Prediksi Gaji Minimal 2022 untuk Pengeluaran Jakarta dan Jogja

Namanya juga prediksi, siapa tahu bisa dipakai buat ngeset gaji ideal ke depannya. Berharap saja dulu.

ilustrasi Prediksi Gaji Minimal 2022 untuk Pengeluaran Jakarta dan Jogja mojok.co

ilustrasi Prediksi Gaji Minimal 2022 untuk Pengeluaran Jakarta dan Jogja mojok.co

MOJOK.COUntuk mempersiapkan tahun depan, nggak ada salahnya ngeset gaji minimal. Pengeluaran Jakarta dan Jogja ini mungkin bisa jadi patokan.

Pekerja biasanya memiliki sebuah aturan tidak tertulis mengenai gaji ideal yang ingin mereka capai. Untuk memenuhi standar hidup enak versi kelas menengah, patokan angkanya memang masih bervariasi. Anggaplah definisi hidup enak adalah bisa bersenang-senang, maka besaran gaji minimal untuk pengeluaran Jakarta dan Jogja bisa kita hitung.

Beberapa orang memilih menghitung gaji minimal untuk hidup enak dengan mengalikan dua UMR di tempat ia bekerja. Tujuannya biar praktis dan biar bisa memperkirakan target pendapatan. Dalam kasus UMR Jogja dan Jakarta, maka jumlahnya mudah dicari.

UMR Jakarta yang baru adalah Rp4.452.724, kalau dikalikan dua jadi Rp8.905.448. Kita beri pembulatan ke atas dengan sadis sehingga jumlahnya Rp9 juta.

UMR Jogja yang baru adalah Rp1.840.915, kalau dikalikan dua jadi Rp3.681.830. Kita beri pembulatan ke atas, tapi nggak bisa sadis-sadis karena jumlahnya sudah sangat minimalis, sehingga jumlahnya Rp3.700.000.

Sayangnya, banyak orang yang hidup di Jogja dan terbiasa menjalani hidup dengan pengeluaran Jakarta. Sebaliknya, ada juga pekerja remote Jakarta yang hidup di Jogja sehingga bisa menabung lebih banyak. Kalau diruntut kasus per kasus, perdebatan nggak akan selesai.

Oke, sebetulnya saya pengin membantu kawan-kawan pekerja untuk memprediksi gaji minimal 2022. Meskipun angka yang kita dapat nanti cenderung subjektif, setidaknya kita bisa terapkan ilmu perkiraan dan menganggap angkanya sebagai “gaji minimal”. Namanya juga minimal, bisa kali dimaksimalkan.

Demi mendapatkan angka yang terdengar realistis saya menanyai seorang pekerja aktif Ibu Kota yang jelas punya gaya hidup dan biaya pengeluaran Jakarta. Setidaknya ada beberapa indikator yang kami sepakati untuk dikulik. Pertama, biaya hidup yang dikeluarkan adalah untuk diri sendiri. Artinya jika kamu sudah berkeluarga, kamu perlu memikirkan faktor apakah pasanganmu bekerja, apakah kalian sudah punya anak, apakah anaknya balita atau batita? Tentu akan sangat bervariasi. Untuk itu, patokan yang bakal saya berikan adalah untuk pembiayaan diri sendiri.

Kedua, sebab hidup sendiri, anggaplah seorang karyawan Ibu Kota ini mencari hunian di dekat kantor untuk menghemat biaya transportasi. Ketiga, kita beri standar hidup enak untuk karyawan ini. Minimal bisa bersenang-senang di tengah biaya pengeluaran Jakarta. Misalnya nongkrong di SCBD sesekali, party sebulan sekali, dan beli martabak buat self healing. Mohon maaf nggak bisa ngasih standar self healing berupa staycation setiap minggu karena itu cenderung pemborosan konyol jika gajinya masih minimal. Oke kita mulai hitung.

Biaya kos Rp1.500.000
Makan Rp2.000.000 (bisa lebih hemat kalau masak)
Transport Rp400.000 (pakai transjakarta atau bawa motor sendiri)
Nongkrong, jajan, beli baju, beli barang lucu Rp2.000.000

Jumlah = Rp5.900.000

Tentu saja dengan jumlah dan pengeluaran Jakarta di atas, jika gajimu dua kali UMR, kamu masih bisa menabung sebesar Rp3.100.000. Sebuah angka yang kayaknya menggiurkan meski kenyataannya, nggak segampang itu mencapai gaji dua kali UMR Jakarta kalau kariermu mandeg.

Pengeluaran Jakarta sebetulnya bisa dihemat jika kamu tak punya gaya hidup ngadi-ngadi dan mau namaste di dalam kos demi misi berhemat. Tapi, apa iya mau menghabiskan masa muda tanpa bersenang-senang? Kebanyakan lalu memutuskan untuk bersikap YOLO mumpung belum sering encok.

Biar adil, mari kita tengok juga gaji minimal untuk pengeluaran Jogja. Sebetulnya sih bakal mengurai air mata untuk menghitungnya, saking kecil angkanya. Nggak apa-apa, namanya juga narimo ing pandum.

Indikator yang diterapkan masih sama dengan jumlah pengeluaran Jakarta. Asumsinya si karyawa bisa “hidup enak”, tidak terjerat utang, tidak kehabisan uang untuk nongkrong bareng teman, dan bisa ngisi amplop kalau kondangan.

Biaya kos Rp1.000.000
Makan Rp 1.500.000 (lebih hemat masak sendiri dan memanfaatkan promo ojol)
Transport Rp400.000 (perlu punya motor sendiri, trans Jogja nggak selalu lewat)
Nongkrong, jajan, beli baju, beli barang lucu Rp200.000 (terpaksa harus ditekan)

Jumlah = Rp3.100.000

Tentu saja jika gajimu dua kali UMR Jogja kamu bisa menabung Rp600.000 sebulan, asalkan kamu bisa bertahan dengan uang senang-senang yang ditekan dan memaksimalkan hiburan murah berupa santai-santai di Titik Nol tanpa membeli apa pun. Tenang saja, udara di Jogja masih gratis.

Sebetulnya perkiraan gaji minimal hidup enak untuk pengeluaran Jakarta dan Jogja di atas secara kasar masih masuk akal. Sayangnya itu pun jika kamu hidup sendiri, tak memikirkan cicilan, tak membiayai orang tua, dan tak ada mimpi untuk punya rumah. Sebab, semuanya jadi mustahil jika kamu menargetkan punya rumah sendiri, punya mobil sendiri, punya pasangan resmi, dan masih memberikan sebagian gaji ke orang tua. Mumet, Bos, biaya senang-senang untuk diri sendiri harus ditekan sampai tipis. Stres ditahan, yang penting hemat. Begitu kan?

BACA JUGA Dear Warganet, UMR Karawang Tak Seindah Kenanganmu dengan Mantan dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version