Saat ini hampir semua kalangan memiliki akun media sosial entah Facebook, Twitter, Instagram, LinkedIn, Quora, atau entah apa lagi yang lainnya. Ada yang memang akun pribadi dan sebatas untuk senang-senang, pun ada yang merupakan akun dari suatu kelompok entah itu perusahaan, organisasi dan lainnya. Nah untuk urusan akun media sosial milik kelompok, diperlukan seorang admin yang bisa menjadi pengurus akun tersebut. Admin media sosial ini haruslah orang yang mumpuni dan tahu bagaimana konsep berinteraksi di dunia maya. Apakah harus berperan jaim, koplak, atau malah sok misterius.
Sayangnya, masih ada admin media sosial yang saya rasa kurang mumpuni dalam mengurus akun yang dikelolanya dan justru bikin saya mangkel maksimal. Berikut adalah tipikal-tipikal admin media sosial yang kurang mumpuni dan bikin saya mangkel.
Tipikal #1 Admin salah konsep
Admin media sosial Netflix Indonesia adalah admin paling selo di muka bumi ini, terutama admin Twitternya. Selain selo karena sering bales komen-komenan dan ngeretweet, level koplaknya luar biasa ajaib. Branding yang mau dibangun memang biar terkesan kayak kawan lama yang bisa adu bacotan lucu di Twitter. Bahkan bio di Twitternya juga kayak sok akrab banget gitu. Tulisan di bionya itu “pernah makan belut.” Eh salah, itu bionya Gusti Aditya. Maksudnya, tulisan di bio Twitter Netflix Indonesia adalah “Ngintip doang nih, gak mau komen, RT, atau likes gitu, gaes?”. Sok akrab banget kan?
Tetapi dari kekoplakan itu berarti si admin emang menguasai apa yang dia urus. Bakal aneh kalau mendadak akun Twitter Netflix Indonesia yang sudah dikenal koplak itu mendadak berubah serius, pendiam, dan melankoli. Makanya, konsep beginian penting banget. Lucu juga kan kalau akun komunitas lawak adminnya spaning kayak akun presiden.
Contoh lain, admin media sosial Mojok deh. Mojok kan terkenal dengan tagline-nya yang “Sedikit nakal, banyak akal”. Jadi, konsep yang dibangun oleh admin media sosial pasti rada-rada nakal dan bikin mikir gitu. Misal lagi ngeshare tulisannya Gusti Aditya yang mengklaim dia mirip Itachi itu ke Twitter, maka captionnya seputar “Ini orang kena Mugen Tsukoyomi apa ya?” atau ujaran nyinyir lainnya.
Tipikal #2 Admin lupa ganti akun
Masih ingat kasus Twitter Pak Jokowi yang nge-share soal JKT48 itu? Emang koplak itu adminnya. Bukan koplak yang emang brandingnya gitu, tapi beneran koplak yang koplak. Itu bisa terjadi karena dia lupa ganti akun. Masa tiba-tiba presiden ngetwit, “Wuoooh, mantab! Jadi teringat deg2annya di momen Senbatsu Uza pekan lalu” kocak banget.
Fenomena kayak gini sering kejadian, bahkan teman saya juga mengalami. Dia admin media sosial kedai kopi tempat saya kerja. Nah, biasalah karena cewek dan emang mewajibkan diri buat posting instastory setiap hari, makanya dia foto dan langsung share. Ndilalah dia masih pakai akun Instagram kedai kopi dan menggegerkan banyak orang. Ya gimana ya, kan branding dari kedai kopi tempat saya kerja itu jaim-jaim sok profesional gitu, lah tetiba ada foto mbak-mbak gemes lagi selfie yang nggak di lokasi kedai kopi. Kan pasti geger.
Tipikal #3 Admin kurang effort
Saya sering mangkel sama admin media sosial yang kayak kurang effort gitu kalo lagi ngadmin. Misal dia admin media sosial dari sebuah media massa yang lumayan populer, setiap hari dia perlu membagikan semua artikel yang tayang hari itu, tetapi adminnya sendiri kayak nggak mempelajari artikelnya gitu. Bahkan ada yang suka asal share tanpa caption dan membiarkan judulnya aja yang nongol. Atau ada yang maksain buat nulis caption, tapi jatuhnya malah aneh.
Barangkali sih karena terlalu sibuk dengan banyaknya artikel yang harus dipost, nggak sempat buat mikirin caption yang bagus atau sesuai konsep branding dan jatuhnya malah maksa. Misal ada artikel tentang kopi yang tayang dan harus di-share ke Twitter, eh saking sibuknya, captionnya simpel banget kayak, “Penulis ini emang expert di bidang kopi.” atau semacamnya. Media sosial itu kan representasi diri atau kelompok. Kalau adminnya malas-malasan begitu gimana ceritanya branding bisa berhasil? Interaksi di media sosial harusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin lah.
BACA JUGA Botol Bekas Aqua, Le Minerale, Ades, dan Pristine: Mana Botol Bekas yang Paling Worth It? dan tulisan Riyanto lainnya.