5 Kesengsaraan Orang Berkacamata, dari Kecolok sampai Dibilang Sombong

MOJOK.CO Menjadi orang berkacamata itu nggak gampang. Kalau gampang, di film Harry Potter, sih, pasti ada murid Hogwarts lain yang pakai kacamata, selain Harry.

Sewaktu pelajaran Olahraga digelar, seorang kawan melepas kacamatanya. Saat itu, saya masih SD, begitu pula teman-teman saya (yaiyalah!). Kacamata yang dilepas pun langsung menarik minat kami—anak-anak kecil yang gampang heran atas apa pun di dunia ini.

Belajar dari keheranan anak-anak ini setelah teman saya melepas kacamata, hari itu saya jadi paham: Menjadi orang berkacamata itu artinya hidupmu bakal nggak sama-sama banget sama orang yang nggak pakai kacamata, setidaknya jika ditinjau dari 5 hal berikut ini.

*JENG JENG JENG*

1. Dihujani Pertanyaan “Kok Kamu Beda Kalau Lepas Kacamata?”

Ini adalah apa yang teman SD saya alami. Waktu melepas kacamatanya barang sejenak, kawan-kawan langsung mengerumuninya dan bertanya-tanya: “Kenapa matamu terlihat jauh lebih kecil tanpa kacamata?”, “Kenapa mukamu jadi tampak berbeda jauh?”, “Apa kamu masih bisa melihat?”, hingga “Apakah dunia jadi terasa gelap gulita tanpa kacamata?”

Monmaap nih, tapi orang berkacamata itu beda sama orang yang nggak bisa melihat, Gaes. Tolong.

2. Nggak Bisa Minum Kopi Panas, tanpa…

…kacamata penuh embun.

Pernah lihat orang berkacamata makan atau minum kopi panas dengan kacamata diletakkan di kepala atau dilepas sama sekali? Jelas, itu karena refleks penyelamatan sejati. Ha gimana nggak, lah wong kalau sekali aja kita niup-niup makanan atau minuman panas, atau uapnya mengenai wajah—dan kacamata—kita, kacamata pun bakal langsung berembun dalam hitungan detik.

Ya mana enak, coba, makan dan minum tapi kacamatanya jadi burem kayak mata lagi ditutup kain item??? Emangnya kita mau jalan di antara dua pohon beringin di Alun-alun Kidul Jogja???

3. Hatinya Lensanya Copot, Duitnya Juga

Bentuk kacamata memang kecil dan imut, membuatnya tampak seperti benda murahan yang bisa dijual dengan model promo. Tapi, jangan salah, sekali saja lensanya bermasalah dan orang berkacamata ini memutuskan untuk mengganti lensa, ia berarti telah siap uang jajannya terkuras.

Seorang kawan pernah mengeluh lensa kacamatanya tiba-tiba copot entah di mana. Mau apa pun alasannya, saat lensanya benar-benar tak terselamatkan, mau tak mau memang si kawan ini merelakan segepok uang untuk keluar dari tempat persembunyiannya, alias dompet yang hangat. Yang sabar ya, Kak~

4. Kecolok Kacamata

Ada beberapa hal dalam hidup yang enaknya dilakukan tanpa gerakan tambahan, seperti melepas kacamata dan memasukkannya ke dalam kotak. Maksud saya, memangnya orang berkacamta ini nggak pengin ya pergi tidur dengan langsung rebahan tanpa harus kecolok bagian pinggir frame kacamata hanya karena lupa melepasnya???

Atau, kecolok kacamata di bagian tengah—lagi-lagi karena kita lupa melepas kacamata tapi udah keburu pengin nangis sambil tengkurap di kasur???

Hadeeeh, ribet banget, pokoknya.

5. “Kok kamu sombong banget, sih?!”

Beberapa orang berkacamata mengaku bahwa permasalahan berikutnya terkait dengan hubungan sosial antarteman. Karena satu dan lain hal, beberapa pengguna kacamata terkadang memutuskan untuk melepas kacamata barang sejenak, atau sesekali menggunakan softlens untuk variasi, walaupun nggak seampuh kacamata sebelumnya.

Sialnya, di masa-masa “tanpa kacamata” ini, mereka harus bertemu teman atau tetangga yang mengenali mereka. Tak jarang, teman-teman ini bakal berteriak menyapa, “Hei, kamu-si-kacamata!” dan berharap bakal disapa balik.

Mimpi tinggal mimpi. Kamu yang lagi nggak pakai kacamata mungkin malah tak bisa melihat si penyapa atau harus memicingkan mata terlebih dulu selama 3 bulan untuk bisa mengenali mereka. Belum-belum, mereka udah keburu ngambek dan bakal mengecapmu sombong for the rest of their lives. Mamam~

Tapi, yah, menjadi orang berkacamata itu memang nggak gampang. Kalau gampang, di film Harry Potter, sih, pasti ada murid Hogwarts lain yang pakai kacamata, selain Harry.

Exit mobile version