Hidup selama 23 tahun di Karanganyar membuat saya harus legowo dan lapang dada. Gimana ya, setelah sekian lama tinggal di sini, entah kenapa saya merasa kurang nyaman. Bahkan niatan untuk pindah rumah tak jarang menghampiri. Maklum, semua orang pasti mendambakan tempat tinggal yang membuat penghuninya betah berlama-lama menetap, kan?
Supaya lebih jelas, daerah yang saya tinggali adalah Kabupaten Karanganyar. Ini Karanganyar timur Solo lho ya, yang punya Gunung Lawu, bukan Karanganyar lainnya. Saya tegaskan demikian soalnya nama daerah Karanganyar di Jawa Tengah itu nggak cuma satu.
Kalian mungkin bertanya-tanya dalam hati, kenapa saya merasa kurang nyaman tinggal di Karanganyar, padahal kan di sini ada beberapa tempat yang indah dan bikin nyaman, sebut saja salah satunya Tawangmangu. Ya betul juga sih, tapi saya punya alasan kuat mengapa saya merasa kurang nyaman tinggal di Bumi Intanpari.
Makin banyak pabrik
Hal pertama yang perlu kalian ketahui adalah di balik keindahan panorama alamnya, Karanganyar memiliki pemandangan yang kurang sedap. Bagi saya, sekarang kabupaten ini adalah perwujudan kota industri seperti daerah tetangga satu provinsi; Semarang, Kudus, dan Kendal.
Jika kita mengamati dari kecamatan-kecamatan yang berada jauh di bawah kaki Gunung Lawu, cerobong asap dari pabrik-pabrik terlihat kemebul. Terutama di daerah tempat tinggal saya, Kecamatan Kebakkramat.
Dulu waktu saya masih kecil, tempat-tempat yang biasa saya jadikan sebagai tempat bermain bola atau bermain layangan adalah kebun-kebun tebu di sekitaran rumah. Dulunya tempat itu merupakan tanah milik seorang peternak sapi di desa saya. Namun kini, tempat-tempat yang dulu biasa saya jadikan tempat bermain telah berubah menjadi kawasan industri pabrik asing.
Udara yang menurut saya dulunya terasa segar, kini terasa nylekit, garai sesek pas ambegan. Hampir di setiap desa sekarang berdiri pabrik-pabrik besar. Mayoritas adalah pabrik tekstil. Jika musim panas tiba, udara di kamar saya bahkan bisa dua kali lipat lebih panas daripada hari-hari biasa. Jadi, siap-siap aja boros listrik. Gimana nggak boros, lha wong satu kipas angin nggak cukup bikin adem, Gaes. Minimal saya harus menyalakan tiga kipas angin di kamar, baru terasa nyes.
Baca halaman selanjutnya
Destinasi wisata yang gitu-gitu aja…