MOJOK.CO – Jokowi memarahi para menterinya. Itu sudah seharusnya. Dan inilah alasan-alasannya.
Dalam sidang Kabinet yang digelar di Istana Negara pada tanggal 18 Juni lalu (namun videonya baru diupload oleh akun Youtube Sekretariat Presiden pada hari Minggu, 28 Juni 2020 kemarin), Jokowi meluapkan kemarahan dan kekesalannya terhadap kinerja para menteri yang ia anggap tidak maksimal.
Raut muka Jokowi yang selama ini senantiasa lempeng dan sumeh, mendadak berubah menjadi sangat tidak Jokowi. Ia muntab. Kinerja buruk para menterinya benar-benar telah membikin Jokowi tiada tahan.
Kemarahan Jokowi tentu saja mengundang berbagai reaksi. Beberapa pengamat politik mengatakan bahwa kemarahan Jokowi memunculkan citra positif pemerintah di masyarakat.
Di sosial media, banyak orang yang memuji sikap Jokowi yang memarahi para menterinya, kendati tak sedikit pula yang mencibir sikap Jokowi karena dinilai terlambat marahnya.
Terlepas dari pro-kontra terkait kemarahan Jokowi, Mojok Institute telah membikin analisis singkat (yang tentu saja tidak bisa dipertanggungjawabkan) tentang alasan-alasan kenapa Jokowi memang harus marah.
Menyempurnakan diplomasi marah di PDIP
Ada beberapa pemimpin daerah yang berasal dari PDI Perjuangan yang sudah menunjukkan konsep diplomasi marah dalam memimpin daerahnya.
Diplomasi marah ini, sedikit banyak, cukup berhasil untuk menarik simpati pubik.
Di tingkat kota, Tri Risma pernah beberapa kali marah-marah. Dari mulai taman yang diinjang-injak saat ada acara salah satu produk es krim, sampai marah-marah karena lambatnya proses perekaman KTP.
Di level provinsi, kita tahu, ada Ganjar Pranowo. Ganjar pernah menarik simpati banyak orang saat dirinya menyidak salah satu pos jembatan timbangan di Subah, Batang, dan mendapati praktik pungli di sana.
Ia pun muntab dan mendamprat petugas yang berjaga. Video saat Ganjar marah tersebut langsung viral dan banyak menuai pujian.
Nah, tinggal di level presiden yang tampaknya belum viral. Di sinilah peran Jokowi.
Jadi kalau Jokowi marah dan video kemarahannya viral (dan sudah terjadi), maka lengkap sudah. Ini menjadi semacam pesan bahwa pemimpin dari PDI Perjuangan di berbagai level pemerintahan adalah sosok-sosok yang tak segan marah. Namanya juga partai banteng, harus nyruduk.
Memberikan kesan berbeda pada sosok Jokowi
Selama ini, Jokowi senantiasa diidentikkan dengan sosok yang kalem, medok, sumeh, ngomongnya pelan, sesekali prengas-prenges, dan bagi beberapa orang malah terkesan “plegak-pleguk”.
Kesan itu pada titik tertentu memang harus dihilangkan. Jokowi perlu marah untuk menunjukkan bahwa dirinya juga bisa emosi.
Memang menurut orang-orang terdekat Jokowi, Jokowi sebenarnya sering sekali memarahi bawahannya yang berbuat salah, namun kemarahannya itu hampir tak pernah terekspos di media sosial. Maka, sekaranglah saatnya. Ketika kondisi negara sedang bobrok-bobroknya, kemarahan adalah hal yang sangat pantas untuk diumbar.
Ini semacam unjuk bahwa Jokowi tak selalu menjadi sosok yang kalem dan plegak-pleguk.
Ajang “balas dendam” yang baik bagi Jokowi
Selama ini, kita tahu bahwa di sosial media, banyak sekali orang yang mencibir, menghina, dan memarahi Jokowi dengan segenap kebijakan buruk yang diambil oleh Jokowi dan juga segenap jajarannya.
Ketika negara kacau, bagi netizen, tak ada sosok lain yang lebih pantas dimarahi selain presiden yang kebetulan saat ini dijabat oleh Jokowi.
Nah, setidaknya sudah enam tahun terakhir ini, tiap kali ada kekacauan yang terjadi pada negara, Jokowi-lah yang selalu menjadi sasaran kemarahan rakyat.
Bertahun-tahun dimarahi di depan umum, tentu bikin sebel juga. Maka kini saatnya bagi Jokowi untuk “balas dendam” giliran memarahi orang lain secara umum, dan kebetulan kali ini sasarannya adalah menteri-menterinya.
Nah, urusan besok para menterinya juga mau balas dendam dan ingin memarahi seseorang, itu biar dipikir sendiri sama menterinya.