MOJOK.CO – Makan makanan pedas kadang jadi tantangan tersendiri. Etapi, ternyata menikmatinya itu termasuk kategori masokis juga lho.
Saya suka makan pedas. Suka sekali. Meski tidak sampai pada tahap “gila” dengan rasa pedas.
Oke, belakangan saya memang tak bisa lagi makan makanan pedas dahsyat seperti dulu, karena faktor usia pada lambung. Walau begitu, saya tetep memberi list tertinggi dalam daftar menu favorit saya untuk jenis-jenis masakan pedas.
Padahal, kalau mau dilacak, sebenarnya rasa pedas pada dasarnya bukan termasuk pada varian rasa. Rasa pedas adalah rasa sakit. Iya, sakit. Kayak kalau kamu lagi ditinggal rabi pacarmu.
Pada makanan pedas, rasa perih iritasi yang terjadi pada lidah. Proses makan pedas itu sebenarnya merupakan proses memberi rasa sakit pada lidah karena reaksi efek zat Capsaicin pada cabe.
Zat inilah yang kemudian memberi iritasi pada lidah lalu “melukai” indra pengecap manusia. Oleh otak, proses melukai ini didefinisikan sebagai kondisi terbakar. Pada saat itulah tubuh lalu bereaksi dengan membanjiri tubuh dengan keringat untuk mendinginkannya.
Hal itulah yang kemudian menjelaskan pada tubuh saya, setiap kali saya makan makanan pedas, saya selalu keringetan kayak lagi main futsal. Bahkan kadang-kadang hidung ikut meler—kadang bisa sampai menitikkan air mata.
Nah, proses itu semua ternyata terjadi karena otak saya sedang merespons masakan pedas bak perasaan orang lagi kepanasan. Di tengah-tengah proses itu, tubuh saya ini bereaksi dengan begitu rumit. Hormon demi hormon dikeluarkan dalam rangka penanggulangan sensasi makan yang menyakitkan itu.
Kalau orang tidak pernah makan pedas, rasa pedas akan langsung menyiksanya. Itu akan diingat sebagai pengalaman traumatis. Sesuatu yang menyakitkan dan selalu diingat terus-terusan, yah mirip-mirip kayak lirik lagunya Aldi Taher lah. Menyakitkan, tapi selalu terngiang-ngiang. Pada tingkat ekstrem, itu bisa membangkitkan rasa fobia.
Akan tetapi, efek ini tidak akan terjadi kepada orang kayak saya yang suka makan pedas. Tubuh saya yang sudah terbiasa justru akan mengeluarkan hormon endorfin ke dalam otak. Fungsi awalnya sih sebenarnya supaya meredakan nyeri, tapi selanjutnya hormon dopamine juga dikeluarkan ke otak sehingga memicu rasa bahagia.
Iya, rasa bahagia, ya rasa nikmat juga. Sesuatu yang bisa menjelaskan kenapa orang masokis bisa merasakan kenikmatan.
Ini karena adanya sebuah perasaan manipulatif supaya tubuh saya yang makan pedas tak kesakitan. Etapi, secara berkelanjutan efek ini justru akan membuat orang jadi ketagihan dan kepengin makan pedas terus-terusan.
Itu juga yang jadi sebab, kalau kamu makan tak sesuai selera tapi ada sambel yang bisa bikin pedas, kamu tetap bisa aja makan dengan lahap. Soalnya rasa sakitmu yang masokis itu, bakal bisa mengalahkan ketidaksukaanmu terhadap makanan yang sedang kamu santap.
Hal-hal kayak gini sebenarnya efek yang tak jauh beda kayak orang suka nonton film horor atau sensasi naik wahana yang mengancam nyawa. Ada perasaan takut, seram, tubuh terasa tidak nyaman, lalu tubuh bereaksi dengan mengeluarkan hormon-hormon yang bikin nikmat itu.
Eh, lah kok malah ketagihan.
BACA JUGA 5 Kiat Redakan Kepedesan dan tulisan ESAI lainnya.