Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Pengalaman 12 Jam Naik Kereta Sri Tanjung Solo-Banyuwangi: Naik Sendiri, Turun Punya Keluarga Baru 

Alifah Ayuthia Gondayu oleh Alifah Ayuthia Gondayu
7 Juni 2025
A A
Pengalaman 12 Jam Naik Kereta Sri Tanjung Solo-Banyuwangi: Naik Sendiri, Turun Punya Keluarga Baru Mojok.co

Pengalaman 12 Jam Naik Kereta Sri Tanjung Solo-Banyuwangi: Naik Sendiri, Turun Punya Keluarga Baru (wikipedia.org)

Share on FacebookShare on Twitter

Perjalanan Solo-Banyuwangi menggunakan Kereta Api (KA) Sri Tanjung tidak untuk penumpang manja. Harga tiketnya memang murah untuk perjalanan sejauh lebih dari 500 kilometer, tapi jangan salah, penumpang harus membayarnya dalam bentuk lain: kenyamanan. Selama 12 jam perjalanan kalian harus berdamai dengan banyak hal yang bisa saja membuat kalian tidak nyaman, seperti kursi yang sempit, suara obrolan penumpang lain, hingga beragam bau dari berbagai sumber yang mengusik hidung. 

Itu semua yang saya rasakan ketika backpacker ke Banyuwangi beberapa waktu lalu. Saya memutuskan naik KA Sri Tanjung dari Solo ke Banyuwangi supaya hemat, namanya juga backpacker. Saya memilih kereta ekonomi dengan kesadaran penuh akan risiko-risikonya, termasuk risiko ketidaknyamanan yang akan dihadapi selama 12 jam ke depan. 

Akan tetapi, sepertinya, saya terlalu memandang negatif kereta ekonomi satu ini. Memang ada banyak ketidaknyamanan selama perjalanan, terutama di awal-awal perjalanan, tapi lama kelamaan, ada banyak kejutan menyenangkan yang didapat dari perjalanan selama 12 jam ini. Saya bagikan pengalaman naik KA Sri Tanjung ini dalam beberapa babak. 

Babak pertama, penumpang KA Sri Tanjung yang beragam

Saat pertama kali masuk gerbang KA Sri Tanjung, satu hal yang saya notice adalah ada beragam bau, mulai dari balsem, parfum murahan, hingga nasi uduk. Setelah berbagai macam bau, saya merasa penumpang satu dengan yang lain terlalu asing dan dingin. Tidak banyak yang ngobrol kecuali mereka yang datang bersama kawan, keluarga, atau rombongan. Sisanya sibuk dengan dirinya masing-masing, tidak saling peduli, apalagi ngobrol. 

Di pengamatan saya, satu jam awal jadi fase yang paling unik. Fase ini bisa kita sebut sebagai pencairan es. Di momen-momen seperti ini, semua orang ingin terlihat punya tujuan jelas. Entah itu membaca, tidur, kerja atau main game. Tapi tujuan yang sebenarnya adalah: “Jangan ngobrol dulu. Belum waktunya, aku belum siap membuka percakapan dengan orang yang mungkin akan jadi teman seperjalanan selama 7 atau bahkan 12 jam ke depan.

Ditengah kesunyian itu, datanglah penyelamat situasi, pramugari dengan dagangannya. Suaranya menggema sepanjang gerbong: “Nasi rames… kopi… teh hangat…” ini semacam ‘mantra’ pemanggil percakapan. Karena mendadak semua orang mulai bergerak. Si bapak di ujung bangku kanan yang tadinya diam membeku, tiba-tiba angkat tangan, “kopinya satu, Mbak.”

Babak kedua, memulai obrolan

Memasuki jam ke-4 setelah perjalanan, pertahanan masing-masing penumpang mulai runtuh. Penumpang kereta Sri Tanjung yang tadinya anteng mulai gelisah karena kelaparan. Beberapa dari mereka yang membawa bekal langsung mengeluarkannya. Momentum ini membuat seseorang mau tidak mau mengatakan “permisi” atau “saya makan dahulu”. Beberapa yang membawa bekal lebih bahkan menawarkannya pada penumpang lain, “Mbak, ini gorengan, ambil aja, monggo.”

Menolak tawaran di saat seperti ini jelas kesalahan besar karena sisa perjalanan bisa jadi canggung. Itu mengapa saya putuskan untuk mengambilnya, toh perut saya juga mulai lapar. 

Baca Juga:

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

Kata-kata yang keluar saat-saat ini jadi titik balik keadaan. Yang awalnya nggak kenal, mulai saling tanya asal. Ada yang mulai gosip, topik bebas mulai dari adu kekuatan sudah berapa kali naik kereta api ini sampai bahas politik dan ekonomi ringan.

