13 Tabiat Mahasiswa KKN yang Dibenci Warga Desa, Jangan Dilakukan atau Kalian Jadi Musuh Bersama

13 Tabiat Mahasiswa KKN yang Dibenci Warga Desa, Jangan Dilakukan atau Kalian Jadi Musuh Bersama Mojok.co

13 Tabiat Mahasiswa KKN yang Dibenci Warga Desa, Jangan Dilakukan atau Kalian Jadi Musuh Bersama (unsplash.com)

Kuliah Kerja Nyata alias KKN jadi program perguruan tinggi yang belakangan mendapat banyak sorotan. Beberapa orang menganggap kegiatan ini bisa mengajak mahasiswa keluar dari “menara gading”. Di sisi lain, tidak sedikit yang beranggapan program ini sudah tidak relevan.

Anggapan yang terakhir ini muncul karena banyak sekali keluhan terkait KKN dari warga. Mulai dari program yang formalitas saja hingga kelakuan mahasiswa KKN yang bikin “ngelus dada”. Terkadang, warga malah semakin repot dengan kehadiran mahasiswa yang menjalankan Kuliah Kerja Nyata di desanya. 

#1 Mahasiswa KKN datang dengan aura sok kota

Begitu sampai di desa, tidak sedikit mahasiswa KKN yang terlihat tidak bisa menyesuaikan diri. Baju kekinian, parfum menyengat, dan sepatu mahal. Jalan di tanah becek pun tetap dengan gaya seperti sedang jalan di mal.

Warga desa yang sederhana melihat itu dengan perasaan campur aduk. Bukannya kagum, justru merasa ada tembok. Mahasiswa yang katanya mau belajar dari masyarakat, tapi malah tampil seperti tamu besar yang ingin dihormati.

#2 Malas turun tangan

Kerja bakti di desa itu urusan bersama. Mulai dari bersih-bersih selokan, bantu bikin tenda, sampai gotong royong hajatan. Semua orang ikut. Tapi, mahasiswa KKN sering punya alasan. Ada yang bilang sibuk program, rapat, hingga pura-pura sakit. Akhirnya warga kerja sendiri, sementara mahasiswa hanya menonton dari jauh. Padahal yang ditunggu dari mereka bukan sekadar ide, tapi tenaga.

#3 Mahasiswa KKN berisik di malam hari

Malam hari biasanya tenang di desa Lampu padam jam sepuluh, ayam pun sudah tidur. Tapi, sejak mahasiswa datang, posko sering berubah jadi tempat nongkrong. Suara gitar terdengar sampai tengah malam. Tawa keras, obrolan panjang, motor keluar masuk. Warga yang ingin istirahat terganggu. Orang tua yang biasa tidur cepat jadi kesal. Ketenangan desa mendadak hilang hanya karena segelintir mahasiswa yang merasa malam itu waktunya bersenang-senang.

#4 Mahasiswa KKN sibuk dengan dunia virtual

Satu kebiasaan lain yang membuat warga risih adalah mahasiswa yang tidak bisa lepas dari ponsel. Saat rapat desa, mata mereka menunduk sibuk scroll layar. Saat warga menjelaskan kebutuhan, telinga mereka setengah-setengah mendengar. Seolah-olah desa hanya latar belakang konten Instagram. Kehadiran nyata warga kalah dengan notifikasi chat di layar.

#5 Dokumentasi berlebihan

Segala hal harus difoto. Bahkan, saat ikut kerja bakti lima menit pun difoto. Warga desa merasa dijadikan pajangan. Ada nenek-nenek yang ikut gotong royong, langsung dijadikan bahan dokumentasi. Padahal si nenek tidak nyaman. Foto itu kemudian muncul di media sosial dengan caption manis, “Belajar gotong royong bersama masyarakat desa.” Padahal kenyataannya, setelah foto selesai, mahasiswa duduk, warga yang melanjutkan kerja.

#6 Mahasiswa KKN cuek dan kurang ramah

Orang desa terbiasa menyapa. Siapa saja yang lewat, pasti disapa. Tapi, tidak semua mahasiswa bisa membalas. Ada yang hanya menunduk, ada yang senyum dipaksakan, bahkan ada yang sama sekali tidak merespons. Warga merasa asing di rumahnya sendiri. Mereka heran, anak muda berpendidikan tinggi kok justru tidak bisa sekadar tersenyum.

