Dari sekian banyak mall di Jogja, saya dan teman-teman paling jarang ke Lippo Plaza Jogja karena malas berhadapan dengan 3 hal ini…
Saya bukanlah orang yang terhitung kerap main ke mall. Bahkan, mungkin bisa dalam dua bulan saya nggak menginjakkan kaki di mall dan itu lumrah saja. Selain karena saya tinggal di Bantul yang nggak memiliki mall, saya juga nggak tahu mau melakukan apa di mall jika nggak diajak teman-teman saya.
Biasanya saya dan teman-teman selalu punya rute tersendiri saat di mall. Pertama mengunjungi Miniso, lalu ke Gramedia, juga bisa melipir ke bioskop jika ada film bagus yang tayang. Kalau nggak ada film bagus ya kami akan langsung pulang.
Kegiatan ini sudah kami lakukan di beberapa mall di Jogja. Namun, ada satu mall yang jarang kami kunjungi, yakni Lippo Plaza Jogja. Setelah saya coba mengingat-ingat, agaknya tiga alasan ini cukup membuat saya dan teman-teman malas untuk mengunjungi Lippo Plaza Jogja.
Daftar Isi
Parkiran Lippo Plaza Jogja membingungkan
Kata orang-orang, Pakuwon Mall Jogja dan Sahid J-Walk adalah mall yang memegang status parkir tersulit. Pakuwon Mall Jogja dianggap tempat parkirnya membingungkan karena sangat luas, membuat sering kelupaan menaruh kendaraan. Sementara Sahid J-Walk yang nggak memiliki petugas parkir cukup membuat pengunjung ketar-ketir kala akan mengeluarkan kendaraan.
Namun buat saya pribadi, Lippo Plaza Jogja justru seharusnya menyandang predikat tersebut. Hal ini karena jalur masuk dan keluar parkiran Lippo Plaza Jogja bertingkat. Kalau saja kita nggak memperhatikan petunjuknya, kita akan nyasar dan bingung sendiri. Inilah yang membuat saya enggan ke sini kecuali ditemani orang lain. Saya takut nggak bisa menemukan jalur keluar.
Musala mall pengap
Mbak Noor Annisa sudah pernah menyatakan bahwa musala di Lippo Plaza Jogja pengap, dan saya beserta teman-teman turut setuju. Saya pernah sekali mencoba beribadah di musala mall ini dan saya kira pengalaman itu cukup sekali saja.
Musala Lippo Plaza Jogja berada di basement, jelas ini mengakibatkan dua hal. Pertama, udaranya pengap dan panas. Kedua, penerangannya minim. Saya berharap musala mall ini bisa lebih diperhatikan dan dirawat kembali, utamanya pada bagian sirkulasi udara agar pengunjung nyaman beribadah.
Sebagai gambaran lain, jalur menuju tempat wudu bagi jamaah perempuan ini seperti melewati lorong yang cukup panjang dengan warna tembok dan keramik yang mulai pudar. Beruntungnya waktu itu saya ke sana saat posisi ramai, duh kalau sepi apa nggak ketar-ketir?
Baca halaman selanjutnya: Pengalaman menggunakan lift yang menurut saya menyeramkan…
Dahulu, Lippo Plaza Jogja terkenal karena rooftop-nya, yakni Seven Sky, tempat nongkrong bagi anak-anak muda yang terkadang juga diramaikan oleh live music. Ketika hendak menuju ke sana, pengunjung diarahkan terlebih dulu naik lift yang berbeda, semacam lift barang dengan kapasitas lebih luas, yang memang menuju ke atas.
Setelah beberapa tahun, saya dan teman-teman ingin menengok Seven Sky lagi dan seingat kami, jalan satu-satunya memang hanya menaiki lift barang tersebut. Namun sesaat setelah lift terbuka, kami hanya saling pandang, menunggu beberapa detik, dan nggak ada satu orang pun yang akan ikut bersama kami.
Jelas dong daripada suasananya mencekam, saya dan teman-teman mengurungkan niat naik ke Seven Sky. Toh, letak lift barang ini juga sedikit ke belakang.
Ternyata setelah saya membaca ulang informasi di lift, ternyata lift yang umum dipakai pengunjung sudah bisa menjangkau Seven Sky. Hmmm, dasarnya memang kami agak kurang up-to-date.
Akan tetapi dibandingkan dengan mall lain yang ada di Jogja, lift Lippo Plaza Jogja terkesan lebih sempit. Walaupun memang lift ini bisa saya nobatkan sebagai lift termulus, karena kesan naik dan turunnya nggak terlalu menimbulkan guncangan.
Saya kira itu tiga hal yang membuat saya dan teman-teman malas ke Lippo Plaza Jogja. Ini malas, lho, ya bukan nggak mau sama sekali untuk pergi ke sana. Saya kira tiga hal tadi dapat dibenahi pihak pengelola mall sehingga membuat Lippo Plaza Jogja lebih menarik lagi. Kalau nggak dibenahi, bisa-bisa mall ini kalah saing dengan mall lain yang menghimpit daerahnya seperti Ambarrukmo Plaza dan Pakuwon Mall Jogja, kan.
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Nasib Mall Lippo Plaza Jogja yang Hidup Segan Mati Tak Mau.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.