MOJOK.CO – Sederet tips penting dan sederhana untuk membedakan buku bajakan dengan buku yang asli, sebab melawan pembajakan, apalagi buku, adalah bentuk jihad ilmu.
Sama seperti industri yang bergerak di bidang kreatif lainnya, salah satu musuh terbesar dalam industri buku adalah pembajakan. Bagi industri buku, pembajakan bukan hanya mengganggu dari segi etika dan moral, namun juga benar-benar menjadi parasit yang mengusik keberlangsungan dan kesehatan iklim perbukuan.
Ada banyak pihak yang dirugikan oleh aktivitas pembajakan buku. Yang pertama dan yang utama tentu saja adalah penulis sendiri. Pembajak buku tidak pernah memberikan royalti kepada penulis, sehingga mau laku sebanyak apa pun buku versi bajakan tersebut, penulis tidak akan ikut menikmati hasil jerih payahnya.
Yang kedua tentu saja adalah penerbit. Bayangkan, untuk memproduksi satu judul buku, penerbit harus membayar biaya royalti penulis, editing naskah, layout, desain sampul, dan lain sebangsanya. Sedangkan pembajak tidak perlu membayar itu. Mereka cuma mencetak buku dan menjualnya. Hal tersebut tentu merugikan penerbit, sebab sama seperti penulis, penerbit juga tidak menerima apa-apa tiap ada buku bajakan yang terjual.
Yang ketiga tentu saja adalah para pekerja kreatif di bidang buku. Beredarnya buku versi bajakan tentu membuat iklim perbukuan menjadi lebih lesu dan membuat mereka secara tidak langsung ikut terpengaruh sebab produksi judul buku oleh penerbit menjadi tidak maksimal.
Yang keempat adalah penjual buku ori. Tidak bisa tidak, hadirnya buku-buku hasil para pembajak ini membuat pasar buku ori yang bisa dijangkau akan semakin sedikit, sebab makin banyak orang membeli buku edisi bajakan, makin sedikit orang yang membeli buku asli.
Nah, dengan banyaknya pihak yang terzalimi oleh para pembajak buku ini, maka, sudah selayaknya kita mulai mencoba untuk melawan pembajakan buku. Salah satu cara termudah tentu dengan mulai berhati-hati agar tidak tertipu membeli buku asli padahal bajakan.
Berikut ini adalah beberapa ciri untuk membedakan buku versi bajakan (yang oleh penjualnya sering disamarkan dengan nama buku non-ORI, buku KW, buku repro, dan sederet sebutan-sebutan penghalusan lainnya) dengan buku versi yang asli.
Harga jauh lebih murah
Harga buku versi bajakan tentu saja jauh lebih murah ketimbang buku asli, sebab pembajaknya tidak perlu membayar biaya naskah atau royalti, editing, layout, desain cover, dan lain sebagainya. Mereka murni hanya membayar untuk proses produksinya saja. Karena itulah, mereka bisa memangkas pengeluaran dan menjual bukunya dengan harga yang jauh lebih murah dari buku asli. Biasanya sepertiga, seperempat, atau bahkan seperlima dari harga buku asli.
Cover tidak lux dan tidak embos
Adalah hal yang umum jika sebuah cover buku menampilkan bagian embos (menonjol ke luar) pada sebagian visual covernya (biasanya pada tulisan judul). Nah, buku bajakan hampir bisa dipastikan tidak ada embos, sebab memang biaya untuk cetak cover embos lebih mahal, sedangkan pembajak cenderung lebih memilih yang murah.
Kertas cover pada buku bajakan pun cenderung lebih buruk, warnanya pudar. Hal ini karena sekali lagi, pembajak memilih untuk memproduksi bukunya dengan biaya cetak yang semurah-murahnya.
Halaman yang berantakan
Buku bajakan umumnya tidak melalui proses quality control yang baik saat pencetakan (selain membuat proses produksi lebih lama, juga akan memakan ongkos yang lebih besar), sehingga sangat sering ditemukan halaman terbalik, halaman tidak lengkap, atau posisi halaman yang tertukar.
Kertas halaman isinya buram
Buku bajakan sering dicetak dengan kertas buram biasa atau kertas jenis lain dengan kualitas yang sangat rendah, hal tersebut memang dilakukan untuk menghemat ongkos produksi, sehingga tidak heran jika hasil cetakan buku versi bajakan pastilah jauh jauh lebih buruk ketimbang buku yang asli.
Tulisannya tidak jelas
Tulisan pada buku bajakan kerap terlihat seperti hasil fotocopy-an. Kejelasan tulisan pada tiap halaman sering berbeda-beda. Halaman pertama jelas, halaman kedua tidak jelas, halaman ketiga sampai sepuluh lagi, nanti halaman sebelas tidak jelas lagi, begitu seterusnya. Pokoknya tidak beraturan.
Selain itu, kerap juga ditemukan bercak atau noda hitam yang sering menutupi tulisan.
Kertas mudah lepas
Buku bajakan umumnya tidak dijilid dengan lem dan jahitan yang kuat alias seadanya. Lem yang digunakan biasanya kualitas rendah yang dipakai sebatas agar nempel belaka. Maka, umum sekali jika kemudian buku tersebut mudah mreteli atau terlepas kertasnya.
Layout miring-miring dan tidak rata
Layout buku bajakan sering kali tidak rata dan miring-miring, hal ini karena memang banyak buku tersebut dicetak berdasarkan hasil scan dari buku asli, bukan dari file hasil layout dari pihak penerbit.
Selayaknya scan, tentu saja hasilnya tidak akan setajam aslinya, sehingga hasil layout cetakan buku versi bajakan umumnya terdapat beberapa bagian yang terlihat melengkung atau tidak rata, utamanya pada halaman tengah-tengah.
BACA JUGA Mari Berbisnis Buku Bajakan: Cara Cepat Jadi Kaya, Tanpa Risiko, dan Dipuja Banyak Orang dan tulisan AGUS MULYADI lainnya.