Saya mewawancarai beberapa orang tentang kenapa mereka tidak mau pakai Linux, dan ini hasilnya
Membeli laptop bekas ibarat gacha: kalau beruntung, worth banget. Kalau nggak, ya dapet kentang. Sialnya, kayaknya saya kebagian yang apes. Sebab, baru beli beberapa hari, performanya sudah menurun.
Namun, saya tak menyerah. Sudah telanjur beli, kenapa nggak sekalian dimaksimalkan. Akhirnya, sistem penyimpanannya saya ganti dengan SSD. Setidaknya, booting dan eksekusi aplikasi jadi berasa lebih cepat. Serasa laptop baru gitu deh.
Selain cara yang cukup umum dilakukan orang tersebut, saya juga memutuskan untuk (kembali) menginstall sistem operasi Linux di laptop saya. Pertimbangannya tentu saja jelas, sesuai dengan keunggulan yang pernah saya tuliskan beberapa waktu lalu di sini.
Nah, perkaranya adalah di kantor saya yang baru, menjalankan sistem operasi macam linux ini adalah hal yang dianggap aneh. Jarang sekali orang menggunakannya. Bahkan di kantor saya, hanya saya dan seorang teman di bagian coding yang menggunakan sistem operasi linux ini.
Sebagai orang yang terlanjur gandrung dengan berbagai macam hal yang ditawarkan oleh Linux, tentu saja saya mempromosikan agar teman-teman sekantor saya juga ikutan pake sistem operasi ini ini. Nyatanya, sampai berbusa-busa menjelaskan banyak keunggulan yang dimiliki Linux, teman saya tetap pakai Windows.
Demi mengobati rasa penasaran saya tentang kenapa tidak ada satu pun orang di kantor saya yang kepincut menggunakan Linux, saya mewawancarai beberapa di antara mereka. Nah, inilah hasil wawancara tentang alasan teman-teman kantor saya tidak menggunakan sistem operasi ini.
#1 Interface yang aneh
Saya dan beberapa teman yang coba-coba (dan akhirnya setia) menggunakan Linux, mengalami kebingungan di awal-awal penggunaan. Itu hal yang wajar sebenarnya. Toh hal yang sama juga kita alami ketika berkenalan dengan sesuatu yang baru. Laptop atau hape baru merek teranyar misalnya. Kita perlu menyesuaikan sampai benar-benar menguasai cara mengoperasikan serta fitur-fitur andalannya. Hal yang sama ini juga yang dikeluhkan oleh beberapa teman kantor yang saya yang pernah mencicip atau sekadar melihat saya mengoperasikan laptop saya.
Tentu saja saya tidak menampik apa yang dikatakan teman-teman saya perihal tampilan Linux yang aneh tadi. Toh mereka sedang beralih interface sistem operasi. Entah itu sekadar melihat atau sudah berniat menggunakan Linux sepenuhnya. Dan, beralir berarti ada yang berubah. Posisi tombol windows misalnya. Atau yang paling dasar, cara mematikan laptop.
Nah, permasalahan ini, untuk yang tidak paham konsep dari Linux, biasanya akan berlanjut seterusnya dan seterusnya. Dan ini salah satu penyebab orang-orang nggak mau pakai Linux, termasuk teman-teman kantor saya.
#2 Keterbatasan aplikasi
Di Windows, kebutuhan untuk bekerja, biasanya sudah didukung oleh aplikasi tertentu. Word (untuk menulis) misalnya, bisa menginstal melalui Office yang biasanya sudah include dengan Excel, PowerPoint, dan teman-temannya. Atau aplikasi pengolahan grafis misalnya, yang paling umum, orang-orang memakai Photoshop atau Corel Draw. Untuk videografi, Windows punya beberapa aplikasi yang paling terkenal, sebut saja Premiere Pro, After Effect, Sony Vegas Pro, dan masih banyak lagi.
Walau bisa di-install di Linux, aplikasi yang disebutkan di atas perlu emulator. Secara tidak langsung membuat performa laptop Anda juga akan ikutan bekerja keras, bahkan bisa dua kali lipat dari biasanya.
Pilihan masuk akalnya adalah meng-install aplikasi alternatif yang dikhususkan untuk sistem operasi Linux. Namun, permasalahan lebih besar justru dimulai dari sini. Setidaknya ada dua yang harus dipelajari mulai dari nol dengan hal tersebut, yakni sistem operasi Linux-nya dan aplikasi yang ingin dipelajari tersebut.
#3 Software gratisan
Banyak teman saya tidak menggunakan Linux adalah karena menganggap sistem operasi ini berisi aplikasi gratisan. Dan menurut mereka, yang gratisan itu jelek. Makanya Linux tidak membutuhkan laptop yang mahal untuk menginstall. Sekadar laptop atau PC keluaran tahun 2010 saja keknya masih bisa. Lha kalau bagus, pasti butuh laptop/PC kuat dong, kayak Windows ini.
Liat saja ketika Windows 11 keluar, banyak orang mencak-mencak karena laptop/PC-nya tidak kompatibel.
Namun, jujur saja, alasan yang ini menurut saya nggak masuk akal. sebab, kebanyakan orang install Windows bajakan. Apa yang lebih lucu ketimbang ngatain orang kere, tapi sendirinya pake barang gratisan?
Ketiga alasan di atas bikin saya lumayan paham kenapa mereka nggak akan pakai Linux, bahkan mungkin selamanya. Ya mau gimana, begini adanya.
Penulis: Taufik
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Hal Dasar yang Harus Dikuasai kalau Ingin Menggunakan Linux