Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
21 Maret 2022
A A
4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ijime adalah masalah serius di Jepang. Ijime, yang berarti perundungan, jadi masalah yang bikin pemerintah Jepang pusing, sebab masalah ini tak kelar-kelar. Pun, masalah ini begitu kompleks. Mengurainya tak semudah yang dipikirkan.

Kalau kalian masih bingung seperti apa ijime itu, liat saja perlakuan Suneo dan Giant kepada Nobita. Atau, perlakuan orang-orang kepada Naruto waktu masih kecil. Ya seperti itulah kira-kira.

Dalam artikel ini, saya akan bercerita tentang beberapa fakta ijime yang jadi masalah rumit di Jepang.

Menyendiri (Pixabay.com)

#1 Sudah terjadi sejak 1970-an

Ijime bisa dibilang adalah produk dari norma kehidupan di Jepang. Saya jelaskan dulu.

Masyarakat Jepang yang begitu homogen serta sistem pendidikan yang lebih mengutamakan identitas dan kerja sama kelompok bikin orang yang berbeda susah dapat tempat. Yang berbeda, entah menonjol secara individu atau terlihat tak seperti orang kebanyakan akan jadi sasaran perundungan.

Hal ini berefek pada meningkatnya bunuh diri di Jepang. Meski pada 1970-an sudah banyak laporan tentang ijime, namun tak ada tindakan serius dari Pemerintah. Baru pada 1980-an, ketika media mulai menaruh perhatian, pemerintah baru ikut melihat fenomena ini. Namun, hingga kini, masalah tersebut jauh dari kata selesai.

#2 Jumlah yang meningkat

Menurut data Monbukagakusho, pada 2018 ada 543.933 kasus ijime dan mengalami peningkatan 31 persen dibanding tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus lima tahun sebelumnya, mengalami kenaikan 4 kali lipat. Wow.

Parahnya lagi, pada 2018 ijime paling banyak terjadi pada anak kelas 2 SD sebesar 82.360 kasus, lalu kelas 3 SD sebanyak 80.821 kasus, dan ketiga kelas 4 SD sebanyak 73.980 kasus. Jumlahnya menurun di kelas 5 dan 6 SD, kemudian naik lagi pada kelas 1 SMP (50.259 kasus) dan menurun, lalu naik lagi saat kelas 1 SMA (9.724 kasus). Kasus ijime anak kelas 3 SMA jumlahnya 3.292 kasus.

Baca Juga:

Demi Pacar, Saya Rela Menyukai Minuman Matcha yang Selama Ini Dibenci karena Rasanya Mirip Rumput

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

Bentuk ijime yang paling sering dilakukan adalah kekerasan verbal, lalu diikuti dengan kekerasan fisik, setelah itu baru dikeluarkan dari kelompok. Mengerikan.

Ilustrasi bullying (Pixabay.com)

#3 Perundungan lewat dunia maya dan kasus bunuh diri anak sekolah

Perundungan dunia maya, di negara mana saja, selalu jadi masalah yang bikin pusing, tak terkecuali di Jepang. Perundungan dunia maya yang dialami anak SMA sering jadi masalah yang berujung bunuh diri. Saya beri contoh.

Takayuki Sasaki mengakhiri hidupnya dengan melompat ke rel lintasan kereta api daerah Nigata setelah tak tahan menghadapi perundungan selama berbulan-bulan. Ia diberikan julukan dan ditertawakan tanpa sepengetahuannya di grup Line yang lama-lama menyebar ke seantero sekolah. Ia sudah berkonsultasi dengan gurunya, namun nihil.

Dia sempat bilang bahwa hidupnya seperti neraka, yang bikin dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

#4 Suicide note

Suicide note adalah catatan/surat yang dibuat oleh para korban ijime sebelum melakukan tindakan bunuh diri. Kasus bunuh diri dengan meninggalkan suicide note ini pertama kali dilakukan oleh Hirofumi Shikagawa (13 tahun) pada Februari 1986. Dalam surat yang ditinggalkannya, ia menulis, “Saya tidak ingin mati tetapi ini seperti hidup di neraka bagiku.” Ia juga menceritakan tentang pengalamannya mengalami ijime dan mengungkap nama dari dua ketua kelompok ijime di dalam surat tersebut.

