MOJOK.CO – Jabat tangan hangat Kim Jong-Un dan Moon Jae di Asian Games 2018 bisa menjadi inspirasi buat politikus Indonesia yang berseteru jelang pilpres 2019 nanti.
Setelah Perang Korea “berakhir” 55 tahun yang lalu, tahun ini sejarah baru terjadi. Kim Jong-Un, pemimpin Korea Utara (Korut), mau menyeberang ke Korea Selatan (Korsel).
April 2018 yang lalu, awak media mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut. Kim Jong-Un, berjalan dengan santai, menyeberangi batas negara Korut dan Korsel. Di ujung sana, Presiden Korsel, Moon Jae In menyambut dengan senyum terkembang. Hangat, kedua tokoh penting itu berjabat tangan. Peristiwa ini merupakan momen simbolik, salah satu rangkaian pertemuan bersejarah kedua negara yang bersaudara ini. Sungguh terenyuh hati ini menyaksikannya.
Tahukah kamu, Korut dan Korsel sendiri sudah bersitegang sejak tahun 1953. Peristiwa bersejarah yang sempat dianggap janggal tersebut mengawali pembicaraan-pembicaraan penting di antara kedua negara. Seperti misalnya denuklirisasi, peningkatan hubungan bilateral, dan penyelesaian perjanjian perdamaian antara Korut dan Korsel. Kalau damai, tentu semua bahagia.
Rasa hangat itulah yang ingin ditularkan Jokowi ke Indonesia dengan mengundang Kim Jong-Un dan Moon Jae ke pembukaan Asian Games 2018 pada 18 Agustus 2018 yang akan datang.
“Surat untuk mengundang Presiden Korsel dan Leader Korut sudah ditandayangani Presiden dan nanti akan ditunjuk salah seorang menteri senior untuk menyampaikan undangan secara langsung, baik ke Utara maupun ke Selatan,” kata Seskab Pramono Anung saat ditemui di kantornya, Gedung Skretariat Negara, Jl. Veteran, Jakarta Pusat, seperti diberikatan oleh detik.com.
Salah satu alasan Jokowi ingin mengundang Kim Jong-Un dan Moon Jae adalah kedua negara Korea sudah bersepakat untuk menjadi satu kontingen untuk gelaran Asian Games 2018 nanti. Selain itu, ajang Asian Games 2018 yang diadakan di Indonesia ini sekaligus menjadi ajang panggung perdamaian untuk dunia. Kehangatan dari Kim Jong-Un dan Moon Jae diharapkan menjadi inspirasi bagi perdamaian dunia, terutama Indonesia yang terlalu bising oleh celoteh kampret dan cebong.
“Kenapa hal ini dilakukan? Karena proses reunifikasi, dan sekarang ini Utara dan Selatan bersepakat menjadi satu kontingen sangat baik di forum. Ini menjadi etalase dunia bahwa Asian Games, kalau memang bisa dilakukan, mempersatukan perdamaian dunia,” tambah Pramono.
Jabat tangan hangat antara Kim Jong-Un dan Moon Jae bulan April lalu diharapkan bisa kembali terulang di panggung Asian Games 2018. Bukan tidak mungkin, keduanya juga akan berpelukan hangat sampai tangis-tangisan, layaknya keluarga yang sudah lama terpisah dan disatukan kembali oleh acara Tali Kasih di RCTI.
Kemesraan Kim Jong-Un dan Moon Jae juga bisa dijadikan inspirasi tokoh-tokoh politik di Indonesia. Misalnya Megawati bergandengan tangan dengan SBY (tentu sudah izin dulu dengan Bu Ani), Habib Rizieq berangkulan mesra dengan Ahok, atau Jokowi menyenderkan lengannya dengan santai ke bahu Prabowo.
Maka bisa jadi, Asian Games 2018 bukan sekadar ajang kompetisi olahraga. Asian Games 2018 menjelma seperti acara Rumah Uya, dengan host Uya Kuya, yang menyatukan dua pihak yang paitan sengit. (yms)