Mei merupakan bulan yang dinanti-nantikan oleh para penggemar olahraga bulu tangkis, atau yang menamakan diri mereka sebagai Badminton Lovers (BL), di tahun ini. Pasalnya, event Thomas dan Uber Cup 2022 (TUC 2022) yang hanya digelar dua tahun sekali berlangsung pada bulan tersebut. Euforia menyambut pagelaran turnamen bulu tangkis dunia ini berlangsung meriah. Bahkan, acap kali kata kunci yang berkaitan dengan TUC 2022 yang berlangsung di Bangkok, Thailand, itu nangkring di trending topic Twitter.
Sebelum TUC 2022 secara resmi digelar, ada drama Korea bertema bulu tangkis yang tayang sejak 20 April. Drama yang bertajuk Love All Play atau The Speed Going to You 493km ini mengisahkan Park Tae Yang (Park Ju Hyun), mantan anggota tim nasional badminton Korea Selatan yang terpaksa meninggalkan kariernya karena suatu problem. Ia kembali bangkit setelah beberapa tahun hiatus, dengan ekspektasi untuk bisa kembali membuktikan bahwa dirinya masih layak.
Momentum gelaran TUC 2022 ini bakal semakin pas jika kalian yang mengidentifikasi diri sebagai BL turut menonton Love All Play. Biar makin yakin, mari simak alasan-alasan yang mengharuskan para BL untuk menyaksikan Love All Play.
#1 Menyajikan perjuangan atlet untuk bisa jadi pemain inti
Sebagian besar kisah Love All Play berlangsung di klub bulu tangkis Yunis. Atlet-atlet yang masih berada di klub ini mayoritas belum pernah merasakan pengalaman bertanding di turnamen besar, kejuaraan dunia, maupun turnamen multiolahraga, seperti olimpiade.
Walaupun mereka belum pernah mengenakan jersey dengan bendera Korea Selatan di dada, para atlet Yunis ini nggak pernah absen latihan. Setiap harinya mereka ditempa oleh para pelatih agar keahlian dan kekuatan mental meningkat. Untuk BL yang selama ini kerap menonton pertandingan para atlet-atlet andal yang mewakili negara-negaranya untuk berkompetisi, kalian harus banget nonton! Kalian bakal tahu seberapa serius kerja keras, seberapa banyak luka, dan seberapa besar ambisi yang para atlet miliki untuk bisa naik ke level yang lebih tinggi.
#2 Memperlihatkan para atlet di balik layar
Saat menyimak pertandingan TUC 2022 maupun turnamen-turnamen lainnya, penonton dapat menyaksikan bahwa para atlet melakukan yang terbaik demi dapat mengharumkan nama negaranya. Setelah selesai berkompetisi, apa para atlet lantas bisa leha-leha? Tentu nggak begitu.
Love All Play merepresentasikan bahwa para atlet bulu tangkis sibuk bukan main. Sebelum maupun sesudah bertanding, mereka akan menjalani sesi latihan. Latihannya pun nggak hanya namplek kok pakai raket, mereka juga turut meningkatkan kondisi fisik dengan maraton dan olahraga ketahanan lainnya. Setiap beberapa waktu tertentu, kondisi mereka juga akan dicek oleh para trainer. Jadi, nggak perlu kecewa ya kalau DM atau mention kalian di medsos belum dibalas oleh para atlet kesayangan.
Para atlet badminton pun harus menaati berbagai macam aturan. Misalnya, mereka cenderung diharuskan menghindari kegiatan yang berbahaya yang berisiko membuat mereka cedera dan kemungkinan paling buruk, memaksa mereka gantung raket. Para atlet pun perlu menghindari makanan-makanan tertentu karena atlet nasional nggak boleh sampai sakit. Kalau yang ini mungkin sudah familier, ya, bagi para BL karena timnas Indonesia juga memiliki ahli gizi sendiri.
#3 Menunjukkan bahwa mempertahankan karier sebagai atlet sangat berat
Orang awam yang melihat atlet badminton bertanding kadang menyangka bahwa mereka hidup dengan mudah. Mereka bisa mencari nafkah dengan melakukan hal yang mereka sukai dan sesuai skill. Love All Play berupaya menangkis pendapat ini.
Memulai karier sebagai atlet saja sudah sulit, apalagi mempertahankannya. Para atlet harus memiliki keahlian di atas rata-rata kalau pengin bertahan. Ketika mereka berhasil diakui oleh pelatih dan ditetapkan menjadi wakil klub atau negara, mereka harus bekerja amat keras dan nggak bisa mundur begitu saja.
Para atlet pun nggak bisa mengandalkan hidup hanya dari hasil pertandingan. Apalagi jika setelah menjadi atlet, ternyata mereka nggak memiliki keahlian sampingan. Ketika sudah pensiun, mungkin mereka memiliki peluang untuk menjadi pelatih. Tapi, gimana jika nggak ada satupun tawaran datang?
#4 Menghadirkan persaingan, persahabatan, dan percintaan dalam tim
Di TUC 2022, penonton tentu sering mendengar dan menyaksikan sorakan para suporter, pelatih, dan sesama atlet yang menggema di Impact Arena. Mereka menyemangati para atlet yang sedang bertanding membela negaranya. Tim ganda pun saling memberikan dorongan dan bekerja sama dalam menyerang maupun mempertahankan diri. Kalian juga akan menyaksikan pemandangan yang hangat ini di Love All Play.
Walaupun bernaung di klub yang sama dan setiap hari berlatih bareng, para atlet juga tetap berkompetisi dengan kawannya sendiri. Setiap atlet harus bersaing, sebab kesempatan untuk ikut turnamen sangat terbatas sehingga mereka harus melewati seleksi. Para atlet, baik senior maupun junior, harus seratus persen menampilkan keahlian mereka. Begitu pula dengan atlet yang kalian saksikan dalam pagelaran TUC 2022. Selain mengalahkan musuh dari negara lain, mereka tentu sudah menumbangkan kawannya sendiri untuk bisa masuk menjadi timnas.
Momen-momen uwu yang sering bikin BL gemas karena adanya interaksi antaratlet lawan jenis di turnamen juga ada lho di Love All Play. Cinta mereka yang bersemi di lapangan ini bakal bikin kalian gemas sampai gigit bantal. Apalagi ada salah satu pasangan yang digabungkan dalam satu tim mix doubles. Uwuuu.
Buat kalian, para BL yang senantiasa mendukung tim Indonesia setiap kali berlaga di berbagai kejuaraan, Love All Play ini dijamin nggak akan mengecewakan. Oh ya, di drama ini ada salah satu momen yang persis dengan kejadian di Thomas Cup hari Kamis lalu. Dalam pagelaran Thomas Cup, Zhao Jun Peng sebagai perwakilan tunggal putra Tiongkok, terkena sambaran kok dari Anthony Sinisuka Ginting. Sementara di Love All Play, pipi Park Tae Jun (Chae Jong Hyeop) lecet akibat tergores kok hasil smash Koo Hyuk Bong (Park Doo Shik).
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Drama Korea dengan Sad Ending Terbaik.