Saat ini, bangsa Indonesia sedang menghadapi situasi genting. Bukan karena grafik kasus Omicron yang mulai naik. Bukan juga karena kasus suntikan dana Rp71 miliar untuk usaha es doger. Bukan, bukan itu. Situasi genting yang dihadapi oleh bangsa ini adalah rencana penggantian seragam satpam yang katanya mirip polisi itu. Ini jelas perkara yang sangat genting. Kamu pikir mengganti seragam satpam itu gampang? Enak saja!
Penggantian seragam satpam itu nggak bisa sembarangan. Perlu pemikiran dan riset yang mendalam. Jangan ngarang dan asal-asalan. Sekali salah bikin keputusan, bisa bikin riweuh satu negara. Dulu sok-sokan mencetuskan ide mengganti seragam satpam supaya mirip dengan seragam polisi. Sebagai bentuk apresiasi kepada satpam lah, biar ada kedekatan emosional lah, dan alasan lain yang terkesan maksa. Nah, sekarang malah pengin ganti lagi seragam satpam karena terlalu mirip dengan seragam polisi. Piye, toh?
Dan, baru-baru ini diwacanakan seragam baru satpam akan diganti dengan warna krem. Hadeh. Kenapa nggak balik ke warna semula saja, sih? Ini malah maksa nyari warna baru. Krem pula warnanya. Saya yakin, ini akan jadi polemik baru lagi di kalangan satpam. Sudahlah, kalau kata saya sih, mending balik lagi pakai seragam putih-biru tua. Serius. Ini saya tuliskan alasan-alasannya.
Pertama, seragam warna krem juga mirip dengan instansi lain. Kamu pernah lihat seragam PNS di lingkungan TNI? Itu seragamnya warna krem, loh. Hati-hati kalau mau ganti seragam satpam jadi warna ini. Nanti malah takut dibilang terlalu mirip dan pengin diganti lagi. Bikin repot saja. Memangnya ganti seragam ini nggak pakai duit?
Bahkan, ada juga yang bilang, seragam warna krem itu mirip dengan polisi India. Alih-alih terlihat keren, ini malah bisa jadi sumber ejekan buat para satpam. Nanti mereka bakal dipanggil “Inspektur Vijay” atau panggilan lain yang bernada olok-olok. Kasihan mereka, kan?
Kedua, sulit menentukan pilihan warna lain. Kalau warna krem dirasa kurang cocok dan akan dicari opsi warna lain, ini jelas bukan perkara gampang. Warna-warna selain krem sudah dipakai institusi dan organisasi lain. Misalnya, warna hitam sudah dipakai pasukan Densus dan pegawai Trans TV. Warna merah sudah dipakai kader PDIP dan PSI. Warna biru sudah dipakai prajurit TNI AU, sopir taksi Blue Bird, dan pegawai NET TV. Warna hijau? Sudah kebanyakan, Bos. Ada kurir Gojek, Grab, dan kader PPP. Warna oranye? Apalagi ini. Lihat saja seragam kader Pemuda Pancasila, juru parkir, kurir Shopee, dan bahkan rompi tahanan KPK juga berwarna oranye.
Ketiga, seragam lama terlihat lebih berwibawa. Seragam satpam warna putih-biru tua sudah ideal sebetulnya. Perpaduan putih dan biru tua terlihat kontras. Kemeja warna putih yang bersih terkesan ramah, sopan, dan enak dipandang mata. Sedangkan celana warna biru tua terkesan tegas. Ini yang bikin profesi satpam begitu gagah dan berwibawa. Apalagi kalau satpamnya berpostur tegap dan berwajah ganteng. Sungguh, level kewibawaannya naik seribu persen.
Itulah 3 alasan kenapa seragam satpam mending balik lagi ke seragam lamanya: seragam putih-biru tua. Sudahlah, hal-hal begini jangan dibikin rumit. Nggak perlu bikin masalah dengan mengganti seragam satpam dengan warna baru lagi. Masih banyak hal genting lainnya yang perlu dipikirkan dan dicarikan solusinya. Misalnya ya itu tadi, loh kok bisa usaha es doger dapat suntikan dana sebesar Rp71 miliar? Itu duit semua kan, ya? Atau berupa voucher belanja?
Penulis: Andri Saleh
Editor: Audian Laili