Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

3 Stigma yang Salah tentang Jakarta bagi Anak Perantau, Sekarang Nggak Perlu Takut!

Muhammad Iqbal Habiburrohim oleh Muhammad Iqbal Habiburrohim
6 Juli 2024
A A
Cara Bertahan Hidup di Jakarta Jika Gajimu di Bawah UMR Jakarta 2024 depok heru budi jogja

Cara Bertahan Hidup di Jakarta Jika Gajimu di Bawah UMR Jakarta 2024 (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta seringkali dikonotasikan sebagai kota yang mengerikan bagi para perantau, khususnya bagi mereka yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah perantauan. Nggak terkecuali saya yang dulunya diwanti-wanti oleh keluarga untuk berhati-hati saat mendapatkan tawaran pekerjaan di sini.

Saya pun heran, kenapa keluarga dan orang terdekat merasa bahwa Jakarta adalah tempat yang “wah” (dalam konotasi negatif) untuk para perantau pemula. Sebenarnya, saya pernah merantau di beberapa tempat lain sebelumnya, namun baru pertama kali ini keluarga saya nampak khawatir dan beberapa kali memastikan keteguhan hati saya. Stigma buruk yang melekat pada Jakarta bagi para perantau adalah kota ini begitu keras dan tidak ramah bagi para perantau. Setelah hampir satu tahun menetap di sini, menurut saya banyak hal yang harus diluruskan. Jakarta nggak begitu menakutkan, kok~

Jakarta serba mahal

Pesan awal yang diberikan keluarga saat saya memutuskan untuk menetap di Jakarta adalah “ajar prihatin” atau belajar prihatin. Orang-orang terdekat pun juga memberikan pandangannya terhadap mahalnya biaya hidup di Jakarta. Saya merupakan orang yang cukup well planned dalam hal pengaturan keuangan, jadi saya langsung mempersiapkan alokasi rencana pengeluaran sejak sebelum berangkat.

Ya, gimana lagi, saya dibombardir pandangan buruk terhadap peluang boncos saat hidup di Jakarta.

Setelah menjalani berbulan-bulan lamanya hidup di sini, saya merasa pengeluarannya normal-normal saja, kok. Biaya hidup di Jakarta memang cenderung lebih besar khususnya tempat tinggal/kos, tapi untuk kebutuhan lainnya masih sama saja. Bahkan, transportasi umum di sini sudah sangat proper dan murah. Uang bensin yang biasanya memberikan andil yang besar dalam pengeluaran menjadi bisa diminimalisir.

Setelah mengobrol dan survei kecil-kecilan kepada beberapa teman, faktor utama pengeluaran membengkak tak lain dan tak bukan karena nongkrong. Saya bukannya melarang nongkrong, tapi membatasi intensitas kegiatannya untuk menghemat pengeluaran tentu diperlukan. Kalau kalian nongkrong dua hari sekali atau bahkan setiap hari ya wajar kalau membebani pengeluaran. Masalahnya, teman-teman saya kebanyakan nggak mencatat pengeluaran, jadi uang bulanan yang jumlahnya sebenarnya cukup bisa tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Nongkrongnya kebanyakan, eh Jakarta yang disalahkan~

Pergaulan bebas

Petuah orang tua lain yang terus diberikan setiap saat adalah menjaga diri dari pergaulan yang kurang bermanfaat. Mungkin ada untungnya juga saya termasuk orang yang mageran untuk keluar kos kalau kepentingannya nggak begitu urgent. Tapi, menurut saya pergaulan di Jakarta bukan yang menakutkan juga.

Setelah saya pikir-pikir, pergaulan bebas nggak hanya terjadi di Jakarta saja. Jogja yang dijuluki kota pelajar dan tempat kelahiran saya pun nyatanya juga nggak menjamin bisa menghindarkan kita dari pergaulan bebas.

Baca Juga:

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

Ya, memang benar jika terdapat beberapa sentra hiburan malam di Jakarta. Tapi, tempat hiburan lain yang family friendly juga banyak, kok. Bahkan, Jakarta termasuk kota yang memiliki banyak public space memadai dibandingkan kota-kota lain yang pernah saya singgahi. Kalian yang ingin nongkrong di kafe banyak pilihannya, perpustakaan juga melimpah, bahkan kuliner-kuliner yang dekat dengan transportasi umum pun juga enak. Berdasarkan referensi tersebut, saya menjadi nggak punya alasan untuk coba hiburan aneh-aneh di sini.

