Ada masa ketika Lamongan dan Tuban seperti dua saudara yang sama-sama bersinar di jalur Pantura. Sama-sama punya laut, sama-sama punya sejarah panjang, dan sama-sama dikenal karena kulinernya yang ngangenin. Tapi, entah kenapa, belakangan ini nama Tuban makin sering muncul di media sosial. Entah karena wisatanya, infrastrukturnya, atau program pemerintahnya yang memang terasa “hidup.”
Sementara Lamongan? Yah, masih sibuk dengan tagline “Lamongan Megilan” yang entah megilannya di mana. Berikut tiga hal yang, dengan berat hati, membuat Lamongan makin kalah pamor dibanding Tuban.
#1 Identitas kurang kuat
Coba tanya siapa pun di luar daerah: Tuban dikenal sebagai Kota Wali dan Kota Seribu Goa. Identitasnya jelas dan terus diperkuat. Pemerintahnya rajin bikin festival budaya, menjaga situs-situs bersejarah, dan mempromosikan wisata lokal secara berkelanjutan. Bahkan, kalau kamu nyasar ke pedesaan Tuban, bisa jadi nemu plang wisata atau ziarah yang terawat rapi.
Lamongan? Punya banyak potensi. Iya, ada WBL, Maharani Zoo, Makam Sunan Sendang Duwur, hingga pesisir yang cantik. Namun, sayangnya, semua itu seperti berdiri sendiri-sendiri tanpa narasi yang mengikat. Tagline “Lamongan Megilan” pun hanya populer di kalangan warga sendiri. Di luar Lamongan, orang lebih kenal “Soto Lamongan” daripada Lamongannya itu sendiri. Ironis, kan?
Kalau Tuban punya citra yang konsisten, Lamongan masih seperti remaja bingung, yang pengen tampil keren, tapi belum tahu mau dikenal sebagai apa.
#2 Infrastruktur wisata tertinggal
Salah satu hal yang bikin iri warga Lamongan adalah betapa layaknya infrastruktur di Tuban. Jalan-jalan menuju tempat wisata rata-rata sudah mulus, ditambah taman kota yang cantik dan fasilitas publik yang hidup. Pemerintahnya paham bahwa wisata itu nggak cuma soal tempat, tapi juga pengalaman menuju ke sana.
Di Lamongan? Kadang menuju destinasi wisata lokal saja harus bersiap dengan jalan berlubang dan papan petunjuk yang entah ke mana arahnya. Padahal, Lamongan dilalui jalur Pantura, lokasi yang sangat strategis untuk menarik wisatawan. Tapi, ya itu tadi, tanpa pembenahan infrastruktur dan promosi digital yang serius, potensi besar itu cuma jadi bahan obrolan di warung kopi. Tuban punya rest area dan bus sekolah gratis, sementara di Lamongan, hanya bisa menunggu Trans Jatim dari program gubernur.
Baca halaman selanjutnya: #3 Tuban mulai …




















