Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

3 Hal Nggak Enaknya Tinggal di Negara 4 Musim seperti Jepang

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
9 Februari 2022
A A
3 Hal Nggak Enaknya Tinggal di Negara 4 Musim Terminal Mojok

3 Hal Nggak Enaknya Tinggal di Negara 4 Musim (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Terbiasa tinggal di negara tropis seperti Indonesia, bikin saya senang dan terharu saat pertama kali melihat salju di Jepang. Saat itu ingin sekali rasanya tidur di atas “kasur putih” itu, main lempar-lemparan bola salju, bikin boneka salju, atau mencoba rasa serutan es yang dikepal dan diberi sirup. Hehehe. Senang sih lantaran keinginan-keinginan itu bisa terwujud di negara dengan 4 musim seperti Jepang.

Namun, setelah beberapa saat tinggal di Jepang, kenyataan yang saya bayangkan dari negara dengan 4 musim tak seindah bayangan. Apalagi kalau dengar berita kecelakaan karena licinnya jalan setelah turun salju. Duh. Selain itu, musim panas di Jepang suhunya bisa mencapai 40 derajat Celcius, lho. Jangan tanya rasanya seperti apa, yang jelas gerahnya minta ampun. Saya pernah mandi sehari sampai tiga kali saking gerahnya menghadapi musim panas.

Berbekal dari pengalaman tersebut, saya mau membagikan 3 hal nggak enaknya tinggal di negara 4 musim seperti Jepang.

#1 Perubahan cuaca yang ekstrem

Saya tiba di Jepang pertama kali pada bulan Oktober, tepatnya di musim gugur. Cuaca saat itu sejuk dan mulai dingin. Kalau pakai mantel bikin gerah, apalagi setelah berjalan jauh. Saat masuk musim dingin, barulah saya merasakan bagaimana dinginnya suhu di bawah 5 derajat seharian.

Awalnya saya ragu untuk menyalakan pemanas ruangan karena belum tahu bakal bagaimana tagihan listriknya. Benar saja, setelah mencoba full sebulan pakai pemanas ruangan, tagihan listriknya lebih dari 1,5 juta rupiah. Busyet. Pengalaman itu akhirnya membuat saya memikirkan trik menyetel pemanas ruangan.

Begitu juga saat musim panas tiba, tagihan listrik kembali melonjak. Akhirnya demi penghematan, saya membeli kipas angin. Musim panas di Jepang itu benar-benar bikin gerah karena kelembapan udaranya tinggi. Badan gampang pliket dan rasanya kepingin mandi terus. Namun, di musim panas, langit biasanya sangat cerah dan bagus. Anak-anak senang saat musim panas tiba lantaran bisa puas bermain di luar rumah dan ada liburan musim panas. Gedung tanpa AC di Jepang nggak memungkinkan untuk pembelajaran di sekolah. Panasnya Indonesia mah nggak ada apa-apanya, Gaes.

Selain perkara tagihan listrik, perubahan cuaca dari 40 derajat Celcius di musim panas menjadi sekitar 5 derajat Celcius (pernah mencapai minus 2 derajat Celcius) bikin kita harus beradaptasi agar daya tahan tubuh tetap terjaga. Termasuk soal minum banyak saat musim panas dan makan minum yang hangat-hangat saat musim dingin tiba. Tak lupa memakai krim pelembap saat kedua musim itu tiba. Saat musim dingin, kulit dan bibir cenderung pecah-pecah dan gatal, bahkan kalau punya kulit yang cenderung sensitif bisa sampai berdarah juga.

Musim semi dan musim gugur di Jepang sih memang musim favorit. Selain ada pemandangan sakura saat musim semi dan momiji saat musim gugur, cuacanya cenderung nyaman untuk tubuh. Tapi kalau boleh pilih, saya lebih suka musim gugur, sih.

Baca Juga:

Demi Pacar, Saya Rela Menyukai Minuman Matcha yang Selama Ini Dibenci karena Rasanya Mirip Rumput

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

#2 Boros pakaian

Salah satu hal yang paling bisa dilakukan untuk beradaptasi terhadap perubahan musim adalah mengganti pakaian yang kita pakai. Nggak seperti di Indonesia di mana satu baju bisa nyaman dipakai sepanjang tahun, di negara 4 musim seperti Jepang hal itu nggak berlaku.

Saat musim dingin, mau nggak mau kita harus memakai mantel/jaket tebal (atau pakaian berlapis, heat tech misalnya). Musim gugur dan musim semi memakai sweater tipis agar tetap hangat tetapi nggak kegerahan saat beraktivitas. Kalau musim panas sih enak, pakai kaos saja sudah cukup.