Babak ketiga, penumpang satu dengan yang lain mulai berbaur dan saling percaya

Memasuki jam ke-8 perjalanan, penumpang satu dengan yang lain seolah tidak ada sekat. Sangat berbeda ketika saya pertama kali naik di Solo. Saya menyadari hal ini ketika ada seorang penumpang yang menitipkan tas ke saya karena mau ke toilet. Orang ini berani menitipkan barang-barang berharganya ke orang asing seperti saya. Itu berarti orang ini mulai timbul kepercayaan pada saya. Selain itu, saya lihat bangku lain bahkan bisa menitipkan anaknya ke orang lain ketika si ibu ke toilet dan gerbong restorasi. Benar-benar unik, rasa kepercayaan setinggi itu bisa terbentuk hanya dalam 8 jam perjalanan. 

Bahkan, seorang ibu-ibu yang tadi menawarkan pisang goreng pada saya mau berbagi kisah hidupnya.  “Aku dulu nikah muda, Mbak. Tapi ya gitu, anak ikut mantan pindah ke Solo, jadi kalau kangen ya saya yang ngalah kesana kayak gini.” Seolah tanpa ditanya dia menjelaskan kenapa bisa berada di KA Sri Tanjung ini sekarang. Celetukan ini berubah jadi obrolan panjang pada akhirnya. 

Babak ke-4, turun KA Sri Tanjung jadi punya keluarga baru

Setelah hampir 12 jam naik kereta, KA Sri Tanjung akhirnya melambat pertanda kereta mulai memasuki Stasiun Ketapang, Banyuwangi. Bukan cuma kecepatan roda besi yang menurun, tapi juga ritme hati para penumpangnya. Udara di gerbong mendadak pekat dengan rasa haru yang tak diundang. Sunyi, tapi bukan sunyi karena kelelahan. Seolah ada sesuatu yang berbisik di hati: sebentar lagi, kita akan pisah.

Padahal, kalau dipikir-pikir awalnya kita semua cuma segerombolan manusia asing. Duduk berderet dalam gerbong ekonomi, ada yang sudah turun di jam keempat, kedelapan, kesepuluh. Tapi bagi orang yang bersama setelah menempuh 12 jam perjalanan tentu hal ini terasa berbeda.

Satu persatu penumpang berdiri, angkat tas, mengecek dompet dan barang bawaan lainnya memastikan tidak ada yang tertinggal. Ada yang salaman sambil bilang, “Semoga sehat selalu, ya Bu.” Yang disalami menjawab, “Hati-hati di jalan, Mbak. Lancar kuliahnya, jangan lupa mampir rumah Ibu kalau sempat.” Apakah nanti mereka benar-benar akan saling kabar? Kita semua tahu jawabannya. Belum tentu, bahkan sangat mungkin tidak. Tapi itu rasanya benar-benar hangat.

Di kereta Sri Tanjung, saya belajar bahwa manusia memang mudah terhubung. Asal ada waktu dan ada niat. Benar-benar jadi pengalaman yang tidak terlupa. 

Penulis: Alifah Ayuthia Gondayu
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Bus Palala Padang-Jakarta Nyaman, Bikin Ogah Mudik Naik Pesawat Lagi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Juni 2025 oleh

Tags: BanyuwangiKA Sri TanjungKetapangpenumpang keretasolosri tanjung
Alifah Ayuthia Gondayu

Alifah Ayuthia Gondayu

Jika tidak ada tempat untuk mendengar, ceritakan lewat tulisan.

ArtikelTerkait

Membedakan Olahan Kambing Khas Jogja dan Solo

Panduan Sederhana Membedakan Olahan Kambing Khas Jogja dan Solo

22 Mei 2023
4 Lokasi Wisata Banyuwangi yang Paling Cocok untuk Pacaran Low Budget Terminal Mojok

4 Lokasi Wisata Banyuwangi yang Paling Cocok untuk Pacaran Low Budget

29 Maret 2022
Solo Punya Segalanya, tapi Masih Kalah Pamor sama Jogja

Solo Punya Segalanya, tapi Masih Kalah Pamor sama Jogja

8 Agustus 2025
Koridor Gatot Subroto Solo Jelas Belum Bisa Menggeser Malioboro Jogja, Top of Mind Pelancong Indonesia

Koridor Gatot Subroto Jelas Belum Bisa Menggeser Malioboro, Top of Mind Pelancong Indonesia

9 September 2023
Tips Jelajah Jogja Solo dan Sebaliknya, Nggak Perlu Ribet Bawa Kendaraan dengan Fitur Ini Terminal Mojok.co (Unsplash.com)

Tips Jelajah Jogja-Solo dan Sebaliknya, Nggak Perlu Ribet Bawa Kendaraan dengan Fitur Ini

24 Maret 2023
Kartasura, Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang Ketularan Problem Perkotaan Mojok.co

Kartasura, Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang Ketularan Problem Perkotaan

7 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.