Memahami Logika Ngegas Para Pengguna Knalpot Blombongan

MOJOK.COBagi sebagian orang, memasang knalpot blombongan di motor mereka adalah gaya hidup. Soal berisik dan mengganggu orang, mereka nggak peduli-peduli amat.

Saya sukar memahami, bagaimana sih pola pikir seseorang hingga memutuskan memasang knalpot blombongan pada motor mereka? Apa mereka ini nggak ngerti? Kalau kehadiran mereka dengan bunyi motor yang menggerung-gerung itu sungguh sangat berisik dan menganggu kesyahduan.

Bahkan, ganggu banget buat orang-orang yang lagi asyik-asyiknya nongkrong di kafe pinggir jalan dan serius ngobrolin soal tambang, listrik, investasi, atau masa depan hubungan. Eh, pas mereka lewat, situasi langsung hening seketika dan harus dilanjut dengan kata, “Sampai mana tadi?” Apa mereka ini nggak mikir? Gimana kalau ini terjadi pada orang pemalu yang pengin nembak gebetan? Udah susah payah ngumpulin nyali, njuk pas udah berani buat bilang malah terhalang suara-suara yang “apa banget”.

Apakah itu memang tujuan “mulia” mereka? Pengin menganggu kedamaian dan ketentraman kehidupan? Iya, jadi sebetulnya, mereka ini nggak suka kalau ngelihat orang hidup dengan tenang. Pasalnya, mereka punya kegelisahan hidup yang cukup kuat, tapi bingung gimana caranya untuk mengungkapkan. Akhirnya, cara terbaik yang kepikiran ya, (((bikin orang lain supaya nggak ngerasa nyaman))) biar kayak yang mereka rasakan. Dengan alasan, supaya orang lain bisa bersolidaritas atas perasaannya yang—sedihnya—diabaikan oleh banyak orang. Nggak paham juga, apa sih, masalah hidup mereka ini? Sampai memutuskan bikin supaya knalpotnya seberisik itu.

Oke, mungkin mereka ini nggak punya masalah hidup yang berat. Jadi, keinginan memasang knalpot blombongan ini, sekadar didasari oleh keinginan untuk nujukkin ke orang-orang: kalau mereka punya motor, loh! Serta sebuah bentuk penerimaan bahwa mereka memang nggak sanggup beli motor sport ataupun menjadi pembalap profesional. Jadi, usaha paling pol untuk mendekati mimpi tersebut adalah punya motor dengan knalpot blombongan. Dan itu harus ditunjukkan pada dunia!!11!!11

Iya, saking kurangnya perhatian dari orang sekitar, inilah cara paling mudah yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan perhatian. Saya jadi kasihan sama barisan orang-orang yang kurang perhatian ini. Kok ya, cara mereka mengemis perhatian ini, nggak ada elegan-elegannya, blas?

Bagi mereka, suara yang keluar dari knalpot blombongan itu gahar dan keren. Suara tersebut terasa mantap dan seperti dapat membuncahkan energi-energi negatif yang terpendam. Seolah-olah, itu betul-betul sangat merdu untuk diperdengarkan pada khalayak! Heh? Pada khalayak? Padahal, mah, mereka itu hanya untuk menghibur dirinya sendiri. Mereka hanya sedang memuaskan dirinya sendiri.

Selain itu, mungkin saya juga perlu ber-husnuzan kalau pemasangan si knalpot berisik ini adalah upaya yang bisa mereka lakukan, untuk menggantikan pemasangan safety alarm yang fungsinya sering kacau itu. Ini adalah upaya supaya motornya nggak gampang dicuri oleh orang lain. Ya, mohon maaf, nih. Orang kalau mau nyuri motor dengan knalpot blombongan, pasti bakal mikir-mikir dulu. Berisik, coy! Berisik! Dan lagi-lagi, bakal selalu jadi pusat perhatian—bonus doa-doa nggak baik dari banyak orang—setiap dikendarai.

Tetapi, apa pun alasan mereka pakai si knalpot blombongan ini, tetap aja menyebalkan. Mohon maaf, ya. Jalanan yang panas dan macet aja udah gampang bikin emosi. Eh, malah ditambahin dengan bunyi-bunyian yang nggak ada enak-enaknya. Apa ya, nggak tambah pengin misuh-misuh? Padahal, kalau udah bikin orang lain marah dan mangkel, mereka juga ikut menanggung dosanya, kan?

Lagian, ya, mereka-mereka yang pakai knalpot blombongan ini, apa nggak pengin ngobrol mesra sama orang yang dia bonceng? Lha, kalau suara knalpotnya seberisik itu, gimana bisa denger kalau lagi ngobrol, Bambang? Padahal kan, romantisme pas boncengan itu… ah sudahlah~

Belum lagi, mereka sering pakai motor dengan knalpot berisik ini buat kebut-kebutan. Hadeeeh, gini, ya, hanya karena pakai knalpot blombongan, nggak bakal ngaruh sama kecepatan si motor. Malah biasanya, suaranya aja yang udah datang dan berisik duluan. Tapi pas ditengok, motornya masih jauuuuuh di belakang. Iya, kayak tong kosong nyaring bunyinya gitu. Udah mirip-mirip orang cemen yang beraninya ngegas dan ngabacot mulu, tapi njuk aksinya B aja. Pikiran dengan formula kayak gini, kok pengin jadi pembalap??!!1!1

Nggak cukup di situ, saking menganggunya, soal knalpot blombongan ini juga udah diatur di Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 Pasal 58, loh. Jadi, dalam UU tersebut, dijelaskan soal pelarangan penggunaan knalpot yang berisik ini. Tapi ya, gitu. Masih banyak aja orang ndablek yang merasa keren kalau berhasil melanggar aturan dan jelas-jelas bikin orang lain nggak nyaman.

Atau sebetulnya, jangan-jangan mereka ini nggak ngeh kalau kelakuan mereka ini sungguh menganggu? Jadi, mereka hanya fokus pada kenikmatan diri sendiri dan kepuasan kalau bisa kelihatan sangar dengan suara knalpotnya. Hmmm, gimana kalau knalpotnya dipasangin headset sekalian? Terus disambungin ke kuping masing-masing? Biar mereka juga merasakan sendiri, sensasi bunyi yang katanya gahar itu. Nggak perlu lagi yang namanya ajak-ajak orang lain buat dengerin. Gimana? Hmmm?

Exit mobile version