Baca halaman selanjutnya: #7 Tidak tahan …

#7 Tidak tahan dengan fasilitas desa

Air kadang mati, listrik kadang padam, sinyal hilang. Semua itu sudah biasa bagi warga. Tapi bagi mahasiswa, hal kecil itu bisa jadi drama. Ada yang langsung mengeluh keras, ada yang marah-marah, ada yang menyalahkan desa. Warga yang sudah terbiasa menghadapi kondisi itu jadi tersinggung. Mereka merasa kampungnya diremehkan.

#8 Tidur panjang

Warga desa sudah sibuk sejak pagi hari. Bahkan sejak matahari malu-malu menampakkan diri. Matahari baru saja terbit, tapi ladang sudah penuh aktivitas adalah pemandangan yang biasa. 

Sementara di posko KKN, mahasiswa masih tidur pulas. Bangunnya siang hari, bahkan kadang kesiangan. Program yang dijadwalkan pagi terpaksa ditunda. Warga kecewa karena harus menunggu. Mereka bertanya-tanya, apa gunanya mahasiswa kalau hanya tidur panjang?

#9 Mahasiswa KKN  tidak menghargai adat

Setiap desa punya aturan tertulis maupun tidak tertulis. Ada pantangan, ada larangan, ada kebiasaan khusus. Sayangnya, tidak semua mahasiswa peka. Ada yang berpakaian terlalu bebas, masuk tempat sakral tanpa izin, hingga bicara terlalu keras di waktu yang tidak tepat. Hal-hal kecil seperti itu bagi masyarakat desa bisa dianggap pelanggaran serius.

#10 Program yang jauh dari kebutuhan warga

Mahasiswa sering datang dengan program yang sudah jadi paket dari kampus. Padahal tidak semua program sesuai dengan kondisi desa. Ada pelatihan komputer di desa yang listriknya tidak stabil. Ada seminar motivasi di desa yang lebih butuh irigasi. Akhirnya warga tidak merasa terbantu. Program terlihat bagus di laporan, tapi tidak berguna di lapangan.

#11 Mahasiswa KKN bolak-balik ke kota

Beberapa mahasiswa tidak betah di desa. Akhirnya mereka sering kabur ke kota. Alasannya macam-macam. Ada yang belanja, rapat, urusan keluarga, dan lain-lain. Posko jadi kosong. Warga melihat sendiri, mahasiswa hanya singgah sebentar lalu hilang. Keseriusan mereka dipertanyakan.

#12 Konflik internal mahasiswa KKN

Bukan hanya warga, antar mahasiswa pun sering ribut. Ada yang saling menyalahkan atau ada yang tidak kompak. Bahkan, ada yang bertengkar di depan masyarakat. Warga yang melihat jadi heran. Mereka pikir mahasiswa itu pintar dan terdidik, tapi kenyataannya gampang pecah belah.

#13 Dekat dengan warga saat butuh saja

Warga desa kerap kali merasa dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN. Bagaimana tidak, para mahasiswa ini begitu dekat ketika butuh data dan butuh dukungan. Mereka ramah, sopan, dan perhatian. Tapi, setelah urusan selesai, mahasiswa menghilang. Warga merasa hanya dipakai. Kedekatan itu semu, sekadar kebutuhan laporan.

Itulah 13 perilaku mahasiswa KKN yang meresahkan dan diam-diam tidak disukai warga desa. Mahasiswa KKN memang datang dengan niat baik, setidaknya di atas kertas. Tapi perilaku yang meresahkan sering lebih membekas daripada program yang dibawa.

Masyarakat desa mungkin tidak akan ingat materi seminar atau poster kesehatan yang ditempel. Yang mereka ingat justru mahasiswa yang malas, ribut malam-malam, sibuk main HP, atau pulang tanpa pamit. Cerita itu menempel lebih lama, menjadi catatan kecil yang diwariskan dari mulut ke mulut.

Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 3 Dosa yang Dilakukan Mahasiswa Baru Saat Ospek Kampus.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version