MOJOK.CO – Perkara patah hati itu keniscayaan dalam mengarungi bahtera cinta. Tapi, orang kaya adalah seberuntung-beruntungnya manusia saat terpuruk sekalipun.
Pepatah “uang bukan segalanya” saya rasa kini sudah patah sendiri karena memang segalanya butuh uang. Bahkan kalau ada yang bilang, “Uang tidak bisa membeli kebahagiaan, orang kaya juga bersedih,” netizen masa kini lebih suka menyangkalnya dengan pernyataan, “Tapi, lebih enak menangis di dalam Alphard daripada di kamar mandi kosan yang antre.” Buat urusan patah hati, saya rasa orang kaya juga bisa lebih unggul daripada sobat miskin.
Sobat miskin hidup dalam membangun kesedihan. Walau kita tidak bisa mengukur seberapa sedih dan seberapa miskin seseorang, ketika keadaan serbasulit yang rasanya memaksa kita untuk. Suatu waktu saat mengalami patah hati, layaknya orang normal, saya tentu menangis. Sebuah respons yang klasik akan kesedihan. Saya telah berusaha cari referensi di internet buat mengatasi kesedihan akibat broken heart macam itu.
Tanpa pikir panjang, saya mengetik kalimat di kolom pencarian Google, “How to deal with breakup.” Sengaja pakai bahasa Inggris, biar nggak nyasar ke media sebelah yang artikel tema hubungannya mendayu-dayu. Sebuah referensi menyebutkan bahwa saat patah hati, kita tidak boleh melawan perasaan yang kita alami, jangan denial, lepaskan saja. Intinya begitu.
Baik, saya lakukan. Saya memikirkan kembali mengapa patah hati ini bisa saya alami, mengapa si dia tega membuat kami memutuskan berpisah, mengapa kenangan-kenangannya begitu manis, dan hal menye-menye lainnya yang bikin saya makin mewek. Jujur, rasanya nyesek banget, Wak. Tapi, ya gimana, saya ngikutin tips di internet buat melepas energi negatif.
Semakin saya tidak melawan perasaan sedih, lha kok sedihnya makin mengharu biru. Makin lemes raga saya buat ngapa-ngapain. Kalau ada yang bisa sedih itu butuh tenaga, itu benar seratus persen! Saya pun terjerembab di kasur, hanya bersedih, tidak melakukan apa pun.
Bayangkan jika saya ketika itu termaktub sebagai orang kaya. Minimal kayak Sisca Kohl lah. Saya mungkin terjerembab dengan lebih damai karena kasur saya lebih empuk dan bantal saya terbuat dari bulu angsa. Tenaga yang dilakukan buat bersedih nggak gede-gede amat. Bahkan, meski tidak melakukan apa pun, orang kaya kayak Sisca Kohl bisa tetap makan. Minta dibikinin si mbak aja, buka kulkas aja, atau buka ponsel dan pesan BTS Meal sepuluh paket sekalian. Patah hati sebagai orang kaya tetap lebih baik.
Lalu, langkah selanjutnya buat mengatasi patah hati sesuai yang saya baca di referensi adalah: Mempercayai bahwa kita masih memiliki masa depan. Baik, saya berpikir apa yang akan terjadi dua atau tiga tahun lagi. Lha kok bikin makin mewek. Ngebayangin waktu-waktu yang bakal saya habiskan tanpa dia itu masih terasa mengerikan. Lalu saya pikir, saya perlu cari pengganti. Tapi, siapa lagi yang bakal terpukau sama tampang saya yang nggak berubah dari SD ini? Kawan-kawan saya mungkin bosan.
Kalau jadi orang kaya enak sih. Patah hati dan berencana move on, bisa direalisasikan dengan usaha maksimal. Setelah menangis seharian di kasur yang empuk, orang kaya punya uang buat pergi ke salon. Langsung aja rejuvenating spa, pijat 90 menit sekalian totok wajah biar auranya kembali bersinar. Tak lupa ambil paket cat rambut biar penampilannya usai patah hati semakin manglingi. Sulam alis, tanam bulu mata, facial BB Glow sampai glowing. Wes pokoknya treatment untuk mencari kepuasan pribadi lah.
Seminggu kemudian, si orang kaya bisa kembali beredar di tata surya. Gabung-gabung sirkel kawan, nongkrong di kafe fancy dan berkenalan dengan orang-orang baru yang berpotensi membantunya move on.
Sedangkan orang miskin saat patah hati bisa apa? Rebahan seharian di atas kasur palembang, nangis di bawah aliran kran air yang bikin masuk angin. Nggak doyan makan karena makanannya emang nggak bisa lebih variatif, dan berpotensi gagal move on setelah ngaca. Iya, mentok banget udah penampilannya.
Mengatasi kesedihan, memang butuh modal biar patah hatinya bisa sembuh total. Saya merasa ini bukan lagi soal iri dengki terhadap orang kaya. Ini soal pilihan yang lebih banyak yang bisa didapatkan orang kaya dalam kehidupan sehari-hari.