MOJOK.CO – Jika kamu merasa membicarakan tentang keuangan saat pacaran adalah hal tabu dan bikin sungkan, hati-hati, ini bisa menjadi bom waktu bagi hubungan kalian.
Banyak yang menganggap membicarakan masalah keuangan saat pacaran, adalah hal tabu dan bukanlah sesuatu yang perlu untuk dibahas. Pasalnya, dalam hubungan yang masih dalam ikatan pacaran, ngomongin tentang keuangan tidak menjadi sesuatu yang penting-penting amat. Lagian buat apa? Lha wong ya belum nikah.
Maka, tidak mengherankan jika kemudian konsep, “Harusnya cowok yang harus bayarin”, menjadi sesuatu yang tetap oke-oke saja sepanjang masa. Apalagi dalam relasi romantis heteroseksual dalam budaya patriarki. Halah.
Iya, sih. Memang nggak terlalu menjadi masalah apa-apa. Kalau kalian masih…
…pedekate. Lha kalau konsep itu terus berlanjut hingga kalian merayakan anniversary ke 4? Apa, ya si cowok nggak jatuh miskin? Lantaran udah ngejual banyak barang berharganya hanya demi jalan bareng supaya dapat membahagiakanmu selama 4 tahun bersama?
Sebetulnya, hal ini juga tidak menjadi masalah, kalau si cowok adalah anak dari salah satu yang masuk dalam 1% orang kaya Indonesia. Tapi, kalau ternyata dia ini ternyata masih mahasiswa—yang uang jajan masih manut orang tua—atau kerja dengan gaji di bawah UMR Jogja? Terus, dia hidup dari mana, kalau uangnya dipakek jajanin ceweknya muluk? Emangnya hasil ngepet atau memelihara tuyul?
Oleh karena itu, masalah keterbukaan keuangan saat pacaran menjadi hal yang perlu dibicarakan demi langgengnya sebuah hubungan. Selain untuk mematahkan konsep, ‘cowok harus selalu bayarin’, keterbukaan masalah keuangan ini juga akan mencegah permasalahan lainnya yang dapat muncul dalam hubungan kalian.
Misalnya, kita selalu menganggap bahwa pasangan kita ini ‘selalu punya uang’. Lantaran, dia terlahir dari keluarga kaya raya atau dia udah punya pekerjaan yang cukup mapan. Dengan latar belakangnya tersebut, anggapan bahwa dia ‘selalu punya uang’, memang bukanlah sesuatu yang salah. Akhirnya, kita yang hidup misquen ini—dengan pelan namun pasti—mulai menggantungkan hidup kita padanya.
Oleh karena tidak adanya keterbukaan tersebut, kita tidak memahami bahwa sebetulnya dia sedang berusaha menabung dengan penghasilannya tersebut. Apalagi ada tidak enak hati atau sungkan untuk bicara masalah keuangan, akhirnya dia memilih untuk diam saja dan melanjutkan menggerundel dalam hati tentang kita yang ternyata menjadi benalu untuknya.
Contoh selanjutnya, kalian sebetulnya sudah menganut konsep gantian untuk mengeluarkan uang ketika lagi jalan bareng. Namun, konsep keuangan yang ideal menurut masing-masing dari kalian, belum pernah dibicarakan. Padahal, kalian punya cara yang berbeda dalam mengatur keuangan. Misalnya, kamu lebih suka makan di Parsley, Tengkleng Gajah, atau Burgernya McD—karena bagimu makanan enak dan tempat yang higienis adalah kebutuhan. Sedangkan dia lebih senang makan di Burjo atau Angkringan—karena baginya kenyang adalah kebutuhan yang utama.
Sayangnya, karena tidak enak hati, akhirnya perbedaan keinginan ini tidak dibicarakan dengan baik dan lugas. Sekadar kode-kode belaka.
