MOJOK.CO – Chat yang sudah dibaca tapi tidak dibalas bisa bikin prahara. Daripada kesal, mending memahami alasan orang mematikan centang biru WhatsApp-nya.
Di dunia ini setidaknya ada dua jenis orang dalam menampilkan dirinya di depan publik. Yang satu, tampil apa-adanya. Satunya lagi, pencitraan. Jika mengambil contoh figur publik, sebagian artis lekat dengan pencitraan demi alasan main aman.
Sisanya tampil apa adanya, seperti Young Lex. Sejak dulu Young Lex benci belaga baik di depan kamera. Bahkan, terakhir ia konfirmasi telah mengalami kondisi seperti sinopsis film Dua Garis Biru. Alih-alih menutupi, ia justru go public, padahal kehidupan pribadinya bukan saham perusahaan.
Nah, begitu juga dengan pengguna WhatsApp. Ada orang yang cuek seperti Young Lex dengan mengaktifkan centang biru WhatsApp dan sampai hati membaca chat orang tanpa membalasnya. Yang penting tampil apa-adanya. Dapat dua garis biru di tespek aja santuy, apalagi cuma masalah centang biru di WhatsApp.
Sementara itu, ada orang yang memilih mematikan centang biru di WhatsApp. Alasannya, tak lain dan tak bukan ingin mencitrakan dirinya sebagai orang yang cinta damai. Sebab orang yang mematikan centang biru di WhatsApp adalah orang baik yang tak ingin menyakiti.
Banyak mudarat dari fitur centang biru di WhatsApp. Hal itu menandakan penerima pesan sudah membuka dan membaca pesannya. Pengirim pesan pun tahu jika chatnya sudah sampai tujuan. Ketika centang biru, tapi tak ada balasan, itu bisa jadi awal-mula sebuah drama.
Orang yang hanya dapat centang biru tapi tanpa balasan bakal gelisah. Lalu mulai berasumsi bahwa pesannya tak penting untuk ditanggapi. Puncaknya, ia menganggap dirinya sendiri tak penting di mata sang penerima pesan.
Padahal kan nggak melulu begitu. Bisa jadi nanti dibalas, tapi tidak saat itu juga karena sibuk atau fokusnya ke yang lain. Daripada cuma dibalas “Yha”, mending tunggu waktu yang tepat untuk membalasnya secara saksama dan dengan diksi yang diplomatis.
Untuk menghindari drama yang tak perlu, sebagian orang memilih mematikan fitur centang biru. Namun, ada saja pihak yang mendiskriminasi pilihan tersebut dengan menganggapnya sebagai orang yang sedang punya masalah. Apalagi kalau ditambah foto profilnya blank.
Padahal ada niat baik dari pilihan tersebut: tidak ingin menyakiti orang lain. Tidak mau menimbulkan prasangka buruk. Terlebih, nggak mau ribet menghadapi drama dari pertanyaan, “Kok cuma read?”
Tidak semua orang bisa tampil apa-adanya sehingga bisa enteng saja baca chat tanpa membalasnya, lalu masa bodoh dengan tanggapan orang lain tentang dirinya.
Di sisi lain, dapat chat terbaru itu bikin penasaran untuk dibuka dan dibaca. Tak kuasa menahan diri untuk buka chat, tapi tak selalu bisa untuk membalasnya.
Harus kita ingat, di dunia ini ada orang-orang pasifis seperti Mahatma Gandhi yang menghindari perang. Dengan mematikan fitur centang biru, tanda seseorang ingin hidup dalam kedamaian. Baik kedamaian dengan orang lain maupun kedamaian dalam diri sendiri. Sebab golongan mereka sudah ikhlas dengan hati yang sudah selesai: tak mengharapkan centang biru dari orang lain.
Lagi pula, kenapa sih harus ribut kalau dapat centang biru? Bukannya itu lebih baik ya, ketimbang cuma centang satu, sudah gitu warnanya abu-abu. Tanda bahwa kamu diblokir. Lebih nyesek tau.
BACA JUGA Penelitian Saya Tentang Alasan Kenapa Orang Mematikan Centang Biru WhatsApp Mereka atau artikel rubrik POJOKAN lainnya.