Sebagai negara kepulauan yang terletak di Asia Tenggara, Indonesia memiliki banyak pulau, mulai dari pulau besar hingga kecil. Dari pulau-pulau tersebut, ada lima pulau terbesar yang kita kenal, yakni Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Tiap pulau di Indonesia terdiri dari beberapa provinsi. Hingga 30 Juni 2022 lalu, tercatat ada 37 provinsi yang ada di Indonesia. Salah satu provinsi tersebut adalah Sumatra Utara yang terletak di bagian utara Pulau Sumatra.
Hampir sama seperti daerah lainnya yang kerap disalahpahami, ada beberapa salah paham terkait Sumatra Utara yang juga beredar di masyarakat. Sebagai pemegang KTP provinsi ini sejak tahun 2015, saya merasa perlu meluruskan beberapa hal terkait kesalahpahaman tersebut.
#1 Danau Toba bukan berada di Medan
Sebelum resmi memegang KTP Sumatra Utara, saya pun kerap terjebak dalam salah paham pertama ini. Mentang-mentang Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatra Utara dan Danau Toba adalah ikon pariwisata dari provinsi yang sama, orang-orang di luar Sumatra Utara menganggap bahwa Danau Toba itu terletak di Medan.
Nyatanya, Danau Toba yang merupakan kaldera raksasa ini berjarak kurang lebih empat jam perjalanan darat dari Kota Medan. Jika ingin berkunjung ke Danau Toba, akan lebih cepat jika kita turun di Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara ketimbang turun di Bandara Kualanamu. Kode Bandara Silangit sendiri adalah DTB yang merupakan singkatan dari Danau Toba, menunjukkan bahwa ini adalah akses bandara terdekat dari danau tersebut.
Ingat film Ngeri-ngeri Sedap beberapa waktu lalu? Domu dan saudara-saudaranya turun di Bandara Silangit yang lebih dekat dengan rumah. Wajar karena pengambilan gambar film ini dilakukan di kota Balige yang hanya setengah jam dari bandara tersebut.
#2 “Anak Medan” identik dengan suku Batak Toba
Salah paham kedua soal Sumatra Utara ini, bagi saya sendiri, sangat dipengaruhi oleh karakter Poltak Si Raja Minyak dari Medan yang diperankan oleh Ruhut Sitompul di sinetron Gerhana. Sebentar, kalian tahu nggak sinetron Gerhana? Itu lho, sinetron yang dibintangi Pierre Rolland dan tayang pertama kali tahun 1999 silam. Logat Batak Toba dipadukan dengan “gelar” Raja Minyak dari Medan, membuat saya menyangka bahwa Medan itu—bahkan se-Sumatra Utara—isinya ya orang-orang bersuku Batak Toba.
Nyatanya, Medan berdiri di wilayah “milik” suku Melayu. Buktinya adalah Istana Maimun yang berdiri megah di Kota Medan merupakan istana peninggalan kesultanan Deli yang memadukan unsur-unsur kebudayaan Melayu Deli, Islam, Spanyol, India, Belanda, dan Italia.
Selain Melayu dan Batak, Kota Medan juga diisi etnis lain seperti Tionghoa, India, dan Jawa. Khusus orang Jawa di Medan biasanya merupakan Pujakesuma atau Putera Jawa Kelahiran Sumatra: orang-orang bersuku Jawa yang sudah sejak lahir berada di Sumatra. Salah satu pakde saya termasuk kelompok ini.
Suku “asli” Sumatra Utara sendiri bukan hanya terdiri dari Melayu dan Batak Toba. Masih ada suku-suku lain seperti Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak Mandailing, Batak Fakfak, Nias, dan Melayu Pesisir. Melayu Pesisir adalah suku Melayu yang mendiami pesisir selatan Sumatra Utara seperti wilayah Sibolga dan Tapanuli Tengah.
#3 Durian Medan bukan berasal dari Medan
Sepertinya yang ini cukup jelas, durian Medan yang terkenal itu bukan berasal dari Medan, melainkan dari seluruh pelosok Sumatra Utara. Lagi pula sulit rasanya mengalokasikan lahan di Kota Medan untuk sekadar membuka kebun durian. Lebih ekonomis jika digunakan sebagai tempat usaha. Ehe~
Berdasarkan data dari Katadata, penghasil durian terbesar di Sumatra Utara adalah Kabupaten Dairi yang terletak di barat laut Danau Toba, disusul oleh Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Nantinya durian-durian ini dikirim ke Kota Medan untuk kemudian dijual ke Pulau Jawa, dijadikan pie durian yang terkenal itu, atau dijual di Ucok Durian yang menyediakan durian sepanjang tahun. Bisa ada durian sepanjang tahun itu kan karena waktu berbuahnya durian berbeda-beda di tiap kabupaten.
Itulah tiga salah paham terkait Sumatra Utara yang beredar di masyarakat dan perlu diluruskan. Semoga setelah ini nggak ada lagi yang meminta saya untuk menuliskan Pandan-Medan sebagai alamat saat menghadiri acara di universitas. Sebab, Kota Pandan yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah itu jaraknya 10 jam perjalanan darat dari Kota Medan, jadi seharusnya yang benar Pandan-Sumatra Utara. Kalau Pandan-Medan sih sepertinya lebih tepat dijadikan rute bus antarkota dalam provinsi, deh.
Penulis: Maria Kristi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Uniknya Segmentasi Koran di Sumatra Utara.