Angkringan adalah tempat menjual makanan dan minuman yang harganya ramah di kantong dan kebanyakan punya jam operasional dari sore hari hingga dini hari. Lantaran buka sore hari, angkringan juga jadi tempat singgah yang pas bagi orang-orang yang baru saja pulang kerja, driver ojol, hingga mahasiswa yang pengin nongkrong.
Makanan yang dijual di sini cukup bervariasi dan tentu saja harganya merakyat. Berbagai menu mulai dari nasi kucing, sundukan (sate-satean), gorengan, sampai aneka baceman ada di angkringan. Sementara minuman yang tersedia biasanya ada teh, jeruk, jahe, dsb.
Hampir setiap hari saya pergi ke angkringan untuk sekadar nongkrong bersama teman atau makan. Saking seringnya, ada puluhan angkringan yang sudah pernah saya kunjungi. Dari sana saya menyadari bahwa sebenarnya ada empat dosa tersembunyi penjual angkringan yang sering mereka lakukan dan nggak disadari para pelanggan. Memang nggak semua penjual melakukan hal-hal berikut ini, hanya sebagian oknum. Tapi, nggak ada salahnya kita mengetahui agar bisa lebih berhati-hati lagi.
Daftar Isi
Penjual angkringan tidak mencuci bersih sendok, gelas, dan piring
Lantaran hampir tiap hari mampir ke angkringan, saya jadi penasaran dengan cara penjual mencuci peralatan makan seperti sendok, gelas, dan piring. Gini lho, angkringan ini kan umumnya berada di pinggir jalan yang kebanyakan nggak ada sumber air, sementara untuk mencuci peralatan makan kan butuh sumber air yang memadai.
Setelah saya cari tahu, ternyata penjual angkringan membawa persediaan air yang lumayan banyak. Untuk mencuci peralatan makan, mereka menyediakan tiga ember khusus. Ember pertama ada air yang dicampur dengan sabun, ember kedua adalah ember berisikan air untuk membilas, sementara ember ketiga berisikan air untuk bilasan terakhir memastikan nggak ada sabun yang tertinggal.
Sejujurnya saya cukup kaget melihat cara pencucian ini. Sebab menurut saya dengan metode seperti ini peralatan makan nggak bisa bersih maksimal, masih akan ada noda atau aroma yang menempel. Apalagi ketiga ember air yang dipakai kadang sangat kotor dan jarang diganti.
Saya pernah memesan es teh di sebuah angkringan, tapi saat saya minum, ada aroma kopinya. Ternyata itu karena pencucian gelas dengan metode tiga ember yang kurang bersih. Begitu juga dengan sendok dan piring yang saya pakai untuk makan, kadang saya masih menemukan nasi yang menempel. Duh.
Menggunakan es yang tidak berkualitas
Es balok memang nggak disarankan untuk dikonsumsi karena mengandung banyak bakteri. Akan tetapi, saya masih suka melihat penjual angkringan yang memakai es balok untuk menghidangkan minuman.
Selain es balok, terkadang penjual angkringan menggunakan es yang dibungkus plastik lalu dihancurkan. Es yang seperti ini biasanya mereka bawa dari rumah atau bisa juga mereka beli dari orang lain. Kadang saya bertanya-tanya dalam hati, apakah es dalam plastik itu menggunakan air matang atau air mentah?
Sebenarnya ada cara untuk membedakan es dari air mentah atau air matang. Kalau dari air matang, warna esnya bening dan rasanya seperti air minum biasa. Sementara es dari air mentah, warnanya putih atau keruh dan rasanya seperti air keran.
Coba deh sesekali cermati es yang ada di angkringan tempat kalian memesan minuman. Semoga saja es yang digunakan sudah merupakan es batu kristal (ice cube) atau memakai es dari air matang.
Baca halaman selanjutnya
Penjual angkringan jarang cuci tangan…
Penjual angkringan jarang cuci tangan
Terlalu sering ke angkringan membuat saya menyadari sesuatu, bahwa tangan penjual jarang dicuci dan sering memegang dagangannya sendiri. Coba kalian pikir-pikir, memangnya kalian pernah melihat penjual angkringan yang cuci tangan setelah menerima uang dari kalian atau memberikan uang kembalian?
Ada kejadian kurang mengenakkan yang saya lihat dengan mata kepala sendiri. Suatu kali, penjual angkringan tempat saya makan memegang uang, tembok, sampai menggaruk kakinya dengan santai. Setelah itu blio malah memegang dagangannya untuk ditata padahal tangannya belum dicuci, lho.
Makanan tidak fresh
Saya pernah kebingungan ketika makan di angkringan yang menjual makanan nggak fresh. Padahal saya datang ke sana masih awal, lho, sekitar pukul 5 sore. Waktu itu saya memakan sundukan berupa usus yang rasanya terlalu asin dan baunya kurang enak. Saya jadi khawatir kalau itu sundukan kemarin yang nggak terjual habis, lalu dijual lagi esok harinya.
Itulah empat dosa tersembunyi beberapa oknum penjual angkringan yang jarang disadari pelanggan. Oknum penjual yang melakukan hal-hal di atas baiknya kita hindari demi kesehatan diri sendiri. Angkringan memang terkenal murah, tapi kita tetap harus mengutamakan kesehatan. Dan untuk para pengusaha angkringan, jangan mentang-mentang murah tapi nggak menjaga kebersihan, dong.
Penulis: Imanuel Joseph Phanata
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo.