Kemarin, saya menulis Yamaha Aerox, motor yang setara dengan Satria FU, kuda besi yang pernah membuat pemuda berbangga diri. Nah, kali ini, saya akan menuliskan motor yang mengakhiri dominasi Satria FU, dan bikin ia tetap di tempatnya sebagai motor para jamet. Kita sambut, Yamaha Vixion.
Di awal kemunculannya, motor ini langsung menancapkan taringnya dalam-dalam. Betul, dia beda kelas dengan Satria FU. Vixion adalah motor sport fairing, dan FU adalah motor ayago. Beda bentuk, beda mesin, beda segalanya. Tapi orang awam tidak peduli, mereka mengelompokkannya dalam satu kelas: motor 150 cc. That’s it.
Pada 2007, di tahun kemunculan awalnya, dia langsung merebut hati para anak muda yang saat itu masih berusaha merengek minta FU. Rengekannya mungkin tetap tidak berhasil, tapi setidaknya bikin orang-orang terbelah: misal punya uang belasan juta mepet dua puluh juta, mau beli yang mana, FU atau Vixion.
Seingat saya, harga FU dulu di angka 17 jutaan. Vixion, di angka 18 jutaan. Ini berdasar ingatan 18 tahun lalu jadi ya, take it with a grain of salt.
Praktis jalanan saat itu tak lagi dikuasai raungan knalpot Suzuki saja. Suara knalpot Vixion lama yang khas mulai mengisi aspal, dan bodi motor tegap pun mulai meneror jalanan. Hingga beberapa tahun kemudian, Yamaha Vixion benar-benar jadi penguasa jalanan…
Hingga CBR 150R Facelift menyerang.
Sekilas tentang Yamaha Vixion
Saya sendiri juga pengguna Vixion. Kalau tidak salah, saya beli motor tersebut pada 2010. Awalnya, orang tua saya mau membelikan saya Satria FU. Cuma, karena Bapak saya punya kawan pemilik dealer Yamaha, plus bisa nego, sedangkan FU tidak, hari itulah saya meminang motor sport fairing berwarna merah tersebut.
Saat itu, saya punya Vixion “semi facelift” alias sudah punya banyak perubahan dibanding generasi sebelumnya. Lampunya sudah berbentuk beda, seperti kakatua, livery jenis baru, serta warna yang beda.
Yang jelas, banyak betul ubahan yang ada di motor tersebut. Seperti, sudah banyak penyakit Vixion lama yang hilang di generasi tersebut. Kita bahas itu nanti.
Motor Yamaha Vixion ini adalah motor sport pertama saya. Bagi saya, motor ini adalah salah satu motor terbaik yang pernah saya punya. Akselerasi oke, top speed oke, ergonomi juga… nggak bisa bilang enak sih. Tapi begitu saya ganti stangnya dengan aftermarket, damn, beneran enak.
Konsumsi bahan bakarnya pun nggak bisa saya bilang boros. Standarnya motor 150 cc saat itulah. Saya nggak pernah merasa ada problem yang begitu mengganggu kecuali panas mesin yang bocor ke kaki. Ya itu nggak bisa dihindari sih, karena mesin begitu naked plus dekat dengan kaki.
Saya nggak bisa bilang banyak tentang Vixion karena sederhana saja: motor itu hilang setahun setelah saya gunakan, saat ngerjain tugas di salah satu warnet di Selokan Mataram. Bajingan.
Bandingin deh Vixion sama FU
Tapi, kenapa saya bilang motor ini penghancur dominasi Satria FU?
Begini. Yamaha Vixion itu menawarkan desain dan ergonomi yang beda dengan FU. Kebetulan, setelah saya nggak pake Vixion, 2 tahun kemudian, saya “dilungsuri” Satria FU milik kakak saya. Dan saat pake ini motor, saya tahu betul kenapa orang-orang tak lagi tertarik.
Pertama, Vixion hampir selalu menawarkan perubahan. Sekarang memang sudah mentok, tapi coba bandingkan di tiap tahunnya. Rilis pertama, ia terlihat biasa. Tapi di 2010, waktu saya beli, dia sudah punya tampilan yang amat beda, upgrade penyakit injeksi yang gampang mati sudah hilang, plus ubahan lampu yang bikin motor ini amat garang.
Coba lihat FU. Dia memang berubah, tapi ke arah amat konyol. Lihat lampunya saja sudah.
Baca halaman selanjutnya












