Surabaya yang merupakan ibu kota provinsi adalah simpul mobilitas di Jawa Timur. Kota ini menjadi hub bagi arus manusia dari berbagai kepentingan. Mereka yang melakukan perjalanan dinas dengan jadwal padat, liburan dalam waktu singkat, hingga sekadar transit tumpah ruah di sini. Di tengah waktu yang sempit itu, orang-orang hanya punya beberapa jam untuk mencicipi kota. Dalam ritme seperti itu, berburu oleh-oleh Surabaya hampir selalu menjadi ritual penutup.
Pilihannya biasanya datang dari hidangan legendaris, kudapan kekinian, sampai souvenir yang meminjam ikon Suro-Boyo. Tapi, mayoritas orang memilih makanan sebagai oleh-oleh utama. Alasannya tentu karena praktis dengan harga yang masih bisa dijangkau.
Akan tetapi, persoalannya, nggak semua makanan atau oleh-oleh dari Surabaya itu cocok dan layak menjadi oleh-oleh. Berikut beberapa makanan yang saya rasa perlu dipertimbangan kalau ada niat menjadikannya oleh-oleh.
#1 Lontong balap
Lontong balap adalah makanan khas yang sering dan mudah sekali ditemukan di Surabaya. Hal itu bikin makanan ini ditempel sebagai makanan khas setempat. Meski saya pribadi kurang begitu tahu soal klaim tersebut. Banyak orang bilang makanan ini nikmat, apalagi saat hangat. Tapi, terlepas dari itu, makanan ini gak cocok kalau dijadikan oleh-oleh. Pasalnya, makanan ini bentuknya berkuah, berisi lontong, tauge, tahu, lentho, sambal petis, dengan kuah gurih.
Hal itu membuat usia makanan ini pendek alias cepet basi. Paling tahan berapa jam sih? Sejam lebih aja rasa dan teksturnya pasti sudah berubah aneh. Kalaupun dipaksa bawa, ribet karena berkuah. Yah coba pikir bagaimana caranya makanan ini dijadikan oleh-oleh?
Ada si caranya dengan minta paket bumbu/kuah terpisah yang disegel panas, bahan padat dipisah (lontong, lentho). Tapi balik lagi, ribeettt!
#2 Semanggi Surabaya
Ini tuh salad kuah kacangnya Surabaya. Seperti namanya, bedanya menggunakan daun semanggi kukus dengan tauge/ kangkung, sebagai sayuran utamanya. Di atas sayuranya disirami sambal kental oncom-kacang hangat. Tentu makanan seperti ini jelas nggak bisa dijadikan oleh-oleh dong.
Sama dengan kasusnya lontong balap, makanan ini pun gak bisa bertahan lama, terutama sambal oncomnya yang rentan basi. Sebab, oncom kan hasil fermentasi, jadi cepet asam dan bau. Jadi makanan ini nggak cocok jadi oleh-oleh.
#3 Keripik kaca Surabaya
Saya sering menemukan jajanan keripik kaca di toko oleh-oleh Surabaya. Kalau kalian belum tahu, jadi ini adalah keripik singkong super-tipis (nyaris transparan) yang rasanya pedas manis/gurih. Kelihatannya cocok-cocok aja ya dijadikan oleh-oleh. Masalahnya, jajanan ini bukan asli Surabaya, melainkan dari daerah Jawa Barat, yaitu Ciamis. Jadi agak aneh kalau kalian dari Surabaya, tapi oleh-olehnya malah khas Ciamis.
Selain itu, kripik ini rentan melempem kalau packingnya tanpa vakum. Karena sering dijual dengan kemasan tipis tanpa nitrogen/vakum. Ditambah lagi, karena bentuknya yang tipis, bikin jajanan ini gampang remuk karena guncangan atau tekanan. Bisa-bisa pas sampai rumah, kripiknya malah jadi bubuk.
#4 Strudel
Jajanan pastry berlapis dengan isi selai atau buah yang manis-asam ini sering dijumpai di toko oleh-oleh Surabaya. Tampilannya mewah dan menggoda. Tapi, jujur saja, secara identitas, makanan ini bukan dari Surabaya, tapi dari daerah Malang. Jadi sama kayak kasus Keripik Kaca, kamu membeli oleh-oleh yang asalnya bukan dari Surabaya. Selain itu, dari aspek ketahanan, strudel punya lapisan pastry gampang lembek kalau kena panas atau lembab, kemudian isian buah bisa “bleeding” dan bikin kulitnya soggy.
Beberapa varian mengandalkan butter tinggi atau krim, yang kalau kondisinya tanpa suhu stabil bakal cepat turun rasa dan teksturnya. Enak saat baru keluar toko, tapi perjalanan panjang membuatnya berubah jadi aneh.
Akan tetapi, kalau tetap memaksa ingin menjadikannya oleh-oleh, saran saya pilih varian kering dengan isian selai pekat. Mintalah kotak yang kokoh plus penyangga, simpan di kabin (jangan di bagasi) kalau naik pesawat, dan hindarkan dari kontak panas secara langsung.
Garis besarnya gampang. Ambil yang awet, ringan, kedap, dan asli Suroboyo. Di luar itu pikir dua kali. Biar uangmu berwujud kenikmatan, bukan bubuk keripik, noda, dan oleh-oleh yang salah kota. Surabaya selalu punya yang bisa dibawa pulang seperti kenangan, rasa, dan sedikit ketegasan untuk bilang “tidak” pada yang tak cocok. Yang penting bukan banyaknya oleh-oleh, melainkan tepatnya pilihan agar perjalananmu selesai rapi tanpa drama minyak dan kuah di celana ganti.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Alasan Warlok Malas Foto di Tugu Jogja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















