Setelah menulis soal 3 Jenis Orang yang Sebaiknya Tidak Berkunjung ke Tumpeng Menoreh, saya tiba-tiba mendapatkan DM di Instagram dari seseorang yang bercerita kalau dia sedang patah hati. Rupanya saran saya untuk datang ke Tugu Jogja saat patah hati nggak cukup menghibur masnya. Patah hati, katanya, lebih sakit daripada digaji dengan UMP Jogja. Hadeeeh, suram.
Urusan patah hati, kita semua sama lemahnya. Meskipun sudah pernah patah hati seribu kali, tak lantas membuat hati kita sekuat baja, tetap saja rasanya sakit tak terkira. Tapi tenang, di dunia ini nggak hanya kamu yang patah hati. Filsuf setenar Niezche pun pernah mengalaminya. Daripada sibuk menangis dan mencari cara melupakan mantan, ada baiknya kita membaca buku. Hitung-hitung upgrade isi kepala. Kalau hati kita sedang lemah, otak harus kuat.
Berikut daftar buku yang bisa dibaca saat patah hati agar perasaanmu tak makin ambyar.
#1 Cinta Tak Pernah Tepat Waktu – Puthut EA
Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu bercerita tentang lelaki yang sering gagal dalam hubungan percintaan. Nggak hanya sekali, namun berkali-kali. Dari judulnya saja sudah keliahatan, cinta tak pernah tepat waktu. Membaca novel ini akan membuat orang yang patah hati merasa memiliki teman, bahwa di dunia ini nggak cuma kamu yang hatinya terluka karena ditinggal pergi orang tercinta.
Menariknya, novel karya Kepala Suku Mojok ini juga diselingi lelucon yang akan membuatmu tertawa meskipun hati masih terluka. Ada satu adegan di mana tokoh utamanya bersusah payah agar bisa bertemu perempuan idamannya. Berhari-hari dia sibuk berusaha meluluhkan hati sang pujaan, giliran mbaknya mau diajak ketemuan, lha kok masnya bangun kesiangan. Nggak ngotak banget alasan gagalnya.
Buku ini juga ditulis dengan gaya bahasa yang asyik, dan menurut saya cukup puitis. Selain itu, buku ini memberikan pelajaran kepada mereka yang patah hati bahwa di dunia ini ada hal yang memang diciptakan untuk disia-siakan. Ya contohnya cintamu padanya. Mau dipaksa kayak apa pun kalau dia pengin pergi, kamu bisa apa? Yuuuks, usap air matamu, Bestie. Rayakan cintamu yang tak tepat waktu dengan membaca buku. Fighting!
#2 Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur – Muhidin M Dahlan
Buku ini bercerita tentang seorang muslimah taat yang ingin menjalankan agama dengan kaffah. Ia ikut dalam organisasi Islam dan aktif membantu pendakwah. Namun, suatu ketika kehidupannya berubah. Ia merasakan kekecewaan datang silih berganti. Kecewa dengan dirinya dan kecewa dengan orang di sekitarnya yang menurutnya tahu agama tapi bersikap sebaliknya.
Singkat cerita, Kirana, sang tokoh utama memutuskan untuk “menantang” Tuhan. Ia protes kepada Tuhan dengan melakukan hal-hal yang dilarang agama. Intinya, Kirana berubah dari perempuan masyallah menjadi astagfirullah.
Lah, ngapain novel gendre dark yang pernah di protes kaum kanan garis keras ini tepat untuk orang patah hati? Ya biar kamu nggak ikut ikutan kayak Kirana, Mblo! Menyalahkan Tuhan saat hidup penuh kekecewaan. Kecewa dan sakit hatinya karena manusia, masa marahnya ke Tuhan?
Ingatlah kata-kata Imam Gazali, mencintai itu tak cukup dengan tidak melukai orang yang dicintai, tetapi bersabar saat dilukai orang yang dicintai.
Bisa jadi luka hatimu adalah jalan Tuhan untuk membahagiakanmu di kemudian hari. Positive thinking saja, barangkali hatimu butuh terluka agar kamu tahu cara menyembuhkan luka. Hazeeek~
#3 Laki-Laki Memang Tidak Menangis, Tapi Hatinya Berdarah, Dik – Rusdi Mathari
Buku selanjutnya merupakan kumpulan puisi karya Rusdi Mathari. Saya merekomendasikan buku ini dibaca saat patah hati karena orang yang terluka biasanya mendadak puitis sekali. Merayakan patah hati dengan menulis puisi itu nggak lebay, kok. Gaskan saja. Memangnya cuma Taylor Swift yang patah hatinya menghasilkan karya? Kamu juga bisa.
Ada banyak dunia yang berbeda.
Ada banyak matahari yang berbeda.
Aku menyaksikan penderitaanmu.
Merasakan sakit hatimu.
Gimana? Apakah puisi tersebut membuatmu terpancing untuk menuliskan bait patah hatimu juga? Jika belum, tenang, masih banyak puisi lain di buku ini yang akan memancing perasaanmu, yang bisa membuatmu terkesima, merenung, bahkan menangis. Puisi di buku ini juga ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Cocok dibaca orang yang hatinya sedang nggak baik-baik saja.
#4 I’m Zlatan – Zlatan Ibrahimovic
I’m Zlatan adalah buku otobiografi pesepakbola Zlatan Ibrahimovic. Buku ini mengisahkan cerita hidup Ibra, sapaan akrab Ibrahimovic. Kehidupan sang tokoh cukup berliku untuk nggak menyebutnya ugal-ugalan. Yang paling menarik dari buku ini adalah gaya berceritanya nggak membosankan layaknya buku otobiografi. Sebaliknya, buku ini menawarkan perjalanan hidup Ibra dengan kemasan novel. Kalau diibaratkan film, kayak nonton film Hollywood. Seru!
Ibra yang tumbuh sebagai anak broken home, diabaikan lingkungan dan miskin, nggak diceritakan dengan kesedihan dan ratapan, tapi dengan penuh kelucuan. Kita akan banyak tertawa saat membaca buku ini. Kecuali kalau kalian penggemar Pep Guardiola, ya. Jangan baca buku ini, deh, karena Ibra terang-terangan bilang kalau Pep bukan pelatih yang baik.
Buku otobiografi Ibrahimovic sangat pas dibaca saat patah hati. Mengapa? Sebab saat patah hati seseorang bakal susah tertawa. Dan saya hampir bisa memastikan siapa pun yang membaca buku ini akan banyak tertawa. Wes to, percaya sama saya, kamu bakalan cengengesan saat membaca buku ini.
Itulah empat buku yang sebaiknya dibaca saat patah hati. Jika setelah membacanya hatimu tak kunjung lega, masih terasa sakit luar biasa, lalu perasaan ditinggalkan menggerogoti kepercayaan dirimu pelan pelan, saran saya segera datang ke psikolog. Di era modern ini, stereotip orang pergi ke psikolog berarti gila sudah harus diakhiri. Akhir kata, semoga segala luka yang kita rasakan segera menemukan penawarnya. Aamiin.
Sumber Gambar: Unsplash