Pratama Arhan, bek Timnas Indonesia disebut akan segera pindah ke klub sepak bola Korea Selatan, Suwon FC. Suwon FC yang digadang-gadang sebagai klub sepak bola kasta tertinggi di Negeri Ginseng dikabarkan juga sudah berdiskusi dan menawarkan kontrak eksklusif buat Pratama Arhan.
Pratama Arhan yang menjadi idola baru di kalangan penggemar ini harganya melejit selepas bergabung dengan klub sepak bola Jepang, Tokyo Verdy. Debutnya di Negeri Sakura sekaligus popularitas dan kualitas bermainnya sebagai Timnas Indonesia membuat Suwon FC berani menggaet Pratama Arhan untuk bergabung di klubnya. Dilansir dari tvOnenews.com, nilai kontrak Pratama Arhan bisa mencapai Rp10 miliar per musim jika ia mengiyakan tawaran dari klub Korea Selatan tersebut.
Penggemar Pratama Arhan tentunya menyambut kabar ini dengan suka cita. Tapi mungkin banyak fans suami Azizah Salsha ini yang belum tahu tentang Suwon. Biar makin kenal soal Kota Suwon yang kemungkinan sebentar lagi akan banyak dikait-kaitin sama Pratama Arhan, simak yuk fakta-fakta uniknya.
Daftar Isi
- #1 Ibu Kota Provinsi Gyeonggi
- #2 Lokasi syuting drakor paling laris
- #3 Kota Suwon saksi berbaktinya seorang raja
- #4 Dulu kota agraris, sekarang industri
- #5 Kota Suwon pernah jatuh ke tangan Korea Utara
- #6 Kota Suwon pusat perjuangan
- #7 Nyam! Lokasi yang tepat buat wisata kuliner
- #8 Punya “hubungan khusus” sama Bandung
- #9 Punya hubungan erat sama sepak bola
- #10 UMR-nya 22 kali lipat Jogja
#1 Ibu Kota Provinsi Gyeonggi
Provinsi Gyeonggi adalah provinsi paling padat di Korea Selatan yang mengelilingi ibu kota Seoul. Suwon bertindak sebagai ibu kota Provinsi Gyeonggi sekaligus kota dengan populasi terbanyak di provinsi tersebut.
#2 Lokasi syuting drakor paling laris
Suwon termasuk kota dengan sejuta tempat wisata bersejarah di Korea Selatan. Tempat-tempat yang estetik tersebut lokasinya nggak jauh dari Seoul, pusat bisnis dan ekonomi di Korea Selatan. Maka nggak heran kalau banyak drakor syuting di Suwon. Sudah dekat, hemat budget, hasilnya terjamin bagus pula. Tercatat drakor-drakor fenomenal, kayak Twenty Five, Twenty One dan Our Beloved Summer pernah syuting di Hwaseong Fortress, benteng di Suwon yang ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1997.
#3 Kota Suwon saksi berbaktinya seorang raja
Kamu pernah nonton melodrama The Red Sleeve? Drama ini mengisahkan riwayat hidup Yi San saat masih menjadi putra mahkota hingga naik tahta dan bergelar Raja Jeongjo. Pada masa pemerintahannya, Raja Jeongjo membangun Hwaseong Fortress sebagai persiapan pemindahan ibu kota dari Seoul ke Suwon. Tujuan pemindahan ibu kota ini karena letak Suwon yang strategis dan bisa menghubungkan Seoul dengan Laut Kuning dan Tiongkok.
Rupanya, Hwaseong Fortress juga dibangun sebagai bukti bakti Raja Jeongjo ke ayahnya, Putra Mahkota Sado. FYI, Sado dihukum mati oleh ayahnya, Raja Yeongjo, dengan dikurung di peti beras. Raja Jeongjo yang pengin membersihkan nama ayahnya lantas menjadikan Hwaseong Fortress untuk menghormati dan menyimpan abu Putra Mahkota Sado.
#4 Dulu kota agraris, sekarang industri
Kota Suwon awalnya dikenal sebagai pusatnya produk pertanian lokal. Namun lambat laun kota ini berubah menjadi pusat riset, pembangunan teknologi, dan pabrik elektronik. Di Suwon, perusahaan yang paling utama adalah Samsung Electronics, yang sekaligus menjadi penyumbang perekonomian Korea Selatan. Selain itu, ada pula SK Chemical, Samsung SDI, dan Samsung Electro-Mechanics yang menjadi perusahaan vital di Suwon.
