Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

3 Pertanyaan dan Nasihat yang Menjengkelkan bagi para Wanita Single

Ririn Wulandari oleh Ririn Wulandari
5 November 2020
A A
wanita single kapan menikah mojok

wanita single kapan menikah mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saya kenal beberapa teman wanita yang menjelang atau telah memasuki kepala tiga dan belum menikah. Mereka ini sebagian besar sudah bekerja dan berpendidikan tinggi. Sudah bisa dikategorikan mapan dan cukup secara finansial. Saya melihat mereka terbagi dalam dua kubu. Kubu pertama adalah kelompok yang bisa lepas dari tekanan sosial dan yang kedua adalah kelompok yang tenggelam dalam tekanan tersebut.

Seperti biasa dan tentu saja sudah bisa ditebak, warga +62 memiliki rasa “kepedulian” yang maha besar terhadap nasib sesamanya. Tidak terkecuali pada para wanita single tadi. Tidak pernah absen bertanya “kapan nikah?”, seolah sudah menjadi pertanyaan wajib saat bertemu. Belum lagi bumbu-bumbu nasihat seperti “jangan terlalu memilih” atau “makanya sekolah jangan terlalu tinggi” yang sama sekali tidak solutip kata bu Tedjo.

Bagi kelompok pertama, pertanyaan dan “nasihat” di atas seringkali tidak diambil hati. Mereka bahagia menikmati ke-single-an mereka. Kalau saya ibaratkan, mereka inilah kelompok yang ada dalam syair lagu Oppie Andaresta: “… I am single and very happy…” Hemat saya, kita tidak perlu usik mereka dalam tulisan ini. Mereka sudah bahagia kok.

Akan tetapi bagi kelompok kedua, bentuk “kepedulian” tadi sering menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan cenderung memancing kesedihan. Mari kita lihat satu per satu.

Pertama, “kapan nikah?”

Seriously, pertanyaan ini adalah pertanyaan latah yang paling aneh menurut saya. Sudah hampir bisa dipastikan, para wanita single tidak tahu kapan mereka akan menikah. Kalaupun mereka tahu, pastilah kita sudah dikirimi undangan kan? Atau paling tidak, gelagat mereka akan menikah sudah bisa kita endus dari story mereka di IG atau sosmed lain. Jaman sekarang, siapa sih yang ga pamer kebahagiaan di sosmed? Dan lagi, siapa sih yang ga mantengin story orang? Mayoritas dari kita melakukannya kan?

Sudah umum kita melihat cara anak jaman now mengekspresikan romantisme mereka di media sosial. misalnya dengan mengunggah foto berdua, deklarasi “in relationship” pada bagian status, atau yang lebih ekstrem lagi, membagikan percakapan mesra mereka pada khalayak ramai. Seperti ahli nujum yang melongok ke kaca benggala, kita akan dengan mudah tahu apakah seseorang sudah punya pacar baru atau belum, apakah ia sedang bucin atau tidak, termasuk juga apakah seseorang sudah mendekati pernikahan atau belum, hanya dengan melihat sosmed teman kita tadi. Jadi, kalau kita belum mengendus bau katering, tenda pesta dan dekor mahligai, untuk apa lagi bertanya “kapan kawin”, heh?

Kedua, “jangan terlalu memilih”

Benarkah seorang wanita single yang terlalu memilih tidak akan dapat jodoh? Tidak ada yang tau jawabannya. Tapi, sebagai orang yang sudah menikah, saya bisa menasihati bahwa kita wajib memilih orang yang akan menjadi pasangan kita. Kita akan hidup bersama orang tersebut, makan, tidur, berdiskusi, dan juga membesarkan anak dengannya. Akan banyak keputusan-keputusan besar dalam hidup yang akan kita buat dengan dia. Bagaimana mungkin kita tidak wajib memilih orang yang akan mengisi kehidupan kita sedangkan untuk sekedar membeli bawang dan cabai di pasar saja kita seleksi satu per satu mana yang layak untuk masuk ke kantong kresek?

