Menurut saya, Jogja adalah tempat perjalanan hidup, terlebih bagi saya yang seorang ojol. Perjalanan yang penuh suka dan duka. Perjalanan di mana kita akan merasakan digdaya di atas, merasakan kekalahan di dasar jurang kehidupan. Dan kita akan merasakan perjalanan di mana kita akan mengalami momen tertawa bersama dengan orang terdekat. Salah satu kisah perjalanan saya adalah apa yang ingin saya tuliskan di sini. Momen di mana saya dan rekan-rekan ojol yang lain merasakan kebahagiaan menjelang lebaran.
Sekitar 10 hari menjelang lebaran, adalah momen yang para ojol Jogja selalu tunggu-tunggu. Bukan mengharap, hanya saja semua berjalan rutin seperti sebuah budaya. Pada kurun waktu tersebut, banyak orang-orang baik memberi rezeki yang tak terduga bagi kami. Satu hal yang harus diketahui, bahwa hal ini merupakan obat penawar bagi kami ketika luapan emosi dalam diri tak cukup dibayar oleh apresiasi korporasi.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Sekarang banyak sekali ojol yang kesulitan mendapatkan orderan. Ditambah pembukaan ojol baru yang mengakibatkan kuantitas orderan yang didapatkan akan semakin sedikit karena persaingan yang ketat. Belum lagi perusahaan aplikator yang bukan hanya satu, memungkinkan para ojol menggunakan cara-cara ilegal seperti Fake GPS. Bertahan atau pergi, pergi dan berlari. Lari tanpa arah alias klontang-klantung.
Apalagi apresiasi korporasi terhadap mitra amat kurang. Malah lebih sering mengadakan kompetisi bak acara 17 Agustusan yang dihadiri peserta bocah SD. Insentif pun seperti hanya plakat saja, Ada namun tiada. Ojol Jogja biasa menyebutnya dengan istilah “dikancing”.
Cerita bahagia ojol Jogja
Kembali ke berkah lebaran untuk driver ojol Jogja.
Saya sering mendengar teman-teman saya berbagi cerita kebahagiaan mereka ketika mendapatkan orderan menjelang lebaran. Ada yang sampai tak kuasa menahan tangis haru.
“Aku tadi dapat orderan makanan di resto A kemudian customer menyuruhku untuk membawa makanan tersebut untuk aku konsumsi sendiri dan dibagikan untuk rekan ojol yang lain, dan aku diberi tip sebesar Rp300 ribu dengan komentar ‘Rezeki buat bapak untuk beli baju baru buat anaknya’. Alhamdulillah Ya Allah”, Ucap salah satu teman saya.
Ada juga yang memberi sesuatu dalam bentuk fisik berupa parsel dan paket sembako. Biasanya para customer akan memberikannya ketika para ojol mengantarkan makanan pesanannya.
“Terima kasih ya, Pak. Dan ini buat bapak sembako dari saya. Mudah-mudahan manfaat buat Bapak,” ucap salah satu customer yang pernah saya layani ketika memesan makanan.
Kadang saya berpikir, Ya Allah kok baik banget customernya. Namun, saya hanya bisa berdoa semoga apa yang kalian berikan akan dibalas oleh Allah. Hanya Dia-lah yang mampu membalasnya.
Ada lagi kisah teman saya yang pernah mengantarkan paket parsel kepada saudara customer. Parsel tersebut cukup tinggi karena banyak kue kering yang tersusun membentuk kerucut. Menurut customer tersebut, banyak para ojol yang meng-cancel orderannya karena menurut mereka sangat berisiko. Pada saat itu teman saya sedang sepi orderan dan terpaksa mengambil paket tersebut.
Tak disangka, customer tersebut memberikan sarung baru dan sejumlah uang yang nominalnya cukup besar untuknya. Tak sadar air matanya menangis. Berasa tak percaya. Dari pagi sampai sore hanya mendapat dua orderan, ternyata ada orang baik memberikan sesuatu yang luar biasa.
Momen tersebut adalah momen yang bisa dibilang “jackpot” atau “rezeki dari langit” yang membuat banyak ojol mengalaminya perasaan campur aduk. Roaming. Tak mampu untuk berkata apa pun kecuali mengucap terima kasih dan syukur.
Apresiasi customer yang bikin terharu
Bagi saya, seluruh hal baik yang dilakukan oleh customer adalah wujud apresiasi terhadap para ojol yang selalu berjuang pagi, siang, sore, malam, bahkan dini hari untuk selalu melayani customer. Pekerjaan yang menurut saya membutuhkan kesiapan fisik dan mental, bahkan bertaruh nyawa.
Misalnya, dalam suasana pandemi covid-19, rela tetap berkeliaran mencari orderan. Meski mereka tau resiko yang suatu saat akan mengancam kesehatan dan nyawanya.
Sungguh apresiasi yang membuat saya dan teman-teman ojol bahagia. Apresiasi yang saya tak pernah temukan di korporasi tempat saya mencari makan ini. Mungkin alasan “hanya mitra” yang selalu abadi dalam otak kami. Itu mungkin benar, namun saya juga ingin menambahkan kalimat tersebut “mitra yang membuat korporasi masih bertahan sampai sekarang”.
Apa pun itu, hari-hari menjelang lebaran merupakan momen yang dinanti oleh kami para ojol. Setidaknya, pada momen menuju lebaran, kami para ojol Jogja bisa menatap hari dengan lebih optimis. Dunia selalu dipenuhi orang-orang baik, dan itu saja sudah cukup membuat kami berusaha keras untuk membantu orang-orang baik tersebut.
Untuk semua customer, terima kasih. Kebaikan kecil yang mungkin kalian anggap tak seberapa itu, bisa membuat hidup kami lebih terang. Hal-hal baik kalian buat kami tak patah arang dan makin kuat menjalani hari. Sungguh, doa-doa terbaik buat kalian.
Salam dan terima kasih dari saya, ojol Jogja yang jadi saksi kebaikan manusia-manusia di Jogja menjelang lebaran. Semoga kalian selalu dicintai-Nya.
Penulis: Ismail Hasan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jalan Amarta, Ranjau Darat Seturan Musuh para Ojol di Jogja
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.