#5 Kota Suwon pernah jatuh ke tangan Korea Utara
Percaya nggak kalau Suwon pernah hampir aja jadi bagian dari Korea Utara? Kejadiannya berlangsung pada Perang Korea. Singkatnya, Sayap Tempur ke-49 Angkatan Udara Amerika Serikat yang dikirim untuk mengevakuasi warga Gimpo dan Suwon diserang oleh pesawat tempur Korea Utara.
Meskipun pasukan Amerika Serikat berhasil menghalau serangan, Suwon tetap jatuh ke pasukan Korea Utara pada 4 Juli 1950. Ngerinya, Suwon pernah berpindah tangan sebanyak empat kali selama Perang Korea.
#6 Kota Suwon pusat perjuangan
Selama pendudukan Jepang, Suwon menjadi episentrum pergerakan masyarakat sipil untuk memberontak kepada para penjajah. Pusat perlawanan Suwon terhadap penjajahan Jepang adalah Adams Memorial Hall. Di sini, aktivis kemerdekaan, seperti Park Seon-tae dan Lee Deuk-su bertemu setiap pekan untuk membahas pemberontakan mereka. Adams Memorial Hall pun masih berdiri hingga sekarang, lho. Selain saksi bisu berupa gedung, tercatat juga banyak aktivis kemerdekaan yang lahir dan besar di Suwon.
#7 Nyam! Lokasi yang tepat buat wisata kuliner
Mau kulineran tapi yang nggak jauh-jauh amat dari Seoul? Suwon bisa dijadikan pilihan. Suwon terkenal banget sama Suwon galbi, yaitu kudapan iga sapi yang terkenal banget seantero Korea Selatan. Kalau jadi main di Suwon FC, Pratama Arhan bisa nih ngajak Azizah Salsha dinner icip-icip Suwon galbi.
#8 Punya “hubungan khusus” sama Bandung
Kota Suwon dan Kota Bandung punya hubungan sebagai sister city sejak 1997. Sister city atau twin town itu maksudnya hubungan perjanjian dan kerja sama antara dua dua wilayah yang berbeda secara geografis dan politik untuk mempromosikan ikatan budaya dan komersial.
#9 Punya hubungan erat sama sepak bola
Selain punya klub bola Suwon FC dan Suwon Samsung Bluewings, faktanya Kota Suwon sejak dulu memang punya keterkaitan erat sama sepak bola. Legenda sepak bola Korea Selatan, Park Jisung, adalah warga asli Suwon.
Park Jisung pernah menjadi pahlawan untuk negaranya saat bertanding di Piala Dunia 2002, 2006, dan 2010. Karier paling menterengnya adalah saat menjadi pemain tengah Manchester United. Tentu kita semua tahu cerita tentang pergerakan Park yang bikin Andrea Pirlo, The Metronome, nggak berkutik.
Suwon juga punya Suwon World Cup Stadium yang menjadi tempat berlangsungnya pertandingan Piala Dunia 2002.
#10 UMR-nya 22 kali lipat Jogja
Sebenarnya Suwon bukan kota dengan UMR tertinggi di Korea Selatan. UMR Suwon termasuk menengah, sih. Meskipun begitu, Suwon termasuk kota yang paling banyak didatangi buruh migran untuk bekerja. Tercatat UMR terbaru Suwon mencapai 3,910,000 KRW yang kalau dikonversi ke rupiah bisa Rp44juta lebih. Sebagai perbandingan, UMR termahal ada di Seoul dengan angka 4,360,000 KRW dan termurah di Bucheon, yaitu 3,600,000 KRW. Beda banget sama UMR Jogja, kan? Huhuhu.
Ternyata menarik juga, ya, Kota Suwon. Kalau lagi latihan di kandang sendiri kayaknya Pratama Arhan bakal betah, nih. Oh iya, kalau ada yang bikin jokes Suwon itu bagian dari Bantul (plesetan Sewon, maksudnya), mending disimpan buat diri sendiri aja yak. Takutnya sih, garing.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pratama Arhan, Euforia, dan Tantangan bagi Klub Indonesia