Ada seorang teman saya yang seperti ini. Si cewek merasa lebih sering bayarin pacarnya di tempat hits dan mahal. Tetapi, pacarnya kalau bayarin makan hampir selalu di tempat yang B aja. Lantas apa yang terjadi, Sayang?
Yak betul, si cewek menganggap pacarnya ini pelit dan nggak sayang sama dia. Lebih jauh lagi…
…pacarnya pasti punya selingkuhan lain yang sering dibayarin makan enak dan mahal!!11!!!!
Sungguh, sebuah overthinking yang tidak perlu hanya karena nggak saling terbuka.
Contoh yang lainnya, karena kita menganggap pacar kita punya kemapanan ekonomi, sehingga sewaktu ada kebutuhan yang mendesak, kita memutuskan untuk meminjam uang padanya. Tentu saya sang pacar nggak ada masalah, toh jumlah uang yang akan kita pinjam, memang sedang ada dan dia lagi nggak butuh.
Namun suatu ketika, pacar kita ini dalam keadaan keuangan yang sedang tidak baik-baik aja. Nah, dia ingat kalau kita meminjam sejumlah uangnya, tapi, karena ngomongin keuangan dianggap kurang etis—apalagi sama pacar sendiri, jadi dia cuma kode-kode doang. Eh lha kok ndilalah, kita malah nggak tahu diri peka. Kode-kode tersebut pun, nggak nyantol di pikiran kita.
Jika hal-hal semacam ini terus terjadi berulang, tentu akan menjadi gerundelan dalam hati. Hanya karena sungkan dan berpikir: masak sama pacar sendiri itungan!
Namun sadarkah kita, tidak terbuka masalah keuangan saat pacaran, sering kali menjadi bom waktu. Pasalnya, bagaimanapun juga keuangan adalah sesuatu yang sensitif. Bukan hanya perkara pacaran saja, dalam pernikahan pun, tidak sedikit yang kemudian memutuskan bercerai karena faktor ekonomi.
Coba bayangkan kalau kalian mau saling terbuka masalah keuangan satu sama lain, tentu setiap ganjalan yang ada, akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Pertama, jika kalian mau ngomongin tentang keuangan, maka setiap ada gerundelan kecil pasti tidak akan membesar. Oleh karena, kalian akan berusaha untuk menyelesaikannya perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Sebaiknya, setiap kemarahan dalam hati jangan dipelihara, selain tidak akan menyelesaikan masalah, hal ini juga akan menyakiti dirimu sendiri.
Kedua, dengan saling terbuka, kalian akan mudah untuk mengungkapkan bagaimana keinginan masing-masing untuk mengelola keuangan. Justru bakal makin asyik jika kalian saling memberikan masukan tentang pengelolaan keuangan yang baik. Bahkan juga saling mendukung untuk berinvestasi.
Ketiga, meski saling terbuka namun bukan artinya tidak ada privasi. Tidak perlu juga saling bertukar kartu kredit atau PIN ATM, jika memang tidak sedang dalam kondisi darurat. Misalnya, kamu jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Lantas yang bisa ngurus kamu cuma pacar, sehingga kamu butuh dia untuk mengurus segala pengeluaran rumah sakit dengan menggunakan uang di tabungan. Kalau udah kayak gitu, masak ya kamu pergi ke ATM sendiri, hanya supaya kamu nggak mau dia sampai tahu PIN ATM-mu yang ternyata tanggal lahir mantanmu!
Tapi, kalau kamu memang menganggap ngomongin masalah keuangan saat pacaran ini, sebetulnya nggak penting-penting amat, ya nggak masalah sih.
Asalkan, jangan sampai kamu menyesal, kalau waktu kalian putus, kamu baru ingat dia sering bilang, ‘Aku pinjam uangmu dulu, ya’, ketika kalian masih bersama. Jadi, tidak perlu juga marah-marah sampai ngata-ngatain waktu kamu berusaha mengambil uang yang dia pinjam itu, dia menjawab, “Ah, sama pacar yang baru jadi mantan aja, itungan. Dasar pelit!”