Fitrah makeup adalah untuk memperindah wajah, mengubah komuk yang pucat pasi menjadi lebih merona. Namun siapa kira, ternyata ada produk kosmetik yang lebih berfungsi untuk dipelototin ketimbang dipakai setiap hari.
Awalnya saya pikir menggunakan produk kosmetik itu bukan perkara yang sulit. Saya sering menonton banyak tutorial merias wajah, tapi nggak pernah dipraktikkan. Prasangka “merias wajah itu mudah” terus menancap di otak ini, sampai pada suatu hari saya mencoba untuk menggambar alis.
Alamak doger, bukannya presisi, alis saya malah membentuk persegi nggak karuan. Bukannya terlihat usai dipoles pensil alis, eh, malah terkesan kayak habis ditemplokin lego blok hitam. Duh.
Berangkat dari pengalaman “ajaib” tersebut, saya nggak berani lagi meremehkan produk kosmetik dan perihal merias wajah. Saya belajar bahwa banyak produk kosmetik yang mesti saya cobain di luar sana dan skill merias wajah saya harus berkembang. Saya pun mulai membeli produk kosmetik dari yang berfungsi untuk makeup harian hingga heavy makeup.
Saya mencoba mengakrabi apa itu eyeliner, bronzer, highlighter, maskara, eyeshadow, primer, contour, hingga blush on. Saya juga mulai membuat daftar foundation yang bisa saya pakai setiap hari hingga foundie yang hanya bisa digunakan untuk event tertentu.
Semakin belajar, semakin saya mengerti. Skill merias wajah saya memang berkembang, tapi tingkat kepercayaan diri untuk berdandan full makeup di setiap perjalanan jadi menciut. Produk kosmetik yang saya pakai juga kian mengerucut. Dari semua produk yang saya beli, ujung-ujungnya saya cuma pakai yang ringan seperti pensil alis, BB cream, bedak, dan gincu ombre. Sisanya benar-benar cuma dilihatin hingga berdebu seperti tiga produk berikut:
#1 Eyeliner
Produk kosmetik yang satu ini mulai saya minimalisir penggunaannya. Awalnya saya merasa oke-oke saja pakai eyeliner ke mana-mana. Tapi setelah banyak ngaca, kok jadi rada gimana gitu. Bukan apa-apa, soalnya model eyeliner yang sering saya pakai itu catwing. Iya, yang matanya dibikin njengat gitu.
Pilihan pada model catwing itu lantaran bikin mata saya terlihat tajam. Tapi sayang, makin tua ke sini, saya merasa urgensi untuk pakai eyeliner kian berkurang, apalagi dengan model catwing. Saya jadi malu.
Belum lagi kalau ternyata panjang wing kanan dan kiri berbeda. Hadeh, makin merusak makeup yang sudah jadi. BB cream yang sudah menempel di kulit mau nggak mau ikutan kebusek, hilang. Bedaknya pun bernasib serupa. Area yang kebusek tadi jadi berbeda warna dengan area kulit yang lain. Walah, pokoknya berisiko banget, apalagi kalau sedang buru-buru.
Mau nggak mau, eyeliner jadi barang nomor wahid yang vakum dan berakhir hanya dilihatin di rak makeup saya.
#2 Bronzer
Bronzer adalah produk kosmetik yang saya beli ketika mau wisuda beberapa waktu lalu. Kebetulan saya dandan sendiri dan dengan pedenya saya memberanikan diri berpikiran, “Ah, nggak papa beli bronzer. Toh, nanti dipakai tiap hari!”
Padahal? Ck, boro-boro dipakai tiap hari, seingat saya bronzer yang saya beli itu cuma dipakai waktu wisuda. Selebihnya saya pakai tipiiisss saja untuk keperluan makeup harian. Dan akhirnya lama-lama bronzer itu teronggok begitu saja jadi pajangan.
#3 Eyeshadow
Produk kosmetik terakhir yang saya beli dan berakhir jadi pajangan adalah eyeshadow. Semenjak fungsinya bisa diganti dengan liptint atau lipcream nude, eyeshadow yang saya miliki mangkrak di rak makeup. Dia berdebu nggak karuan. Mau pakai untuk makeup harian, tapi saya belum siap kudu touch up tiap habis wudu. Takut dibilang, “Wah, muka lu jadi pelong gitu, Ndi, habis kena air!”
Akhirnya eyeshadow saya jarang terpakai. Selain itu, sejujurnya agak mager juga buat pakai eyeshadow untuk makeup harian. Sebenarnya pengaplikasiannya mudah, tapi kadang saya dibikin capek dengan perasaan, “Ini kemenoran nggak, ya?”, “Rapi nggak, ya?”, dst.
Daripada ketinggalan KRL tiap pagi, mending nggak eyeshadow-an lah~
Penulis: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Apa sih Bedanya Makeup Mahal dan Murah?