Coba bayangkan kalau kita menikah dengan orang yang menginginkan kita menjadi ibu rumah tangga, padahal kita ingin bekerja? Apa jadinya kalau kita menikah dengan orang yang percaya bahwa banyak anak banyak rezeki, sedangkan kita tahu bahwa kita bukan tipe ibu idaman? Bagaimana jika ia berprinsip bahwa pekerjaanlah yang utama, keluarga sesudahnya, sedangkan kita berdiri di seberang premis tersebut? Bagaimana kalau ternyata pasangan kita adalah tim bubur diaduk, sedangkan kita adalah tim bubur dipisah? Saya pikir pertanyaan-pertanyaan di atas sudah cukup menunjukkan betapa pentingnya memilih pasangan bukan?

Baca Juga:

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Gadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga

Terakhir, “makanya jangan sekolah tinggi”

Bagi saya ini bukan nasihat, ini penyesatan. Di masyarakat kita, ada kepercayaan bahwa wanita yang sekolah tinggi sulit dapat jodoh. Penyebabnya adalah laki-laki tidak suka pada wanita yang lebih pintar, lebih tinggi sekolah, lebih besar gaji, dan lebih yang lain-lain dari dirinya. Mungkin memang, di jaman yang katanya sudah maju ini, masih ada jenis laki-laki seperti yang disebutkan tadi (ampun Gusti!). Kita tidak perlu mempersoalkan kaum adam jenis ini karena jelas mereka bukan segmen wanita single yang mandiri.

Kalaupun mereka tidak mau menikah dengan wanita pintar karena takut maskulinitasnya akan terkompromi, itu artinya dia tidak cukup tangguh menghadapi ego dirinya. Kalaupun mereka menikah, wanitanya akan disibukkan dengan agenda menjaga perasaan laki-laki agar tidak terluka, padahal tidak ada pihak yang sedang menyakitinya. Laki-laki jenis ini sedang terluka oleh dirinya sendiri, dan, saran saya, wanita tidak perlu menanggung beban untuk selalu menyuap egonya.

Jadi bagi saya permasalahannya bukan pada wanita yang sekolah tinggi. Tapi, lebih pada masyarakat kita yang terus mendukung teori bahwa laki-laki harus “lebih” dari wanitanya, dan terus menurunkan mantra tersebut pada generasi selanjutnya.

Andai saya yang single, tentu saya risih jika dihadapkan pada pertanyaan dan “nasihat” di atas. Para kaum berisik ini biasanya boro-boro mau ikut patungan catering, membantu mencarikan pacarpun tidak. Rasanya respon yang pas adalah pura-pura bilang “eh, di pipi loe ada nyamuk”. Plak! Gampar saja.

BACA JUGA Vaksin Covid-19 Butuh Waktu Lama untuk Dibuat: Penjelasan Sederhana

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

 

Terakhir diperbarui pada 5 November 2020 oleh

Tags: PendidikanPernikahanwanita single
Ririn Wulandari

Ririn Wulandari

Penulis, simpatisan para single

ArtikelTerkait

Hukum Menikahi Sepupu: Kalian Nggak Bisa Nyari ya, Sampai Sepupu Sendiri Mau Diembat?

Hukum Menikahi Sepupu: Kalian Nggak Bisa Nyari ya, Sampai Sepupu Sendiri Mau Diembat?

16 April 2023
Anatomi Perasaan Ibu oleh Sophia Mega: Ibu Tak Harus Selalu Sempurna

Anatomi Perasaan Ibu oleh Sophia Mega: Ibu Tak Harus Selalu Sempurna

Memakai Jalan Depan Rumah untuk Hajatan, Itu Ganggu Banget!

Memakai Jalan Depan Rumah untuk Hajatan, Itu Ganggu Banget!

29 November 2019
Hubungan Beda Agama Rizky Febian dan Mahalini: Bagaimana Anak Muda Memandang Relasi Beda Agama?

Hubungan Beda Agama Rizky Febian dan Mahalini: Bagaimana Anak Muda Memandang Relasi Beda Agama?

11 Mei 2023
Kenapa Contoh Orang DO tapi Sukses Dikit dan Itu-itu Saja?

Kenapa Contoh Orang DO tapi Sukses Dikit dan Itu-itu Saja?

27 Februari 2022
Kalau Disuruh Memilih Sosok Guru Ideal, Saya Akan Jawab Koro-Sensei terminl mojok.co

Kalau Disuruh Memilih Sosok Guru Ideal, Saya Akan Jawab Koro-Sensei

16 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.