Sebagai muslimah, sebenarnya nggak ada yang ekstrem banget soal fashion pergantian musim. Jilbab mah sepanjang tahun bisa dipakai, hanya saat musim panas mungkin lebih nyaman pakai kain yang bikin sejuk. Kadang kalau pakai jilbab dan jalan di siang hari musim panas yang terik, saya dilihatin orang-orang, lho. Mungkin orang Jepang mbatin, “Apa nggak kepanasan, ya?” Hehehe. Saat musim dingin tiba, pakaian bisa berlapis-lapis dan memakai penutup kepala sudah dianggap biasa, makanya pakai jilbab juga nggak dipandang aneh.

Yang jelas untuk berhemat, di Jepang ada istilah koromogae, alias mengganti pakaian. Pakaian dan selimut musim dingin disimpan setelah selesai musim dingin agar bisa dipakai tahun depannya lagi. Begitu juga dengan musim lainnya. Kalau kita punya berat badan yang stabil sih enak, nggak perlu menyesuaikan ukuran. Tapi yang perlu diingat, tren fesyen tiap tahun pasti berubah, itu yang biasanya bikin kita pengin beli baju baru lagi. Hehehe. Pokoknya soal pakaian jelas lebih boros di negara 4 musim, deh.

#3 Puasa dengan durasi panjang di musim panas

Bagi yang muslim, berpuasa saat bulan Ramadan di Indonesia tiap tahun rata-rata sama durasinya. Dari saya kecil sampai sekarang, sahur sekitar pukul 4 pagi dan buka puasa sekitar pukul 6 sore. Geser-geser beberapa menit lah, nggak sampai setengah jam.

Ndilalahnya, selama 3 tahun tinggal di Jepang, saya selalu berpuasa di bulan Ramadan saat musim panas. Tentu saja butuh penyesuaian perihal bangun pagi untuk sahur. Kalau durasinya sih nggak masalah, tapi sahur pukul 2 pagi itu sungguh perjuangan. Setelah subuh, biasanya saya tidur lagi karena aktivitas pagi biasanya dimulai pukul 7 atau 8 pagi. Lumayan kan masih ada jeda waktu sekitar 5 jam untuk istirahat. Tapi, ada juga lho teman-teman saya yang sengaja tidur di akhir karena kalau tidur sebelum sahur, mereka suka kelewatan. Wes, pokoknya bangun untuk sahur di Jepang penuh perjuangan, deh.

Sementara itu, buka puasa di Jepang biasanya sekitar pukul 7 malam. Iya, durasi puasanya memang sekitar 16-17 jam, lebih lama sedikit ketimbang Indonesia yang rata-rata durasi berpuasanya 14 jam. Saat musim panas, waktu subuh itu sekitar pukul 3 pagi dan isya pukul 8 malam. Wow banget, kan? Sebaliknya kalau sedang musim dingin, waktu subuhnya sekitar pukul 5 pagi dan isya pukul 7 malam.

Pemandangan negara 4 musim memang sangat cantik dan menarik, Gaes. Tapi, orang yang tinggal di sana biasanya punya fisik dan mental yang kuat. Soalnya kerja di luar ruangan saat musim dingin itu beneran butuh usaha luar biasa, lho. Untung saja ya negara kita cuacanya bisa enak sepanjang tahun, jadi kita nggak perlu merasakan panas dingin yang ekstrem dan gonta-ganti pakaian seperti di Jepang.

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Februari 2022 oleh

Tags: cuacajepangnegara 4 musim
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

White Day 14 Maret: Hari Balasan Valentine yang Bermula dari Strategi Marketing di Jepang

White Day 14 Maret: Hari Balasan Valentine yang Bermula dari Strategi Marketing di Jepang

14 Maret 2023
okaeri mone

Okaeri Mone: Pencarian Jati Diri, Bencana Alam, dan Ramalan Cuaca

22 Desember 2021
3 Alasan Orang Jepang Betah Kerja di Indonesia

3 Alasan Orang Jepang Betah Kerja di Indonesia

2 Januari 2023
Pengemis di Jepang: Sudah Jatuh Tertimpa Pidana

Pengemis di Jepang: Sudah Jatuh Tertimpa Pidana

9 Juni 2022
Japan Sinks: People of Hope: Pentingnya Peran Negara dalam Menangani Bencana

Japan Sinks: People of Hope: Pentingnya Peran Negara dalam Menangani Bencana

20 Januari 2022

Hidup di Jepang dan Korea Selatan Itu Monoton dan Nggak Bikin Namaste

19 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.