Cerita mahasiswa tingkat akhir dan skripsi konon termasuk dalam top of the top dari kisah tragis yang penuh penderitaan. Ibarat kisah cinta, mahasiswa tingkat akhir adalah Panglima Tian Feng alias Cu Pat Kay, gelar sarjana adalah Dewi Chang E, dan skripsi adalah cinta itu sendiri. Harus ada cinta yang bersemi supaya Pat Kay dapat bersanding dengan Chang E.
Namun sayangnya, sejak dulu beginilah skripsi, penderitaannya tiada akhir. Berbagai macam derita harus dilalui oleh mahasiswa, mulai dari siksaan batin di-ghosting dosen, menyembuhkan sakit hati setelah draft skripsi dicoret-coret, hingga yang paling paripurna, rasa getir mengharap dapat segera ujian sidang skripsi.
Berhasil mendapatkan tanda tangan pembimbing skripsi pada lembar pengesahan sungguh bukanlah akhir dari penderitaan. Jangan terburu-buru memesan kebaya atau fotografer untuk wisuda. Bukan, saya bukan bermaksud melarang kalian bahagia. Ingat, masih ada bahaya yang menanti kalian wahai para mahasiswa tingkat akhir. Tidak lain dan tidak bukan adalah sidang skripsi.
Tidak dapat dimungkiri, sidang skripsi masih menjadi salah satu hal yang sakral bagi mahasiswa. Sebagai oknum dosen di kampus biru, saya sering menemukan mahasiswa yang pada akhirnya nggak mampu mendapatkan nilai maksimal saat sidang skripsi. Bukan karena kontennya yang buruk, tapi karena performanya yang tidak maksimal. Baik saat presentasi maupun ketika menjawab pertanyaan dan komentar dari dosen.
Berbekal pengalaman sebagai dosen pembimbing dan penguji, berikut saya bagikan kiat-kiat dalam mengatasi bahaya saat sidang skripsi. Semoga berguna untuk mengurangi risiko tidak lulus dan mengulang sidang. Hahaha.
#1 Slide yang menarik
Sering saya temukan mahasiswa hanya melakukan copy paste paragraf dari proposal ke slide presentasi. Tentu ini bukan hal yang bijak. Coba ingat lagi ketika kalian masih sering masuk kelas perkuliahan. Bagaimana perasaanmu ketika slide presentasi dosen hanya copy paste atau hasil scan dari buku teks? Membosankan, bukan?
Ingat, salah satu perangkat lunak untuk presentasi bernama PowerPoint. Kekuatan presentasimu harus muncul dalam poin-poin yang sederhana, efektif, dan tentu saja, to the point. Tambahkan ilustrasi atau gambar untuk mendukung apa yang ingin kalian sampaikan. Namun, jangan berlebihan. Nanti dosenmu malah pusing karena over dosis efek dan animasi.
Sampaikan dengan singkat dan jelas, pentingnya penelitianmu dan kenapa harus dilakukan, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, dan kenapa hasilmu bisa seperti itu. Oh iya, jika dosen pembimbingmu berkenan, konsultasikan juga materi presentasimu ke beliau untuk mendapat masukkan.
#2 Latihan presentasi
Nggak semua orang mahir dalam fafifu wasweswos. Kalau kalian termasuk dalam salah satu dari orang yang nggak mahir itu, tenang, ini bukan akhir dunia. Kuncinya adalah berlatih dan terus berlatih. Mulailah dengan menyiapkan naskah untuk masing-masing slide, baca sambil coba menghafalkan, dan hitung waktunya. Biasanya, mahasiswa diberi waktu untuk presentasi tidak lebih dari 15 menit.
Kalau latihan sepuluh kali kok belum lancar dan tepat waktu, tambah 10 kali latihan lagi. Begitu seterusnya. Jangan lupa gunakan ekspresi saat presentasi dan tidak meremehkan pentingnya latihan. Sampai sekarang pun saya masih sering melakukan hal tersebut. Bahkan ketika berhasil menjuarai lomba MyThesis in 3 Minutes di Prancis tahun 2018, anak saya yang masih balita sampai hafal materi presentasi saya karena saking seringnya mendengar saya berlatih.
#3 Kuasai materi
Sidang skripsi adalah proses dialog untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi dan pemahaman atas proses yang sudah kalian lakukan. Berlindunglah di balik orang lain dengan cara mengacu tulisan mereka untuk mendukung argumen-argumen yang kalian sampaikan. Nggak usah gengsi, biasa itu.
Gunakan referensi 5-10 tahun terakhir dan jangan asal kutip hanya untuk memberi kesan bahwa kalian sudah banyak membaca. Bagaimanapun, dosenmu itu lebih berpengalaman dibandingkan kalian. Beberapa kali saya menemukan referensi yang usianya 2-3 kali lipat usia mahasiswa. Iya kalau informasinya masih relevan, kalau sudah kedaluwarsa? Sungguh membuat saya ingin njempalik rasanya.
Saat ujian sidang skripsi, saya juga sering menanyakan teori dan hasil dari referensi yang digunakan oleh mahasiswa untuk mengetahui apakah mereka memang benar-benar membaca atau hanya copy paste. Tidak sedikit mahasiswa yang kewalahan ketika dikonfirmasi tentang hal ini. Hehehe.
#4 Jawab pertanyaan dengan positif, tenang, dan sopan
Dengarkan dengan baik pertanyaannya dan tunggu sampai dosen selesai berbicara. Jangan terburu-buru untuk menjawab. Ada 4 formula yang dapat kalian terapkan: terima kasih, memulai dengan mengulang pertanyaan secara singkat, menghindari kata yang berkesan membantah, dan menjawab secara positif.
Saya beri contoh, “Terima kasih atas pertanyaannya, Bu. Terkait metode yang saya gunakan, saya sependapat dengan ibu dan hal ini juga didukung oleh penelitian X tahun 2018. Dalam perkembangannya, saya memilih menggunakan metode Y tahun 2019 karena fafifu wasweswos.”
Selayaknya manusia normal, ketidaktahuan adalah hal yang wajar. Misalnya ada pertanyaan yang nggak bisa dijawab atau di luar topik skripsi, sampaikan saja dengan baik dan sopan, misalnya: “Terima kasih, Pak. Terkait pengaruh parameter X, mohon maaf saya belum mengetahui dengan detail karena skripsi saya hanya fokus kepada parameter Y dan Z.”
***
Jika kalian melakukan tahapan dan aktivitas yang benar dan tepat selama proses penyusunan skripsi, penguasaan materi seharusnya tidak menjadi masalah. Tinggal menyempurnakan hal-hal teknis dan faktor pendukung, seperti jaringan internet, penampilan yang mbois, dan kepercayaan diri.
Hal yang perlu diingat adalah tidak ada seorang pun yang mengetahui skripsi kalian dengan baik kecuali diri kalian sendiri.
BACA JUGA Pembimbing Skripsimu Bilang ACC, Pas Ujian Kamu Dibantai dan tulisan Bachtiar Mutaqin lainnya.