Saat melihat surat pernyataan MBG di Brebes yang viral belakangan, yang terlintas di kepala saya satu: program negara kok kelakuannya kayak tukang parkir liar.
Tukang parkir liar caranya kerjanya kan begitu: kamu wajib bayar parkir ke mereka, karena mereka menganggap mereka berjasa, tapi mereka tak mau tanggung jawab kalau ada apa-apa. Pemerintah, pikir saya, tentu tak boleh menjalankan programnya seperti itu.
Sebelum saya lanjut, tolong jangan anggap saya benci Prabowo atau bagaimana. Justru, kritikan saya terhadap surat pernyataan MBG di Brebes ini adalah masukan demi program ini berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
MBG dan serba-serbinya
MBG ini, terlepas dari motif di baliknya, adalah program yang sebenarnya baik. Hanya saja, dijalankan dengan cara yang amat tidak tepat. Salah satunya adalah, dengan surat pernyataan itu.
Padahal, jujur saja, kalau saya jadi Prabowo, kasus-kasus yang ada saya jadikan evaluasi dan bisa menuntut dapur penyedia MBG untuk meningkatkan kualitasnya. Program ini bisa jadi contoh bahwa pemerintah mau mendengar dan mau berbenah. Justru program ini, kalau berhasil dengan mau evaluasi, bisa bikin martabat pemerintah skyrocketed.
Surat pernyataan MBG itu justru bikin potensi tersebut tertutupi, dan malah bikin rakyat jadi antipati. Maksudnya, reaksi apa yang kamu harapkan dari bocornya surat pernyataan tersebut? Simpati? Yang benar saja.
Justru kalau upaya-upaya “pembungkaman” ini semakin masif, malah bikin rakyat makin tak percaya. Seakan-akan, pemerintah lebih memilih rakyat berjudi dengan bencana alih-alih meninjau ulang dan memperbaikinya.
Tukang parkir liar
Kita tahu betapa menyebalkannya tukang parkir liar. Ia merasa berjasa, padahal tanpa mereka, tak ada masalah juga. Sialnya, mereka yang merasa berjasa, kita juga yang diminta menanggung akibatnya. Secara nalar, ini jelas nggak masuk. Yang merasa nggak ada masalah dengan itu, mudah saja, kalian goblok.
Tentu saja MBG harusnya tak seperti itu. Dengan negara hadir, dan siap untuk berbenah, masalah macam surat pernyataan MBG kemarin tak perlu muncul. Toh, meski di surat tersebut ada opsi untuk tidak menerima MBG, tetap saja orang tua mendapat tekanan dari sekitar jika berbeda sendiri. Makanya, tak heran kalau ada yang merasa ini adalah upaya pembungkaman.
Masalahnya, ya kita tak tahu betul surat itu muncul dari mana. Maksudnya, instruksi surat tersebut muncul dari mana. Kalau dari pemerintah, wah kacau. Kalau itu inisiatif bawahan, makin kacau.
Sebab, kalau itu dari pemerintah, ya bahaya, karena pemerintah lebih memilih program terlihat tak ada masalah, padahal perlu evaluasi besar-besaran. Kalau dari bawahan, wah lebih kacau. Artinya, bawahan lebih memilih anak-anak jadi korban ketimbang nama baiknya tercoreng di mata atasan.
Selama kita tak tahu alur surat pernyataan MBG itu muncul, dari atasan atau inisiatif bawahan, kita akan tetap dirundung ketakutan. Surat pernyataan tersebut membuka borok yang selama ini tak pernah ada yang coba obati.
Jadi, MBG lanjut atau tidak?
Ini bukan pertanyaan yang mudah. Sedari awal, saya menolak MBG, jadi tentu saya tak punya jawaban lain selain tak lanjut. Tapi, tentu saya tak bijak jika menjawab seperti itu. Pertama, MBG ini beneran ada manfaatnya. Bagi orang-orang yang tak punya, makan siang ini beneran jadi oase.
Kedua, kalau dilakukan dengan penuh perhitungan dan diubah modelnya, MBG ini bisa jadi jawaban atas banyak masalah pangan di Indonesia. Misalnya, modelnya diubah jadi akses pangan dibikin murah dan mudah, karena MBG sudah masif. Sumpah, itu bisa menyelesaikan masalah stunting dan defisit protein warga Indonesia.
Bro, kau pikir kita-kita ini sudah bisa mencukupi kebutuhan protein harian? Hah, you wish.
Jadi saya tak bisa menjawab tanpa melihat realitas. Tapi misal mau lanjut, saya hanya bisa bilang satu hal: jangan bikin masalah macam surat pernyataan MBG itu. Kita, rakyat, bukan kelinci percobaan. Satu korban keracunan itu sudah kelewat banyak.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Tragedi Rawon Maut di Sleman Adalah Dosa Pemerintah Pusat pada Kota Pendidikan dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN
