Memang indah, tapi…
Saya tahu betul bahwa konten kreator tersebut memang niche-nya tentang Jogja yang indah, romantis, penuh arti, dan kata-kata indah lain yang sering diucapkan oleh mahasiswa semester 13 yang merasa dirinya filsuf. Ya wajar kalau realitas menyedihkan tentang Jogja nggak akan diangkat.
Cuma saya juga merasa bahwa harus ada yang orang-orang tahu, bahwa begitu banyak orang bertahan di Jogja itu terkadang bukan karena hal-hal indah. Terkadang, mereka tak punya pilihan lagi. Bahkan banyak yang begini. Apalagi jika bilang bahwa kenyamanan bisa jadi bentuk kekuatan. Nyatanya, finansial yang bagus lah yang akan menciptakan kenyamanan.
Saya sih yakin, narasi Jogja indah nggak akan muncul jika gajimu separuh UMR, jam kerja tinggi, dan hak-hakmu sebagai pekerja tidak dipenuhi oleh perusahaan. Gajimu UMR saja sudah sengsara, apalagi jika nggak.
Tetap saja, Jogja butuh konten kreator yang menyajikan indahnya Kota Istimewa ini. Sangat butuh, malah. Sebab, saya sendiri tahu kalau kota ini (bisa dan at certain degree, memang) indah. Tapi ya, bisa kali narasinya dibikin nggak kayak postingan ICJ dengan susunan kalimat yang lebih bagus.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jogja, Kota yang Keburukannya (Entah Kenapa) Selalu Dimaafkan
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.












