Hidup di daerah yang sejuk, asri, dan jauh dari gegap gempita adalah impian banyak orang. Dan itulah yang mungkin dirasakan oleh orang-orang yang pernah atau masih hidup di Malang. Malang, yang berada di dataran tinggi, menyuguhkan banyak hal bagi mereka yang hidup di sana. Mulai dari ketenangan khas dataran tinggi, hingga hawa dan udara yang sejuk, serta menenangkan.
Maklum, sebab Malang memang wilayah yang pada zaman dahulu kerap menjadi daerah tujuan untuk berlibur, untuk rehat dari segala rutinitas di kota-kota metropolitan. Bahkan sejak zaman kolonial, Malang (dan Batu) adalah wilayah yang memang diperuntukkan untuk berlibur bagi orang-orang Belanda. Dan inilah yang bertahan hingga sekarang, bahwa daerah ini bertahan sebagai wilayah destinasi wisata khas dataran tinggi.
Itulah romantisme Malang sebagai tempat yang nyaman untuk ditinggali. Banyak orang yang ingin hidup dan tinggal di sini dengan segala kesejukan dan ketenangannya. Banyak dari mereka yang mungkin memimpikan Malang sebagai tempat yang pas untuk beristirahat atau bahkan menghabiskan masa tua mereka. Tak heran jika banyak vila pribadi yang berdiri di Malang (dan sekitarnya), yang sayangnya bukan milik warga lokal sendiri.
Meski menawarkan romantisme yang indah, Malang tetap saja menyimpan berbagai persoalan yang sayangnya tak kunjung beres. Berbagai persoalan, mulai dari persoalan kecil hingga besar, inilah yang bikin kita tidak bisa melakukan beberapa hal di sini. Apa saja itu?
#1 Berkendara dengan nyaman
Hal pertama yang tidak bisa dilakukan di Malang adalah berkendara dengan nyaman. Ini adalah salah satu masalah konkret yang terjadi di sini dan masih belum terselesaikan. Iya, Malang sepertinya bakal identik dengan jalanannya yang berlubang jika masalah ini tidak segera diselesaikan. Bayangkan saja, di beberapa wilayah, jalan yang berlubang jumlahnya bisa mencapai belasan dalam jarak beberapa puluh meter saja. Dan itu jelas membahayakan para pengguna jalan yang melintas.
Dengan kenyataan pahit seperti ini, susah sekali untuk mengatakan bahwa kita akan nyaman berkendara di Malang, apalagi jika melewati wilayah-wilayah jalan yang berlubang. Alih-alih nyaman, kita harus siap melewati rintangan berupa jalan berlubang ini ketika berkendara. Ya mirip-mirip rintangan Ninja Warriors, lah.
#2 Puas dengan kinerja pemimpinnya
Masih nyambung dengan poin pertama, salah satu penyebab mengapa permasalahan jalan berlubang tidak segera terselesaikan adalah masih pasifnya repons pemimpin Malang. Akui saja bahwa pemipin Malang saat ini (sebut saja wali kota), masih belum responsif terhadap permasalahan jalan berlubang. Padahal jalan berlubang di kota ini sudah beberapa kali memakan korban. Mau sampai kapan coba?
Tidak hanya soal jalan berlubang, ada juga hal lain yang bikin warga merasa belum puas dengan kinerja pemerintah kota. Soal macet, misalnya, yang masih saja belum ketemu solusinya hingga kini lantaran belum ada ketegasan dari wali kota. Sebenarnya masih banyak hal yang membuat kita belum puas dengan kinerja wali kota. Tapi, kalau dituliskan semua ya nggak nutut nanti. Jadi, segini saja dulu.
#3 Bingung cari tempat ngopi
Selain banyak jalan berlubang, Malang juga punya banyak warung kopi atau cafe. Semua orang sudah tahu bahwa Malang identik dengan warung kopi atau cafe yang makin menjamur. Bahkan ada satu wilayah yang di sepanjang kiri kanan jalan adalah warung kopi dan cafe. Pokoknya, jumlah warung kopi atau cafe bisa lebih banyak dari ruang terbuka hijau di sini.
Maka dari itu, kita pasti tidak akan kebingungan ketika hendak mencari tempat ngopi untuk nongkrong. Tinggal pilih warung kopi seperti apa yang cocok dengan selera dan harganya sesuai dengan kantong kita, lalu gas pergi ke sana. Pokoknya, jangan berhenti walau asam lambung menyerang.
Itulah tiga hal yang tidak bisa kita lakukan di Malang. Kadang, segala romantisme yang indah dari sebuah kota, membuat kita tidak bisa melakukan satu dan dua hal. Seperti Malang yang meskipun menyimpan romantisme indah, tetap saja ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan di sana.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Surat Cinta untuk Wali Kota: Pak, Malang Macet, Jangan Urus MiChat Saja!