Retinol VS Bakuchiol, Bahan Skincare Populer yang Benci tapi Rindu

Ketimbang berdebat bagusan mana antara retinol dan bakuchiol, mending keduanya suruh kawin.

ilustrasi Retinol VS Bakuchiol, Bahan Skincare Populer yang Benci tapi Rindu mojok.co

ilustrasi Retinol VS Bakuchiol, Bahan Skincare Populer yang Benci tapi Rindu mojok.co

MOJOK.CO Retinol dan bakuchiol bersaing dalam pertarungan skincare paling ampuh. Sebab, mereka bukan bahan aktif, mereka setetes embun keajaiban.

Meski nggak giat-giat amat di dunia skincare dan kecantikan, kamu seharusnya pernah mendengar nama retinol sebagai bahan kimia aktif. Retinol disebut sebagai bahan ampuh anti-aging yang populer banget tahun lalu. Kehadirannya mampu membuat tante-tante tampak seperti dedek gemas, dan membuat om-om layaknya daun muda. Banyak produk skincare yang kemudian bereksperimen dengan bahan ini dan mengklaim produk mereka bikin awet muda.

Sayang sekali, dalam perjalanan kariernya, retinol harus berhadapan dengan pesaing beratnya, yaitu bakuchiol. Iya, namanya memang imut banget, bakuchiol. Tapi, dia punya fungsi segarang retinol.

Sejarahnya memang, retinol adalah bahan kimia aktif yang sudah teruji mampu mengurangi kerutan, garis halus, dan tanda-tanda penuaan lain. Satu persen kandungannya dalam skincare punya kekuatan yang luar biasa. Nggak salah dong kalau saya bilang ia bahan yang bisa “menghentikan waktu”. Bahan ini disusun dari vitamin A yang kemudian dibentuk supaya jadi aktif. Sebuah terobosan besar dalam dunia kecantikan.

Dalam perjalanannya, retinol mengalami jatuh bangun. Untuk orang yang memiliki kondisi kulit kering dan sensitif, bahan ini bisa lumayan berbahaya. Iya sih memang mengurangi kerutan dan garis halus, tapi di sisi lain bikin tambah kering, iritasi, dan jerawatan. Lah, malah menambah masalah baru.

Orang-orang yang nggak cocok pakai produk skincare berbahan dasar retinol jadi terdiskriminasi. Mereka sulit mendapatkan manfaat anti-aging dari bahan aktif yang konon memang ajaib itu. Agak kurang adil, retinol cenderung pilih-pilih dalam memberikan manfaat.

Lagian, retinol nggak bisa dipakai ibu hamil karena ia bahan kimia aktif. Agak seram memang. Kekuatan luar biasa seperti tentara, tapi di sisi lain bisa jadi preman.

Sampai pada akhirnya muncullah bakuchiol. Bakuchiol disusun dari bahan yang cenderung lebih alami, yaitu tanaman babci. Namun, ia dianggap punya kekuatan setara retinol. Nah, ini dia kekuatan besar yang diharapkan tidak melakukan premanisme pada kulitmu. Ia seperti orang suci yang juga jago berantem, melawan tanda penuaan.

Terlebih lagi, bakuchiol juga cenderung aman dipakai ibu hamil karena dibentuk dari bahan dasar alami. Lebih “aman” lah istilahnya. Tidak mengherankan kalau bahan ini mendadak jadi bahan skincare paling populer di 2021 dan digadang-gadang menekan reputasi retinol.

Retinol VS bakuchiol?

Memaknai bahan ini secara sederhana memang bisa membuat kita otomatis membandingkan keduanya. Mana yang paling ampuh, mana yang lebih bermanfaat, mana yang lebih mahal, mana yang benar-benar punya fungsi anti-aging?

Padahal, retinol dan bakuchiol bukanlah bahan yang saling benci. Mereka nggak bermusuhan loh. Malah, jika keduanya digabungkan, mereka bisa saling melengkapi. Benar, benci tapi rindu.

Bakuchiol memang mutlak hadir sebagai alternatif dari retinol yang merupakan bahan kimia aktif “menyeramkan”. Tapi, ia juga mampu bekerja sama dengan baik. Menggabungkan keduanya justru bikin pengguna skincare bisa menikmati manfaat yang lebih baik dan mengurangi risiko iritasi kulit. Kali ini, orang yang punya kulit kering tak lagi dapat diskriminasi.

Nah, tapi kalau ngomongin soal selera dan penggunaan produk skincare pada ibu hamil, bakuchiol tetap lebih unggul. Sebagian orang sama sekali tak menoleransi penggunaan bahan kimia aktif, mereka cenderung lebih suka produk skincare berbahan dasar alami sambil tetap pengin dapat manfaat anti-aging. Inilah yang banyak diperdebatkan. Meding si R apa si B?

Saran saya sih, kalau belum mencoba keduanya, jangan terburu-buru untuk menyimpulkan. Bagaimanapun, kamu nggak bisa tahu kamu cocok atau nggak pakai skincare berbahan aktif kalau belum mencoba. Cara mengakalinya simpel, pertama, belilah produk skincare berbahan dasar retinol dulu. Pasti banyak yang menyediakan sampel atau produk dalam bentuk share in jar. Biar nggak rugi-rugi amat.

Jika dalam satu sampai dua minggu kulitmu baik-baik saja, mungkin kamu memang cocok pakai bahan kimia aktif. Kalau begini, selesai sudah masalah. Kamu juga mungkin akan cocok pakai produk skincare yang mengandung retinol dan bakuchiol bersamaan.

Tapi, beda ceritanya kalau dalam satu minggu penggunaan retinol saja bikin kulitmu kemerahan, berjerawat, kering, iritasi, sampai breakout. Segera hentikan. Istirahatkan kulitmu sampai ia kembali normal, baru coba pakai bakuchiol. 

FYI, kamu perlu tahu bahwa penggunaan bahan aktif sebaiknya jangan berlebihan. Kalau sudah pakai produk skincare berbahan dasar retinol, ya jangan ditambah pakai produk yang mengandung AHA BHA, niacinamide, hyaluronic acid, dkk. Itu kulit atau Kawah Sikidang, dicampur asam semua. Bisa mbrodol, Mbaaak.

Iya, saya tahu memang ribet. Namun, perlu dipahami bahwa perjalanan menemukan bahan skincare yang paling cocok buatmu adalah momen yang layak diusahakan. Semoga glowing!

BACA JUGA Urutan Skincare Harus Ditaati? Padahal Pakai Skincare Itu Nggak Wajib dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version