Ada banyak kasus lainnya yang serupa dan meninggalkan catatan/surat sebelum melakukan bunuh diri. Sebagian besar menyebutkan nama pelaku ijime dalam catatan tersebut. Ada juga yang hanya menceritakan alasannya bunuh diri.

Dalam buku Ijime ga Owaru Toki Konponteki e Teigen yang ditulis Shunsuke Serizawa (2007), ada siswi kelas 3 SMP yang melompat dari atap apartemen pada 10 Oktober 1992. Ia meninggalkan catatan, “Ayah, Ibu, Kakak mohon maaf. Saya telah bolos sekolah. Di sekolah, saya telah dijauhi oleh teman-teman. Saya tidak mengerti alasannya. Hanya satu hal yang saya mengerti, saya kelihatan seperti orang jahat. Oleh karena itu, saya meminta maaf. Sementara itu pergi ke sekolah tidak menarik lagi buat saya dan sekarang perasaan untuk bangun pagi menjadi berat. Sehingga saya tidak suka. Saya benar-benar minta maaf.” (AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra, Volume 7, Nomor 2, September 2020, pp. 83–101)

Namun, ada juga bukti ijime yang tertulis di dalam buku sekolah milik korban, seperti tulisan SHINE ( yang berarti mati aja lo!) yang ditemukan di kamar siswa yang melakukan bunuh diri. Atau kalau sekarang ya dalam media sosial korban. Suicide note juga bisa jadi dalam bentuk cuitan twitter.

Tersisihkan, terbuang (Pixabay.com)

Sampai hari ini, nggak ada solusi berarti dari pemerintah Jepang untuk mencegah ijime di sekolah. Mereka memang memberikan layanan konsultasi gratis. Pihak sekolah juga memberikan bimbingan dan konsultasi. Namun, seperti yang terjadi pada Sasaki Takayuki misalnya, saat pelaku dipanggil pihak sekolah, ia justru akan semakin ganas menyerang korban.

Cerita tentang ijime ini, sebaiknya dijadikan pegangan untuk kita agar selalu bersikap adil kepada yang berbeda. Hidup pasti tak homogen, dan tak ada yang benar-benar berbeda. Maka dari itu, tahan jempol dan mulutmu untuk tak melakukan perundungan hanya karena mereka tak sepikiran atau tak terlihat sepertimu. Hidup itu berharga, jangan pernah berucap atau menulis yang sia-sia.

Jika ada kawan yang terkena perundungan, hal yang harus kalian lakukan adalah berdiri bersamanya dan jangan pernah ragu membelanya. 

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Maret 2022 oleh

Tags: Bunuh DiriijimejepangPerundungan
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Pengalaman Kerja Part Time di Jepang Terminal Mojok

Pengalaman Kerja Part Time di Jepang: Gajinya Besar, Kerjaannya Nggak Nyantai

29 Juli 2022
Pengalaman Naik Bus di Jepang, Satu Penumpang pun Pasti Diantar

Pengalaman Naik Bus di Jepang, Satu Penumpang pun Pasti Diantar

9 Februari 2022
Hitachi Seaside Park, Tempat Mekarnya Bunga-bunga Indah di Tepi Samudra

Hitachi Seaside Park, Tempat Mekarnya Bunga-bunga Indah di Tepi Samudra

11 Juni 2022
sulli

Miliki Banyak Haters, Netizen Adalah Pelaku Pembunuhan Sulli yang Sebenarnya

16 Oktober 2019
Membandingkan Kebiasaan Nongkrong Mahasiswa Indonesia dan Mahasiswa Jepang Terminal Mojok

Membandingkan Kebiasaan Nongkrong Mahasiswa Indonesia dan Jepang

11 November 2022
Tempe, Makanan Mewah bagi Perantau di Jepang Terminal Mojok

Perjuangan Perantau Indonesia Menikmati Tempe di Jepang

31 Maret 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.