ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Selain Ruang Publik, Rakyat Butuh Ruang Privat untuk Menangis

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
27 Februari 2020
0
A A
ruang publik ruang privat untuk menangis jurgen habermas media sosial public sphere 4.0 private sphere jokowi kebutuhan rakyat taman kota satpol pp surabaya penggerebekan di kamar hotel mojok.co

ruang publik ruang privat untuk menangis jurgen habermas media sosial public sphere 4.0 private sphere jokowi kebutuhan rakyat taman kota satpol pp surabaya penggerebekan di kamar hotel mojok.co

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ruang publik sudah diusahakan pemerintah dari dulu. Tapi ada kalanya rakyat butuh ruang privat yang sepi, tenang, dan ideal untuk menangis. Karena seluruh rakyat akan ambyar pada waktunya.

Pekan lalu orang-orang dibuat berang karena Satpol PP melanggar ruang privat sebagian masyarakat Surabaya. Katanya sih, penggerebekan ke kamar-kamar hotel nggak ada landasan hukumnya, kendatipun orang-orang sedang mantap-mantap, pokoknya nggak bener ini!

Ketika ruang privat dilanggar, rasanya memang memuakkan. Walau manusia makhluk sosial, tapi manusia adalah individu, sebuah entitas tunggal yang juga butuh waktu untuk sendiri. Seperti mantan kalian yang selalu bilang, “Kita break dulu, aku butuh ruang untuk berpikir, kamu butuh waktu untuk sendiri dulu.”

Ruang publik alias public sphere sebenarnya dikonsepkan oleh Yth. Jurgen Habermas, seorang filosof asal Jerman yang membuka mata banyak orang tentang perlunya sebuah ruang bagi rakyat untuk berkumpul dan berdiskusi. Ruang publik sifatnya harus diusahakn oleh pemerintah yang masih percaya kekuatan demokrasi. Termasuk Indonesia yang ngakunya demokratis banggget, g-nya tiga.

Ide Habermas sungguh brilian, jangan salah paham, saya juga ngefans sama teori-teori beliau. Bahkan di era digital ini ada public sphere 4.0 berwujud media sosial. Lihat betapa netizen bisa mendiskusikan negara ini lewat trending topics di Twitter. Sambat dan mengeluh banjir pun bisa digaduhkan di media sosial.

Tapi ada yang dilupakan dari gegap gempita ruang publik yang jadi kebanggaan masyarakat demokrasi, yaitu ruang privat yang makin sempit. Sebagai orang yang terkadang nggak ingin ada di keramaian, saya juga butuh ruang privat minimal untuk menangis. Ruang yang sepi, tenang, dan ideal untuk meluapkan kesedihan.

Bayangkan saja suatu saat kalian merasa gagal di suatu fase kehidupan. Gagal ujian CPNS, menyadari betapa terpuruknya jadi buruh yang penghasilannya segitu-segitu aja, hingga betapa runyamnya menjalin hubungan cinta beda agama. Di masa itu, kalian betul-betul ingin berkontemplasi dengan diri sendiri. Melakukan sebuah ritual komunikasi intrapersonal hakiki.

Seringnya orang-orang menangis di jalan saat naik motor, bersepeda malam-malam sambil mengenang keburukan mantan, dan kalau di posisinya di Jogja, ada yang suka naik Trans Jogja keliling kota hanya untuk menghindari omelan orang tua. Pelik. Rakyat benar-benar butuh fasilitas ruang privat.

[merasa sediii]

Bukti rakyat butuh ruang privat adalah ketika utas-utas tentang tempat menangis di setiap kota selalu viral. Tempat menangis di Jogja, tempat menangis di Bandung, sampai tempat menangis di Jakarta pun ada.