Semuanya kembali lagi ke pribadi masing-masing. Ya, untuk urusan pergaulan saya pikir semuanya sudah dewasa lah untuk menentukan pilihannya. Mau diasingkan ke tempat terpencil sekalipun, kalau orangnya memang ingin pergaulan bebas ya pasti nemu-nemu saja celahnya. Bandelnya akibat perilaku sendiri, eh malah Jakarta yang disalahkan~

Nggak ramah untuk perantau

Jakarta sebagai kota metropolitan dan (calon) mantan ibu kota tentunya menjadi daya tarik bagi para perantau dalam mencari pendapatan. Saya setuju bahwa Jakarta sudah terlalu penuh dan sesak oleh orang-orang di dalamnya yang terus bertambah. Namun, penilaian bahwa Jakarta adalah kota yang keras dan nggak ramah untuk para pendatang menurut saya nggak tepat juga.

Menurut saya, kata paling tepat untuk mendefinisikan Jakarta ya penuh. Warga dan orang di dalamnya justru memperjuangkan hal yang sama. Saya masih bisa merasakan kehangatan warga asli di sekitar tempat tinggal saya. Kemudian, teman-teman baru yang saya temui dari berkenalan secara nggak sengaja juga kebanyakan asik. Berdesakan di dalam kereta sampai saling ngotot di jalan raya, semuanya terjadi karena kota ini sudah terlalu sumpek. Apakah sampai nggak ramah untuk perantau? Nggak juga, sih.

Saya pribadi nggak merasakan adanya perbedaan yang begitu signifikan saat tinggal di sini dibandingkan tempat perantauan lain. Sama-sama melelahkan, sama-sama butuh perhitungan, tapi sama-sama menyenangkan. Kalau pun memang ada yang bercerita buruk tentang Jakarta kepada para perantau, saya pikir alasannya agar orang itu nggak menambah sumpeknya Jakarta saja. Faktanya? Ya, layaknya kota perantauan seperti biasanya, kalian aja yang lemah! Hehe bercanda~

Penulis: Muhammad Iqbal Habiburrohim
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Perjalanan Perantau Minang Menantang Jakarta: Jakarta Itu Keras, Lebih Baik Putar Balik!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 Juli 2024 oleh

Tags: Jakartamerantaustigma
Muhammad Iqbal Habiburrohim

Muhammad Iqbal Habiburrohim

Mahasiswa biasa yang ingin mencurahkan keresahan

ArtikelTerkait

Kereta Api Madiun Jaya, Andalan Baru Saya Perjalanan Madiun-Jakarta Mojok.co

Kereta Api Madiun Jaya, Andalan Baru Saya Perjalanan Madiun-Jakarta

21 Oktober 2025
culture shock merantau MOJOK.CO

Culture Shock Orang Cirebon yang Merantau ke Yogyakarta Diselamatkan oleh Magelangan Warmindo

8 Juli 2020
Flyover Pasar Rebo, Tempat Pacaran Favorit sekaligus Tempat Tawuran Favorit di Jakarta Timur

Flyover Pasar Rebo, Tempat Pacaran Favorit sekaligus Tempat Tawuran Favorit di Jakarta Timur

28 Februari 2024
Kemacetan di Pinang Ranti Jakarta Nggak Pernah Selesai Gara-gara Angkot Ngetem Seenak Jidat

Kemacetan di Pinang Ranti Jakarta Nggak Pernah Selesai Gara-gara Angkot Ngetem Seenak Jidat

10 November 2024
Sisi Gelap Jakarta Prostitusi di Balik Kampus Islami (Unsplash)

Sisi Gelap Kampus Islami di Jakarta: Sarang Ayam Kampus dan Prostitusi yang “Tersembunyi”

1 September 2023
Jakarta Adalah Tempat Terbaik untuk Menemukan Ketenangan Melebihi Jogja (Unsplash) umr

Yakin Biaya Hidup di Jakarta Mahal? Ini Soal Mindset, Bung!

25 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.