensial untuk melamar kerja di kantor tersebut. Pasalnya, ada “isu” yang dilemparkan di kolom komentar di video tersebut yang mengatakan bahwa turnover pegawai di kantor itu cukup tinggi. Turnover itu lantaran pekerjaan yang overtime dan overwork sehingga mengganggu kesehatan mental dan fisik. Akan tetapi, sekali lagi, isu tersebut belum tentu benar.
Sebagai orang yang saat ini bekerja di kantor pemerintah, saya merasa tidak perlu membuat konten pamer semacam itu. Video kayak gitu betul-betul nggak penting dan nggak perlu untuk dilakukan oleh seorang PNS. Ada beberapa alasan yang mendasari pendapat tersebut.
#1 Masih banyak masyarakat yang jadi buzzer profesi PNS secara gratis
Adanya konten yang pamer berbagai kenyamanan saat bekerja di suatu perusahaan, jelas akan memberikan citra positif pada tempat kerja tersebut. Namun, sebagai PNS nggak perlu repot-repot bikin video semacam itu untuk mendapat kesan positif dari masyarakat. Ini dibuktikan, setiap ada pembukaan lowongan CPNS, nggak sedikit orang tua yang meminta anaknya untuk ikut seleksinya. Bisa dikatakan, PNS punya buzzer yang organik. Mereka melakukannya dengan tulus tanpa perlu dibayar.
#2 Peserta seleksi CPNS sudah banyak
Tanpa perlu ada konten yang menampilkan kenyamanan bekerja di pemerintahan, sudah banyak orang yang berminat bekerja sebagai PNS. Ini ditunjukkan dengan jumlah total pendaftar seleksi CPNS yang bisa sampai jutaan pada 2019 lalu. Jadi, PNS nggak perlu bikin video aneh-aneh, cukup fokus pada pekerjaannya untuk melayani masyarakat.
#3 Banyak kantor yang kurang estetik
Dalam video yang pamer berbagai kenyamanan bekerja di SCBD tersebut, terlihat berbagai sudut ruangan yang tampak estetik dan memiliki kesan mewah. Kantor yang seperti itu belum tentu dimiliki oleh seluruh PNS yang ada di seluruh penjuru Indonesia. Contohnya, kalau kamu datang langsung ke kantor KUA, kantor kelurahan, atau kantor kecamatan terdekat dari domisili kamu sekarang. Lantas, bandingkan kondisi tersebut dengan video yang pamer kantor di kawasan SCBD. Bagaimana? Jomplang banget, kan?
#4 Tempat kerja idaman
Seiring dengan banyaknya video yang menampilkan kenyamanan bekerja di SCBD, saya malah mempertanyakan: apa betul SCBD adalah kawasan yang nyaman dan jadi idaman? Kalau beneran nyaman dan jadi idaman, kenapa masih perlu pengakuan dari netizen dengan pamer video semacam itu, sih?
Ini berbeda dengan bekerja di lingkungan pemerintahan. Banyak orang yang beranggapan bahwa PNS adalah profesi idaman, khususnya bagi calon mertua. Meski opini tersebut cukup usang, tapi banyak teman-teman saya yang membuktikan anggapan itu dengan menaklukkan calon mertua melalui jadi PNS.
#5 Banyak media yang sudah memberitakan enaknya jadi PNS
Setiap pembukaan seleksi CPNS, pasti ada saja berita di media tentang besaran pendapatan dari PNS. Atau seperti saat bulan Ramadan tiba, banyak media yang mewartakan besaran THR dari PNS yang katanya cukup berlimpah. Walaupun kedua berita tersebut tidak seratus persen benar. Pasalnya, mayoritas berita tersebut mengambil contoh instansi pemerintah yang memberikan tunjangan yang tinggi. Padahal, tidak semua instansi pemerintah seperti itu. Intinya, banyak media yang memberitakan kenyamanan jadi PNS, tanpa PNS-nya sendiri yang repot-repot pamer lewat konten.
Lagian, buat apa ribet bikin konten tentang pamer fasilitas kantor? Apalagi kalau lingkungan kerjanya masih toxic, overwork, dan overtime. Bukankah lebih baik kerja di tempat yang bisa datang dan pulang tepat waktu, jenjang karier jelas, dan kesehatan mental tetap terjaga? Betul apa betul, Bestie?
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Audian Laili
BACA JUGA