? TEMPAT MENANGIS TERBAIK DI BANDUNG ?

a thread

Bismillahirahmanirahim

— brrr ckpeh (@menyeduhkan) February 19, 2019

Sayangnya, banyak yang menyelipkan jokes di sela-sela utas ini. Jadinya tempat-tempat yang direkomendasikan belum bisa benar-benar memenuhi hajat menangis. Bahkan kalau kalian benar-benar ketahuan menangis di tempat ini kalian bakalan nangis lebih kejer karena malu, bukan karena sendu.

Pak Jokowi, saya ingin menangis dengan tenang dan damai.

Sama seperti public sphere, private sphere sebenarnya juga ada teori sosialnya. Ruang privat itu semacam sektor kehidupan yang penting di mana seseorang menikmati tingkat otoritas utuh. Mereka ingin sejenak hidup tanpa adanya intervensi dari pemerintah dan institusi atau lembaga lain.

Tapi saya, teori ruang privat ini mengarah pada komunitas keluarga. Rumah adalah ruang privat yang ideal. Nah, saya sebagai anak kost yang cuma hidup di sebuah kamar sempit berukuran 3×4, nggak ada ruang tamunya, nggak ada ruang santainya, harus berbuat apa?

Lagian sebagai individu bermasalah, kalau lagi seteru sama keluarga, apa iya tetap mau menangis di rumah, di kamar terus? Ya nggak lah!

Harusnya dalam keadaan ini saya bisa ke taman kota. Eh, tapi di sana ramai anak kecil main ketapel LED ding. Terus saya pergi ke tempat di mana saya bisa duduk di kursi-kursi sumbangan pemkot. Eh, tapi di sana juga dipenuhi muda-mudi kasmaran yang malah pacaran.

Rakyat seperti saya butuh ruang privat ketika sedang ambyar-ambyarnya. Mengingat konser Didi Kempot sudah makin mahal dan saya bokek.

BACA JUGA Menimbang Petuah Lama tentang Lebih Baik Dicintai atau Mencintai atau artikel AJENG RIZKA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 27 Februari 2020 oleh

Tags: kebutuhan rakyatruang privatruang publik
Iklan
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Pasar Wiguna Yogyakarta
Geliat Warga

Tampil Modis Minggu Pagi di Pasar Wiguna Saat Ruang Publik di Jogja Mulai Sirna

10 November 2022
taman pracima mojok.co
Kilas

Keren! Mangkunegara X Bangun Taman Pracima untuk Ruang Publik

9 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
konflik muslim dan hindu di India

Memahami Konteks Konflik Muslim dan Hindu di India Biar Nggak Terprovokasi

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lansia di Kota Jogja Butuh Berkegiatan untuk Tetap Bugar dan Produktif, Sekolah Lansia Menjadi Jawabannya.MOJOK.CO

Lansia di Kota Jogja Butuh Berkegiatan untuk Tetap Bugar dan Produktif, Sekolah Lansia Menjadi Jawabannya

8 Mei 2025
Kesal dengan orang-orang yang suka mematung lama dan mondar-mandir di depan kulkas Indomaret karena bingung pilih minuman MOJOK.CO

Pesan dan Saran ke Orang yang Suka Merenung Lama di Kulkas Indomaret karena Bingung Pilih Minuman, Karena Itu bikin Kesel!

9 Mei 2025
Ayam Bahagia, Telur Ayam Sejahtera: Begini Cara Beternak Anti Stres ala UGM

Ayam Bahagia, Telur Ayam Sejahtera: Begini Cara Beternak Anti Stres ala UGM

8 Mei 2025
Nasib sial saat kerja di Cilandak Jakarta Selatan (Jaksel). Gaji buat kredit motor malah hilang MOJOK.CO

Cilandak Jakarta Selatan Daerah Elite tapi “Tak Aman”, Gaji di Bawah UMR buat Kredit Motor Langsung Hilang sebelum Sebulan

14 Mei 2025
Luna Maya menikah dengan Maxime Bouttier. MOJOK.CO

Dari Luna Maya Saya Belajar, Kalau Jodoh Nggak Bakal Kemana meski Butuh Waktu yang Nggak Sebentar

8 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.