MOJOK.CO – Mencintai tokoh fiksi bukanlah hal yang memalukan. Itu hal yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan.
Di media sosial, seorang pengguna Twitter dengan nama akun @nkmoyuta menuliskan twit yang kemudian menjadi sangat ramai. “Jatuh cinta ni emang indah. Apalagi sama cowok fiksi, indah banget buset.” Begitu tulisnya. Twit tersebut mendapatkan ratusan balasan dan belasan ribu retweet. Hal yang kemudian memberikan bukti yang kuat bahwa isu tentang jatuh cinta kepada tokoh fiksi memang menjadi isu yang sangat populer dan kerap dialami oleh banyak orang. Dan memang kenyataannya demikian. Di kolom komentar, banyak sekali yang menuliskan perasaannya karena juga pernah atau masih mengalami jatuh cinta kepada tokoh fiksi.
Memang tak sedikit yang memberikan komentar salty terkait fenomena jatuh cinta kepada sosok fiksi ini. Ada yang bilang halu lah, terlalu khayal lah, budak anime lah, dan aneka komentar salty lainnya. Maklum saja, dalam konsep sebagian orang, jatuh cinta memang seharusnya kepada sosok yang nyata adanya.
Dalam posisi ini, tentu saja saya akan menjadi garda terdepan yang membela orang-orang yang pernah jatuh cinta kepada tokoh fiksi ini. Bagaimanapun, cinta adalah sesuatu yang bebas, ia adalah perasaan yang seharusnya orang lain tidak boleh mengintervensinya. Konsep jatuh cinta seseorang tidak boleh harus diterapkan kepada orang yang lain. Cinta itu bebas dan membebaskan.
Itu teori heroiknya. Kalau teori murahannya, sebab saya sendiri juga pernah merasakan apa yang orang-orang lain itu rasakan tentang jatuh cinta kepada tokoh fiksi, hehehe. Dan saya merasa itu bukan hal salah yang layak dibodoh-bodohkan atau disalah-salahkan.
Saya pernah amat jatuh cinta kepada sosok Masumi, tokoh perempuan yang ada di komik Legenda Naga karya Yoshito Yamahara. Komik yang menceritakan tentang kisah dua anak SMP (Shiro dan Masumi) yang kemudian tersesat ke zaman tiga kerajaan di era Dinasti Han.
Saya dibuat amat jatuh kepada Masumi karena sosoknya yang walaupun masih muda, namun ia selalu bisa memberikan pertimbangan yang bijak akan sesuatu. Ia juga sosok yang amat menyenangkan, lebih-lebih sikapnya kepada Shiro, ia selalu berusaha melindungi dan mau berkorban untuk Shiro, sosok yang sebenarnya amat ia cintai.
Saya memang suka komik Legenda Naga, selain karena saya sering memainkan game Dinasty Warrior (yang kebetulan sama-sama menceritakan tentang perang tiga kerajaan), saya juga amat menyukai strategi perang Tiongkok klasik. Maka ketika saya menemukan komik komik tersebut, saya begitu antusias menyimak setiap serinya.
Saat membaca komik tersebut, rasanya tak terhitung berapa kali saya membayangkan bahwa saya adalah Shiro yang sedang sangat dirindukan oleh Masumi. Benar-benar konyol, namun saya menikmatinya. Dan sekali lagi, saya tak merasa bahwa itu adalah hal yang salah.
Saya tak menyangka bahwa saya akan jatuh cinta kepada tokoh fiksi, dan saya lebih tak menyangka bahwa rasanya ternyata semenyenangkan itu.
Kelak, saya kembali merasakan hal yang tak jauh berbeda. Saya lagi-lagi merasakan jatuh cinta kepada sosok fiksi. Hanya saja kali ini, tidak fiksi-fiksi amat. Sosok yang saya cintai kali ini adalah sosok Mira, tokoh istri Asrul di serial Para Pencari Tuhan.
Sosok Mira ini diperankan oleh aktris dengan nama yang sama, yakni Mira Zayra.
Ketika banyak lelaki penonton serial Para Pencari Tuhan mengidolakan dan menyukai sosok Aya (Zaskia Adya Mecca) atau Kalila (Artha Ivano), saya justru amat mengidolakan Mira. Sosok yang di sinetron tersebut sebenarnya malah terlihat sangat tidak cantik sebab ia selalu tampak lusuh oleh sebab kemiskinannya.
Saya menyukai Mira karena sikapnya yang manis dan tabah dalam menghadapi cobaan kemiskinan yang terus menimpa keluarganya. Sikapnya yang selalu solutif dan senantiasa bisa menenangkan hati suaminya yang kalut itulah yang membuat saya amat menyukainya. Pastilah menyenangkan bisa mendapatkan istri seperti sosok Mira.
Tentu saja apa yang saya rasakan ini juga pernah dirasakan oleh banyak orang lainnya. Banyak yang jatuh cinta kepada tokoh-tokoh dalam serial televisi, dalam komik, dalam novel, atau dalam media yang menampilan cerita fiksi lainnya. Dan itu bukan hal yang salah.
Saya pikir, banyak orang yang punya kriteria atas pasangan yang ingin ia dapatkan, dan kerap kali, hal tersebut memang muncul pada sosok-sosok fiksi mungkin ia temui entah di film, novel, atau komik.
Banyak perempuan yang mungkin amat menyukai sosok Tony Stark, yang baik, kaya, celelekan, rela berkorban demi orang banyak, dan sedikit bajingan. Atau mungkin banyak lelaki yang jatuh cinta pada sosok Hinata di serial Naruto karena sikapnya yang pemalu, kalem, suka mengalah, namun punya kepedulian yang begitu tinggi pada orang-orang di sekitarnya. Ini hal yang wajar saya.
Bahwa orang-orang harus menyadari bahwa kelak pasangannya tak akan mungkin bisa seromantis, sebaik, sekaya, secakep, sepemalu, atau setabah tokoh fiksi yang amat mereka cintai, itu adalah satu hal. Namun yang jelas, mencintai tokoh fiksi bukanlah sebuah hal yang memalukan, selama hal tersebut diimbangi dengan pikiran yang realistis.
Lagipula, dalam asmara, orang-orang terkadang memang perlu jatuh cinta pada sesuatu yang tidak mungkin mereka miliki. Selain memperkuat hati, hal tersebut juga memunculkan kesadaran atas realita kehdupan. Dan itu bisa didapatkan dengan mencintai tokoh-tokoh fiksi. Lak yo begitu.
BACA JUGA Pengalaman Tertipu Lelaki Buaya Jenis Religius. Luar Alim, Dalam Tidak Lazim artikel AGUS MULYADI lainnya.