MOJOK.CO – Polisi kini bisa dibilang menjadi lembaga negara yang paling repot soal memulihkan nama baiknya gara-gara tagar #PercumaLaporPolisi trending.
Sudah lebih dari tiga hari tagar #PercumaLaporPolisi kelihatan masih berada di urutan puncak daftar trending Twitter.
Diawali dari liputan Project Multatuli mengenai liputan berjudul “Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan”, lalu secara kebetulan terjadi peretasan terhadap situs Project Multatuli yang entah dilakukan siapa, sampai dengan cap hoaks dari Polisi (postingan dari Humasreslutim) terhadap laporan tersebut.
Tiga kejadian yang berjalan secara berurutan ini memancing kegeraman netizen terhadap instansi kepolisian. Kejadian demi kejadian janggal ini mungkin diniatkan agar reputasi Polisi tidak makin buruk, tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Bukannya menyiram api dengan air, yang dilakukan Polisi di media sosial justru menghujani netizen yang sedang marah itu dengan bensin. Makin meledaklah itu kemarahan netizen. Ngidap-idapi sampai Istana pun jadi kepancing turun tangan untuk kasus pemerkosaan tersebut.
Kemarahan ini pun lalu berlanjut dengan makin banyaknya netizen yang malah curhat colongan melalui tagar #PecumaLaporPolisi. Ini beberapa di antaranya.
-
Lapor polisi karena kemalingan, malah dijadiin bahan bercandaan. Mungkin Pak Pol yang ngebecandain itu niatnya mau menghibur kali, Mbak. Mungkeeen lho ya.
ikutan #PercumaLaporPolisi , pernah dimaling tas, isi laptop, HP, STNK, uang cash 3 jutaan. pas bikin laporan, malah cengengesan, “loh tasnya hilang? ya beli lagi loh mbaa” trus bilang “kalo laptop coba cari aja di OLX mbak”. panik dan sedihnya saat itu, tapi dijadiin becandaan
— aulia f. herdiana (@auliaaherdiana) October 8, 2021
-
Ada yang curhat motor temennya ilang, lapor polisi, diminta cek perkembangan kasusnya di website, eh ternyata websitenya belum diperpanjang domainnya. Bisa gitu ya?
Pacar saya motornya ilang bulan juli lalu. Langsung lapor tuh, dikasihlah surat dari kepolisian. Di suratnya ada keterangan suruh cek perkembangannya melalui web https://t.co/16vXZTcD3s atau SMS, tp ternyata pas di cek….
Bakekokk#PercumaLaporPolisi https://t.co/KQHbarIUaa pic.twitter.com/epsGrCfBSU
— – (@triaaprr) October 8, 2021
-
Tegur razia ilegal malah dibentak-bentak. Lagian sampean juga kewanen sih, Mas.
Jadi inget hari dimana gw kena razia ilegal, terus gw sengaja terang-terangan foto ehh HP gw malah di rampas paksa sambil di bentak. Trus saya cuma nanya “kalo razia resmi name tag bapak sama tanda ada razia ko ga ada?” Sya malah jadi bulan bulanan 🤣🤣. #PercumaLaporPolisi pic.twitter.com/VsgEjuf57D
— CiptaanTuhan (@dadaniawan) October 7, 2021
-
Kok ya ada juga ya yang beginian?
Saya kemudian menepi ketika melihat ada kerumunan polisi, bermaksud meminta bantuan. Tapi oleh polisi, orang itu dibiarkan pergi, dengan alasan “kan sampeyan emang Cina, kenapa mesti marah?”#PercumaLaporPolisi
— Roy Thaniago (@roythaniago) October 8, 2021
-
Katanya sih ongkos keadilan itu bayarnya nggak cuma pakai duit, tapi juga pakai ati.
Tentu saja si petugas ogah-ogahan dan akhirnya laporan itu ditolak. Pake marah pula karena merasa direkam. LOL.
Emang mahal banget deh ongkos mencari keadilan, bayarnya ga pake rupiah tapi pake ati.— iwin (@niwseir) October 7, 2021
Beberapa postingan ini tentu belum bisa dijadikan kebenaran tunggal, soalnya kan sesuatu itu harus ada “datanya-dari-mana?”. Tapi setidaknya inilah pengakuan spontan beberapa netizen soal tagar #PercumaLaporPolisi yang ramai itu.
Curhat colongan beberapa netizen ini sebenarnya juga menjadi jawaban kenapa profesi dukun atau orang pintar itu masih menjanjikan di Indonesia. Sebab, ketika banyak warga negara merasa tidak mendapat keadilan, ya wajar lah kalau mereka mencari alternatifnya.
Jika di negara lain hanya pendidikan dan pengobatan saja yang ada alternatifnya, di Indonesia ini ternyata mencari keadilan saja juga ada alternatifnya. Ngeri, ngeri. Benar-benar negeri yang kreatif sekali.
Meski begitu, #PercumaLaporPolisi yang ramai itu pada dasarnya menunjukkan betapa banyak orang yang punya pengalaman buruk ketika berhadapan dengan polisi. Orang biasa, bukan penjahat lho ya.
Ada sinyal ketidakpercayaan yang muncul di sini, dan seharusnya hal semacam ini jadi koreksi untuk Kepolisian Republik Indonesia sih. Bisa bahaya lho kalau masyarakat makin banyak lagi yang nggak percaya sama penegak hukumnya sendiri.
Lagipula, jangankan masyarakat biasa atau netizen, sekelas Irjen Napoleon Bonaparte saja, yang jelas-jelas polisi (bukan sembarangan polisi malah, tapi perwira polisi), bisa-bisanya nekat main hakim sendiri saat melampiaskan “rasa keadilannya” terhadap Muhammad Kece di penjara.
Kalau Pak Napoleon saja sampai begitu, itu kan tanda kalau blio sebenarnya juga nggak percaya-percaya banget dengan penegakan hukum di Indonesia. Lah itu nyatanya blio sampai harus turun gunung main hakim sendiri gitu tuh?
Lah kalau Pak Irjen saja sampai bisa nggak percaya sepenuhnya terhadap penegak hukum, lah terus masyarakat biasa kayak kita ini bisanya apa? Bisa dipenjara?
Eh. Bercanda ding, Pak.
BACA JUGA Project Multatuli Alami Serangan Siber Bertubi-tubi karena Tayangkan Liputan Pemerkosaan dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.