Petualangan Sherina Menyumbang 7 Kebiasaan Kocak Penontonnya

Saking menghayati film-nya sampai berpetualang ke kebun singkong belakang rumah dan bawa bekal permen Chacha warna-warni.

ilustrasi Petualangan Sherina Menyumbang 7 Kebiasaan Kocak Penontonnya mojok.co

MOJOK.COBocah yang tumbuh bersama film Petualangan Sherina sulit berbohong bahwa mereka tumbuh dengan standar keren a la Sherina dan Sadam.

Menonton film Petualangan Sherina berkali-kali bukanlah aib. Film ini memang mengajarkan banyak hal dan kelewat populer pada masanya. Sampai Sherina dan Derby Romero tumbuh dewasa pun, saya masih mengingat betul beberapa dialog dan adegan mereka dalam film. Bahkan lagu “Jagoan” dan “Lihat Lebih Dekat” juga masih sesekali terputar otomatis di kepala saya. Beruntung, film legendaris ini bisa kamu tonton lagi di layanan streaming Netflix.

Sherina dan Sadam yang jadi pentolan tokoh di film ini pernah menjadi definisi keren bocah-bocah 90-an termasuk saya. Sampai sekarang, jujur saja rasanya sulit move on. Mereka berdua telah menyetel beberapa kebiasaan kocak yang masih terkadang saya lakukan. Tentu saja saya yakin ini bukan cuma saya seorang yang kelewat menghayati film, tapi semua bocah yang tumbuh dewasa bersama Petualangan Sherina. Untuk itu, mari bernostalgia.

#1 Main ke kebun bawa bekal permen Chacha

Alih-alih bawa bekal mi instan yang setelah dingin berbentuk kotak, Sherina bawa bekal permen Chacha warna-warni yang dia masukkan dalam kotak bekal. Dalam film, permen ini menyelamatkan tokohnya saat diculik dan tersesat. Nggak heran sih kalau beberapa orang masih menganggap makan permen Chacha yang dituang ke kotak itu sebuah kemewahan dan kebiasaan keren.

Lebih keren lagi karena sebagian besar penonton Petualangan Sherina juga ikutan piknik a la Sherina dan Sadam. Nggak harus ke hutan di Lembang, kadang ada yang saking penginnya piknik mereka pergi ke kebun singkong. Minimal ke sawah-sawah belakang rumah. Semua dilakukan hanya agar kelihatan kayak Sherina dan Sadam. Hmmm, untung saja waktu saya melakukannya, nggak ada yang mau nyulik.

#2 Latihan manjat pohon

Bisa memanjat pohon berarti bocah skillful. Setidaknya itu yang ada di otak saya sampai sekarang. Nggak peduli pohon mangga, pohon kersen, atau pohon asam, semuanya dipanjat. Asal jangan manjat pohon kencur aja ya, pendek soalnya.

Sebagian orang tua pada masa itu mungkin sempat pusing karena anak-anak mereka jadi petakilan dan manjatin pohon orang sembarang tanpa alasan. Mereka nggak tahu aja kalau sebagian besar anak-anak itu korban film Petualangan Sherina. Tapi, nggak apa-apa, ini namanya berlatih bakat alam. Suatu saat kalau dikejar anjing, bisa otomatis manjat dan selamat.

#3 Beli teropong jarak jauh buat mengintai situasi

Teropong jarak jauh atau dalam bahasa pergaulan bocah-bocah Jawa disebut keker (e depan dibaca kayak huruf e dalam kata “geger”) adalah benda paling keren yang bisa dibawa saat berpetualang ke kebon singkong. Saya adalah bocah yang termasuk beruntung karena entah kenapa ayah saya punya benda keren ini. Sampai sekarang masih ada meskipun nggak tahu lagi buat apa.

Teropong ini bakal jadi alat buat mengintai dari kejauhan. Sok-sokan jadi detektif yang mengamati gerak-gerik penjahat, padahal yang diintai tetangganya sendiri. Mengalungkan teropong jarak jauh ini konon menambah tingkat kekerenan bocah sampai 75%. Terlihat begitu “siap” berpetualang soalnya. 

#4 Suka pakai plester bergambar padahal nggak luka

Luka gores di kulit bukanlah hal yang menyakitkan, ia justru bakal kelihatan keren kalau ditempel plester bergambar. Kadang, beberapa kawan saya dulu maksain pakai plester bergambar di tangan dan kakinya meski nggak punya luka.

Sumpah sampai sekarang saya masih melakukan kebiasaan kocak ini. Walaupun kalau sekarang agak ngotak, saya nggak akan pakai plester kalau nggak luka, sih. Tapi, keputusan beli plester atau Hansaplast warna-warni adalah dipengaruhi dari menonton film Petualangan Sherina di masa lalu. Seringnya sih, saya pribadi suka beli plester gambar Star Wars dan Marvel. Terasa lebih keren aja.

#5 Sok-sokan nyanyi sambil main piano, lalu mendramatisasi problem persahabatan

Tokoh Sherina dalam film diceritakan mengalami kesedihan saat ayah dan ibunya harus membawanya pindah kota, pindah sekolah, dan bakal bertemu teman baru. Untuk menggambarkan kesedihan Sherina, ada adegan nyanyi sambil main piano. 

Hatiku bertanya, hatiku curiga
Mungkinkah ku temui kebahagiaan seperti di sini
Sahabat yang slalu ada dalam suka dan duka

Ah, lagu ini memang membawa banyak sekali memori dan drama pertemanan bocah SD yang pernah saya alami. Masalah sepele sengaja dibesar-besarkan biar kelihatan keren. Pokoknya persahabatan adalah nilai luhur yang harus dijunjung. Hadeuh, pas udah besar sukanya ngelupain teman dan datang pas lagi butuh aja. Hash, ra masok.

#6 Geng-gengan

Petualangan Sherina dengan akurat menggambarkan betapa bocah zaman dulu memang suka main kubu-kubuan. Musuhan sama Sadam lalu baikan, on and off relationship adalah yang sampai sekarang masih dipraktikkan beberapa orang. Minimal politikus yang mencalonkan diri jadi “orang-orang penting” selalu begitu. Saling ejek, saling memusuhi, nantinya juga akur lagi.

#7 Punya cita-cita jadi Sherina

Waktu kecil dulu pengin banget kayak Sherina, sampai besar juga masih pengin jadi Sherina. Siapa juga yang nggak pengin punya kehidupan namaste, bisa nyanyi, karier sukses, percintaan sukses, dan yang jelas… cakep effortlessly. Sayangnya, blio sudah tumbuh besar, saya yang malah masih terjebak pada masa-masa itu.

BACA JUGA 3 Saran Alur Cerita Petualangan Sherina 2 dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version