Pagi ini, tidak lama setelah saya sampai di kantor dan membuka laptop, teman yang duduk di seberang meja menunjukkan sebuah platform baru. Platform berlatar belakang hitam dengan tulisan “PoliceTube” berwarna kuning keemasan di sisi kiri atas. Di samping tulisan itu ada logo sederhana dengan tone warna yang senada.
Penasaran, saya kulik lebih jauh platform yang ternyata dibuat oleh Polri. PoliceTube adalah platform video digital mirip YouTube, yang secara resmi akan diluncurkan pada 1 Juli 2025. Platform ini memungkinkan masyarakat memantau kinerja polisi secara real time. Harapannya, PoliceTube bisa memperkuat kepercayaan publik terhadap lembaga kepolisian.
Sekilas membaca itu, saya merasa kepolisian benar-benar lembaga yang brilian. Membangun kepercayaan publik memang harus diawali dengan membuat platform baru. Memperbaiki kinerja atau sistem kerja di lapangan mah bisa nanti-nanti saja. Nomor satu memang konten untuk disebarluaskan dahulu.
PoliceTube tidak buang-buang anggaran
Rencana ini menuai berbagai respon dari masyarakat. Ada yang mengapresiasi, tapi lebih banyak yang mengkritik. Di media sosial X, netizen bilang, PoliceTube hanya buang-buang anggaran. Mereka mempertanyakan, kenapa harus membuat platform baru yang menelan biaya besar? Penyebarluasan video seharusnya bisa dilakukan dengan memaksimalkan kanal YouTube saja.
Saya heran dengan orang-orang yang mengkritik itu. PoliceTube sama sekali nggak buang-buang anggaran ya. Asal tahu saja, masyarakat sekarang ini memang harus didoktrin kalau polisi sudah bekerja dengan maksimal. Polisi sudah tidak makan gaji buta, apalagi memeras masyarakat. Itu mengapa, platform baru diperlukan supaya masyarakat tahu betapa serius kepolisian ingin membagikan kabar baik tersebut.
Memaksimalkan kanal YouTube memang usul yang menarik, tapi kurang keren. Masak lembaga kepolisian negara besar cuma membagikan kinerjanya yang hebat lewat kanal YouTube doang. Macam negara sedang efisiensi aja.
Baca halaman selanjutnya: Tidak perlu pasang …
Tidak perlu pasang body cam seperti polisi US
Saat ngulik lebih jauh pemberitaan PoliceTube di media sosial X, netizen malah menyarankan anggaran membuat PoliceTube dialihkan untuk pengadaan body cam seperti polisi US. Katanya, pemasangan body cam dapat mendorong kinerja yang lebih transparan karena semua tindak-tanduk polisi bakal terekam.
Aduh duh, asing lagi … asing lagi. Kenapa ya netizen ini suka sekali menyerap nilai-nilai dan praktek dari barat. Dikit-dikit Amerika, dikit-dikit negara Barat. Seperti kata Pak Presiden, kita ini bangsa besar yang mandiri, sudahlah pakai cara yang cocok dengan negara ini saja. Body cam polisi itu bukan budaya kita.
Lagi pula, kalau sudah pasang body cam, kinerja polisi otomatis jadi transparan dan lebih baik? Belum tentu. Body cam bisa rusak, hilang, atau memorinya terhapus tiba-tiba saat bertugas.
Itu mungkin saja lho. Sekarang coba ingat-ingat, berapa banyak CCTV rusak atau eror dalam kasus-kasus yang ditangani polisi. Nah, body cam juga masih buatan manusia yang tidak sempurna. Bisa juga rusak dan eror seperti CCTV.
Membuat platform baru memang urgent untuk membangun kepercayaan publik
Ada satu komentar nyelekit dari netizen, ” Persis seperti mahasiswa skripsi, polisi melakukan semua hal yang bukan kewajiban utamanya.” Apa maksudnya coba? Membuat PoliceTube itu pelarian dari kewajiban utama?
Heran betul. Bisa-bisanya pendapat seperti itu muncul. Asal tahu saja ya, kepercayaan publik kian terkikis karena sangat minim cerita positif polisi yang viral atau diketahui masyarakat luas. Padahal, ada banyak lho polisi baik di negara ini. Iya ada, tidak perlu pakai bukti-bukti, pokoknya ada kok.
Itu mengapa, meningkatkan kinerja atau memperbaiki sistem kerja polisi bukan opsi yang tepat saat ini. Di samping itu, bukan tidak mungkin anggaran untuk itu semua malah lebih besar dibanding membangun platform baru. Sudah begitu, belum tentu kepercayaan publik langsung membaik setelah kinerja diperbaiki.
Sudah deh, ide kepolisian membuat PoliceTube memang paling tepat. Walau kata temen saya platform-nya mirip situs Pornhub, setidaknya laman itu bisa menjadi wadah untuk cerita-cerita heroik polisi. Bagaimanapun juga, citra polisi baik, seperti yang ada di lagu Slank, perlu dijejalkan lagi ke publik. Kepercayaan masyarakat pada lembaga negara satu ini perlu segera ditingkatkan.
Catatan penting, ini tulisan seandainya saya jadi buzzer polisi ya. Jangan dianggap serius.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Nasib Pilu Pekerja Serabutan, Bisa Kerja 12 Jam Sehari Tanpa Jaminan Layak, tapi Tetap Dicap Malas oleh Masyarakat dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.
