Salah Paham Goblok di WC Kereta Api

Ilustrator Mojok versus tokai yang belum disentor!

Kereta-Api-Refleksi-MOJOK.CO

MOJOK.COWC Kereta api kerap meninggal cerita-cerita unik. Dalam beberapa hal atau peristiwa khusus, kadang yang terjadi adalah cerita goblok.

WC adalah salah satu tempat paling intim di dunia. Seperti portal dimensi bikinannya Doctor Strange yang bisa membawa ke alam lain, WC pun kerap jadi tempat kontemplasi yang menjanjikan untuk bisa pergi (baca: pikirannya doang ya) ke alam lain.

Persoalannya, hal-hal menawan itu baru bisa terjadi kalau kita berada dalam keadaan yang stabil. Maksudnya kondisi WC cukup stabil. Tidak seperti WC kereta api yang penuh ancaman mawut di sana-sini. Terutama guncangan demi guncangan yang kerap mengancam harga diri.

Ini belum dengan memasukkan persoalan umum yang kerap terjadi di WC umum, yakni perkara macet, air berhenti, gayung tidak ada (ini serem sumpah), bahkan sampai sebuah kejadian yang diderita oleh teman saya, sebut saja Ega Fansuri (emang namanya itu sih).

Sebuah cerita goblok di kereta api. Dan ini cerita beneran.

Ceritanya, Ega sedang mau boker di WC kereta api. Perutnya tidak begitu nyaman karena (mungkin) habis makan makanan haram. Sesampainya di dalam WC kereta api, yang penuh dengan ancaman getaran-getaran gempa Nepal itu, Ega mendapati sesuatu yang di luar ekspetasinya.

“Anjirt, Bangsat, ini siapa yang habis pakai nih!” Ega ngomel-ngomel karena dalam lubang kloset WC kereta api itu masih ada yang kemambang alias ada tokai yang belum disentor.

Dalam keadaan berguncang hebat di dalam kereta api yang lagi jalan. Perut Ega yang tadinya sudah kepengin boker tak terasa kebelet lagi. Semua gerak peristaltik kebalik terjadi di usus Ega. Entah kenapa, hasratnya boker hilang seketika.

Fokus waktu dan tenaga Ega pun dihabiskan untuk menghilangkan tokai orang lain yang masih mengawasi Ega di dalam WC kereta api itu. Disentorlah berkali-kali itu lubang kloset.

Sial, meski menggunakan cara paling halus sampai yang paling kasar, sentoran air dari Ega itu tak membuahkan hasil. Tokai itu masih aja nantangin dan tak masuk-masuk ke lokasi yang seharusnya.

Hampir 10-an menit Ega harus bertarung dengan tokai orang lain itu dan dia sebentar lagi sudah dalam mode frustasi. Akhirnya, karena sayang nggak ngeluarin apa-apa padahal udah kerja sekeras itu, akhirnya Ega tetap kencing juga di lubang WC itu.

Sampai kemudian…

Tok! Tok! Tok!

Ada suara orang yang mengetuk pintu dari luar.

Mendengar ada yang sedang antre WC kereta api di luar, Ega semakin panik. Dia masih tetap berusaha mencari cara agar itu tokai bisa masuk dan tidak mengganggu pemandangan seperti itu.

Namun apa daya, setelah mencoba sekuat tenaga menyentor terus-terusan, akhirnya Ega pasrah juga.

“Ah, paling yang antre bapak-bapak,” kata Ega dalam hati, “Tinggal aku jelasin, paling juga blio ngerti.”

Modyar-nya, begitu pintu WC kereta api dibuka, orang berikutnya yang akan masuk adalah seorang mbak-mbak perempuan cantik yang wangi. Ega yang awalnya ingin menjelaskan soal problem rumit di dalam tadi, malah kelupaan karena malah refleks senyam-senyum goblok tidak jelas.

Si mbak-mbak yang antre ini pun tak peduli dan masuk begitu saja, meninggalkan Ega yang masih berusaha bersikap ramah dan semanis mungkin.

Pintu WC kemudian ditutup. Seketika itu juga, Ega baru sadar. Hipnotis keramahannya menghilang. Ia baru saja alpa menjelaskan perkara urgensi ke mbak-mbak tadi.

Namun sayang sekali, pintu WC kereta api yang berat itu sudah ditutup, Ega sudah tidak lagi berpeluang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di alam WC kereta api itu. Mau pakai sumpah pocong kek, mau sumpah apapun, posisi Ega bakal disalahpahami sebagai orang yang boker tanpa mau nyentor kembali.

Tak sampai dua detik, dari dalam WC kereta api itu, terdengar teriakan kencang sekali…

“Anjirt, Bangsat, ini siapa yang habis pakai nih!”

BACA JUGA Hal-hal Menyeramkan yang Bisa Terjadi Ketika Kamu Sedang Boker dan tulisan ESAI lainnya.

Exit mobile version