Iklan skincare dibuat kan tujuannya biar produknya laris manis terjual. Tapi masa ada iklan yang penuh kebohongan, sih?
Pasti sudah pada paham kan kalau skincare kini jadi salah satu kebutuhan pokok? Nggak peduli cewek atau cowok, banyak orang getol pakai skincare demi mendapatkan wajah glowing. Saking penginnya glow up, kadang kita kalap membeli bermacam-macam produk skincare dengan klaim yang menjanjikan. Padahal mungkin nggak semua produk tersebut kita butuhkan atau sesuai dengan kondisi kulit kita saat ini, lho.
Nggak jarang pula orang tergiur membeli produk skincare gara-gara iklan yang begitu menggoda. Nggak salah juga, sih, tapi bakal bikin dompet makin kempes. Lagi pula yang namanya marketer sih memang lihai dalam merangkai kata-kata biar produk mereka laris manis di pasaran.
Nah, supaya nggak terlena begitu saja dan membuang duit demi skincare yang sebenarnya nggak perlu-perlu amat, kita sebagai konsumen perlu mengedukasi diri sendiri. Tahu kebohongan yang kerap dilontarkan iklan skincare misalnya.
#1 “Ini adalah produk anti-aging yang sebenarnya”
Sejumlah produk skincare yang ditawarkan di pasaran menyatakan diri sebagai produk anti-aging yang mampu menghambat dan menghilangkan tanda-tanda penuaan. Pernyataan ini nggak sepenuhnya salah, tapi juga nggak sepenuhnya benar. Tanda-tanda penuaan nggak bisa dihilangkan kecuali dengan bedah kosmetik atau suntik botox, Bestie. Jika hanya mengandalkan produk topikal, melawan usia adalah hal yang nyaris mustahil.
Lantas bagaimana perihal menghambat penuaan kulit? Hal ini masih bisa ditangani oleh skincare, tapi nggak semua produk dengan klaim anti-aging mampu menanganinya. Pasalnya, nggak sedikit produk skincare anti-aging yang cuma menyertakan kandungan serupa untuk produk pelembap biasa. Misalnya hyaluronic acid dan vitamin C yang digadang-gadang bisa mengurangi kerutan.
Jadi gini, kerut pada kulit memang disebabkan oleh hidrasi kulit yang berkurang, salah satunya karena pertambahan usia. Tapi, kedua zat tersebut kurang efektif kalau lawannya umur. Sebaliknya, pilihlah kandungan skincare dengan bahan aktif retinol yang lebih mumpuni. Namun, karena retinol ini merupakan zat kimia yang tergolong keras, penggunaannya jelas nggak boleh sembarangan. Aplikasikan retinol sekali seminggu saja dan hindari pemakaian bersamaan dengan bahan aktif yang berfungsi eksfoliasi. Fyi saja, produk anti-aging yang sesungguhnya nggak perlu digunakan oleh mereka yang masih berada pada rentang usia di bawah 30 tahun.
#2 “Aloe vera gel bisa jadi pelembap”
Aloe vera gel menjadi produk hits sejak brand Korea mulai melebarkan sayap ke pasar Indonesia. Banyak iklan yang mengatakan skincare ini adalah produk multifungsi yang bisa dipakai dari ujung rambut hingga ujung kaki, bahkan bisa difungsikan sebagai primer makeup. Wah, kalau benar demikian, bisa ngirit banyak, dong?
Nyatanya, aloe vera gel nggak lebih dari soothing gel. Artinya, manfaat produk berbahan dasar lidah buaya tersebut mempunyai fungsi utama untuk menenangkan kulit. Seperti ketika kulit terbakar matahari, olesan aloe vera gel bisa sedikit membuat kulit terasa lebih nyaman. Efek dingin dan basah yang didapat dari penggunaan aloe vera gel sering disalahartikan sebagai manfaat melembapkan.
Padahal fungsi pelembap adalah sebagai produk pengunci hidrasi dari rentetan produk yang telah diaplikasikan sebelumnya. Umumnya, bahan pelembap utama pelembap sendiri biasanya adalah glycerin yang memiliki kemampuan menyerap air dan menahannya di kulit. Oleh sebab itu, pastikan kandungan moisturizer sebelum memakainya. Beda halnya pada pelembap yang menyertakan ekstrak aloe vera sebagai tambahan bahan baku sebab produk tersebut umumnya tetap mengandung glycerin.
#3 “Mampu mengecilkan pori-pori”
Pori-pori adalah salah satu tekstur wajah. Karenanya, ia nggak dapat diakali atau dihilangkan dengan produk semahal apa pun. Jadi, kalau ada iklan skincare yang berani bilang begitu, lebih baik simpan uangmu untuk membeli sunscreen yang jauh lebih berguna. Pori-pori nggak dapat dihilangkan, tetapi bisa disamarkan. Caranya, kalau nggak dengan filter kamera, ya pakai primer makeup berbahan silikon, Bestie.
Ketimbang memboroskan uang dengan hal yang nirfaedah gara-gara kemakan kebohongan iklan skincare, lebih bijak kalau kita mengerti cara membersihkan wajah sehingga nggak ada kotoran dan sisa produk yang menyumbat pori-pori. Kalau sudah tersumbat, bisa jadi muncul pembengkakan seperti jerawat. Pilih pula produk perawatan dan rias wajah yang mempunyai klaim non-comedogenic.
#4 “Skincare alcohol-free adalah yang terbaik”
Selama ini seringnya kita percaya bahwa alkohol itu nggak baik untuk kulit, apalagi kalau diracik dalam suatu produk skincare. Tapi, kok masih banyak produk beralkohol yang lolos dijual? Jadi, sebenarnya penggunaan alkohol dalam skincare itu merupakan hal yang lumrah. Alkohol jenis tertentu seperti isopropyl dan ethanol—atau yang lebih sering disebut alkohol denat—dipakai sebagai pengemulsi atau zat pelarut.
Dengan adanya alkohol yang berbentuk cair dan cepat menguap tersebut, tekstur produk yang diinginkan bisa terwujud. Salah satu manfaatnya adalah membuat produk terasa lebih ringan dan cepat diserap kulit. Jadi, nggak semua alkohol itu lantas dilarang dipakai. Kecuali, bila kita memiliki kulit sensitif dan kering, pemilihan produk non-alkohol bisa menjadi opsi yang tepat. Daripada itu, fragrance alias parfum dalam skincare jauh lebih layak dihindari karena nirfaedah dan berpotensi membuat iritasi kulit.
Itulah beberapa kebohongan yang biasa dilontarkan iklan skincare. Sebenarnya kebohongan di atas bukan bermaksud menipu, konsumen saja yang perlu lebih cerdas dan cermat lagi. Toh, saat ini informasi mengenai kesehatan kulit juga mudah diperoleh. Kalau nggak mau termakan iklan, sebaiknya lebih banyak mengulik informasi seputar skincare dari sumber-sumber yang terpercaya.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Penyebab Kulit Wajah Tetap Bermasalah meski Sudah Rajin Pakai Skincare.