MOJOK.CO – Teori Konspirasi itu menarik, menggelitik, dan memberi kita suatu pengetahuan yang berbeda tentang satu hal. Three two one, close the door.
Corona virus adalah konspirasi yang oleh elite dunia. Ini semua hanyalah ilusi yang dibuat oleh para segelintir elite. Corona dibuat oleh Bill Gates yang gerah Microsoft disaingi oleh Apple. Rockefeller berulah lagi. Corona adalah senjata pemusnah massal yang dibuat oleh Cina.
Di atas itu, adalah contoh konspirasi yang seliweran di lini masa media sosial kita belakangan ini. Dan mungkin akan tetap bertebaran hingga pandemi ini selesai.
Konspirasi, khususnya lagi tentang corona, belakangan jadi marak karena banyak publik figure yang mengangkat ini ke media sosial. Podcast Deddy dan Young Lex yang mengangkat corona adalah konspirasi semata meledak dan membuat isu ini hangat.
Jerinx juga mengangkat isu ini di sosial media, tentu dengan marah-marah. Lagian, memang apa sih yang mau kamu harapkan dari Jerinx selain marah-marah?
Kita tidak akan membicarakan apakah teori yang dilontarkan Young Lex dan Jerinx itu benar atau salah. Pertama, itu buang-buang waktu. Kedua, saya males dapat risiko tiba-tiba kena DM sama Jerinx; “Kirim emailmu, Bangsat!” Oke, kita akan bahas konspirasi sendiri itu apa, dan bagaimana itu bisa muncul.
Dalam diskusi di kanal Discord Yujiem Senin 27 April, Wisnu Prasetyo Utomo menyampaikan materi tentang konspirasi mulai dari penjelasannya, ciri-cirinya, dan bagaimana orang bisa percaya konspirasi.
Teori konspirasi adalah teori yang berusaha menjelaskan fenomena dengan jawaban-jawaban yang bombastis. Teori tersebut mempunyai beberapa ciri. Ciri pertama, pandangannya hitam-putih. Teori konspirasi tidak memandang dunia secara kompleks. Keliatan ruwet, tapi jane yo sepele.
Ciri kedua, teori konspirasi berputar pada persekongkolan beberapa orang yang punya kekuatan mengatur seisi dunia. Contohnya, kita tidak jarang mendengar tiap masalah selalu dihubungkan dengan Cina, Yahudi, AS, bahkan Madara.
Ciri ketiga, teori konspirasi punya sifat apokaliptik, alias sithik-sithik dunia akan kiamat. Penyakit baru? Kiamat. Rudal baru Israel? Kiamat. Pemerintah mendengarkan suara rakyat? kiamat.
Kalau melihat ciri-ciri tersebut, kemungkinan kamu akan punya pendapat “ain’t nobody fall for that shit” alias “harusnya sih orang nggak percaya”. Tapi nyatanya ada orang yang percaya, dan mereka berlipat ganda.
Teori konspirasi biasanya dipercaya oleh orang yang pola berpikirnya utak-atik gathuk. Segalanya coba dihubungkan, dan ketika ndilalahe pas, maka dianggap kebenaran. Persetan dengan sains, ada tangan yang mengatur dunia ini.
Selain pola pikir utak-atik gathuk, teori konspirasi sering dipercaya karena manusia punya bias konfirmasi. Bias konfirmasi artinya manusia cenderung mencari informasi yang bakal mendukung apa yang sudah mereka percaya.
Meski hanya sebatas dugaan, tapi teori konspirasi punya efek. Efeknya ada dua, yaitu harmful dan non–harmful. Teori konspirasi yang punya efek non–harmful contohnya adalah teori konspirasi matinya Adolf Hitler di Cilacap. Informasi tersebut tidak akan mendorong orang untuk berbuat sesuatu yang melanggar batas.
Teori yang punya harmful effect itu contohnya adalah teori corona ini adalah konspirasi elite global, maka beraktivitas aja seperti biasa. Efeknya jelas, penyebaran tidak bisa dikendalikan dan angka kematian jadi naik.
Apakah kita nggak boleh percaya konspirasi? Ya boleh aja sih, bebas. Tapi yang jelas jangan jadikan konspirasi itu sebagai satu-satunya kebenaran yang dipegang.
Kita harus memberi ruang skeptis dalam pikiran kita agar kita terus menguak tabir. Memegang satu informasi yang belum jelas sebagai satu-satunya sumber kebenaran akan membenamkan kita kepada kebodohan.
BACA JUGA One Piece Mungkin Ceritanya Bermasalah, tapi Naruto Jelas-jelas Sampah dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.